430 research outputs found
PEMANFAATAN LIMBAH KAYU GALAM BARITO KUALA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON
Kayu galam merupakan tumbuhan kayu asli rawa yang tumbuh pada hutan gambut dangkal, menjadi tumpuan hidup masyarakat di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya kayu galam digunakan sebagai perancah dalam pembangunan konstruksi bangunan beton sederhana. Namun setelah konstruksi selesai dikerjakan kayu galam bekas perancah tersebut tidak dipakai lagi. Pada penelitian ini, limbah kayu galam berupa potongan-potongan kayu dimanfaatkan untuk pengganti agregat kasar yang digunakan pada campuran beton. Di mana komposisi kayu galam sebagai pengganti agregat adalah 100%, 75%, 30% dan 15% dari jumlah agregat kasar pada komposisi beton mutu normal sesuai dengan peratuan yang terdapat di SNI 03-2834-2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang menggunakan limbah kayu galam sebagai pengganti agregat kasar dimana penelitian penggunakan kayu galam sebagai pengganti agregat kasar belum pernah dilakukan sebelumnya. Benda uji pada penelitian ini adalah menggunakan silinder ukuran 15 cm x 30 cm dengan umur pemeraman adalah 14 hari dan 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan hancur didapatkan hasil untuk komposisi 100% kayu galam pada umur 14 hari sebesar 4,53 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 5,66 Mpa. Sedangkan komposisi, 75% kayu galam + 25% kerikil pada umur 14 hari adalah 11,28 Mpa dan umur 28 hari adalah 16,97 Mpa. Pada komposisi 30% kayu galam + 70% kerikil pada umur 14 hari sebesar 13,01 Mpa dan pada umur 28 hari adalah 16,29 Mpa. Sedangkan untuk komposisi 15% kayu galam + 85% kerikil didapatkan nilai uji tekan pada umur 14 hari sebesar 15,63 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 18,27 Mpa.Kayu galam merupakan tumbuhan kayu asli rawa yang tumbuh pada hutan gambut dangkal, menjadi tumpuan hidup masyarakat di Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Di wilayah Banjarmasin dan sekitarnya kayu galam digunakan sebagai perancah dalam pembangunan konstruksi bangunan beton sederhana. Namun setelah konstruksi selesai dikerjakan kayu galam bekas perancah tersebut tidak dipakai lagi. Pada penelitian ini, limbah kayu galam berupa potongan-potongan kayu dimanfaatkan untuk pengganti agregat kasar yang digunakan pada campuran beton. Di mana komposisi kayu galam sebagai pengganti agregat adalah 100%, 75%, 30% dan 15% dari jumlah agregat kasar pada komposisi beton mutu normal sesuai dengan peratuan yang terdapat di SNI 03-2834-2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton yang menggunakan limbah kayu galam sebagai pengganti agregat kasar dimana penelitian penggunakan kayu galam sebagai pengganti agregat kasar belum pernah dilakukan sebelumnya. Benda uji pada penelitian ini adalah menggunakan silinder ukuran 15 cm x 30 cm dengan umur pemeraman adalah 14 hari dan 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan hancur didapatkan hasil untuk komposisi 100% kayu galam pada umur 14 hari sebesar 4,53 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 5,66 Mpa. Sedangkan komposisi, 75% kayu galam + 25% kerikil pada umur 14 hari adalah 11,28 Mpa dan umur 28 hari adalah 16,97 Mpa. Pada komposisi 30% kayu galam + 70% kerikil pada umur 14 hari sebesar 13,01 Mpa dan pada umur 28 hari adalah 16,29 Mpa. Sedangkan untuk komposisi 15% kayu galam + 85% kerikil didapatkan nilai uji tekan pada umur 14 hari sebesar 15,63 Mpa dan pada umur 28 hari sebesar 18,27 Mp
Sifat Papan Partikel Dari Kulit Pohon Galam (Melaleuca Leucadendra) Dengan Perekat Urea Formaldehida
Kayu galam (Melaleuca leucadendra L.) secara tradisional telah digunakan untuk bahan bangunan, arang, dan kayu bakar. Saat ini, limbah kulit kayu galam belum dimanfaatkan oleh masyarakat, ditumpuk, atau dibakar. Kulit kayu gelam ini berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pembuatan papan partikel. Tulisan ini mempelajari sifat-sifat papan partikel dari kulit kayu galam. Kulit kayu galam dengan potongan 2 x 4 x 6 cm dibuat papan partikel dengan perekat Urea Formaldehida (UF) dengan tiga variasi besaran yaitu 11%, 13%, dan 15% dari berat bahan. Campuran kulit kayu galam dan perekat UF ditekan secara hidrolik pada suhu 110 - 1200C dengan tekanan 15 kg/cm2 selama 15 menit sebelum dikeringanginkan. Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 03-2105-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air papan partikel antara 9,50 - 12,30%, dan pengembangan tebal antara 2 - 11,35%. Kerapatan papan partikel antara 0,68 - 0,77 g/cm3, keteguhan lentur 2041,98 - 11210,91 kg/cm2, keteguhan patah antara 40,49 -104,23 kg/cm2, keteguhan cabut sekrup 44 - 84 kg, dan keteguhan rekat internal antara 0,27 - 0,65 kg/cm2. Berdasarkan sifat mekanisnya, papan partikel yang terbuat dari kulit galam dengan 15% perekat UF memenuhi persyaratan produk papan partikel SNI.03-2105-2006
Magnetic-Hydrochar from Galam Bark Waste (Malaleuca cajuputi) as Sasirangan Waste Adsorbent
Galam wood (Malaleuca cajuputi) is one of the woody plants that is able to grow well in the peat swamp environment of the South Kalimantan wetlands. Research on the synthesis and characterization of magnetic-hydrochar from galam bark waste for the treatment of sasirangan liquid waste has been carried out. This study aims to determine the characteristics of hydrochar and magnetic-hydrochar against the adsorption ability of sasirangan liquid waste. The results showed that the modification of galam bark into hydrochar and magnetic-hydrochar produced different characteristics based on the analysis of functional groups of infrared spectra. The surface morphology of hydrochar and magnetic-hydrochar also showed the significant differences based on scanning electron microscope (SEM) analysis. The resulting magnetic-hydrochar showed a higher adsorption ability to sasirangan waste than the hydrochar of galam bark and galam bark without modification.Kayu galam (Malaleuca cajuputi) merupakan salah satu tanaman kayu yang mampu tumbuh dengan baik di lingkungan rawa gambut lahan basah Kalimantan Selatan. Penelitian tentang sintesis dan karakterisasi magnetic-hydrochar dari limbah kulit kayu galam untuk pengolahan limbah cair sasirangan telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik hydrochar dan magnetic-hydrochar terhadap kemampuan absorpsi limbah cair sasirangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi kulit kayu galam menjadi hydrochar dan magnetic-hydrochar menghasilkan karakteristik yang berbeda berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra infra merah. Morfologi permukaan hydrochar dan magnetic-hydrochar juga menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasaran analisis Scanning Electron Microscope (SEM). Magnetic-hydrochar yang dihasilkan menunjukkan kemampuan absorpsi terhadap limbah cair sasirangan yang lebih tinggi dibanding hydrochar kulit kayu galam dan kulit kayu galam tanpa modifikasi
Sifat Fisik Mekanik Papan Semen Dari Limbah Kulit Kayu Galam
Kayu galam (Melaleuca leucadendra), digunakan sebagai bahan bangunan, arang, dan kayu bakar; tetapi limbah kulit hasil pengupasan kayu belum dimanfaatkan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan sifat fisik mekanik papan dari campuran kulit kayu dan semen. Kulit kayu galam dipotong-potong dengan panjang 2 cm; 4 cm dan 6 cm. Dicuci dengan air dan dikeringkan secara alami hingga kadar air kering udara. Papan dibuat dari campuran kulit kayu galam dan semen dengan perbandingan 1:1; 1:1,5 dan 1:2. Parameter yang diuji meliputi penyerapan air, pengembangan tebal, kerapatan, kekuatan patah/MOR, lentur/MOE dan tarik. Perlakuan diulang 3 kali. Rata-rata penyerapan air selama 2 jam adalah 5,60 – 14,25%. Pengembangan tebal selama 2 jam 2,01 – 18,23%. Kerapatan 1,11 – 1,20 gr/cm3. Keteguhan patah/MOR 25,96 – 79,26 kg/cm2. Keteguhan lentur/MOE 2551,04–38181,07kg/cm2, dan keteguhan tarik 0,40 – 0,51 kg/cm2
Membuat Jalan Beton Di Tanah Lunak Dengan Metode Cerucuk Kayu Galam
The problem faced is the difficulty of making the road body on soft soil in the former swamp location. The purpose of community service is to provide technical assistance to make roads on soft soil using simple appropriate technology by utilizing the availability of materials that are cheap and widely found in the market. The working method used is the galam wood chisel method which is installed with a distance of 60 cm and above the cerucuk is installed galam wood girder. The pair of girders and culms of galam wood will then distribute and even out the load on them so that the road body does not experience subsidence and deformation. The results of the improvements made in this community service activity show that the Galam wood cerucuk method is proven to be suitable and suitable to be used to overcome the problem of difficulty in building roads on soft soil. The results of the work that has been done also show that the access road built on soft soil is proven not to be damaged, not cracked, not deformed after being used to serve light vehicle traffic to truck vehicles with loads.Abstrak
Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitas membuat badan jalan diatas tanah lunak dan sangat di lokasi bekas rawa. Tujuan pengabdian masyarakat adalah untuk memberikan bantuan teknis untuk membuat badan jalan diatas tanah lunak menggunakan teknologi tepat guna yang sederhana dengan memanfaatkan ketersediaan bahan-bahan yang murah dan banyak ditemukan dipasaran. Metode kerja yang digunakan adalah metode cerucuk kayu galam yang dipasang dengan jarak 60 Cm dan diatas cerucuk dipasang gelagar kayu galam. Pasangan gelagar dan cerucuk kayu galam selanjutnya akan mendistribusikan dan meratakan beban diatasnya sehingga badan jalan tidak mengalami penurunan dan deformasi. Hasil perbaikan yang dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini menunjukan bahwa metode cerucuk kayu galam terbukti cocok dan sesuai digunakan untuk mengatasi masalah kesulitan pembangunan badan jalan diatas tanah lunak. Hasil pekerjaan yang telah dilakukan juga menunjukan bahwa jalan akses yang dibangunan diatas tanah lunak terbukti tidak rusak, tidak retak, tidak terdeformasi setelah digunakan untuk melayani lalulintas kendaraan ringan hingga kendaraan truck bermuatan.
Kata kunci: Cerucuk kayu galam, tanah lunak.
 
Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Galam (Melaluca sp)
Salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dari Kalimantan adalah Galam atau Gelam (Melaleuca cajuputi). Galam menghasilkan minyak atsiri yang sering disebut minyak kayu putih. Minyak kayu putih yang berasal dari jenis Melaleuca merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang banyak digunakan untuk bahan berbagai produk kesehatan atau farmasi sehingga minyak kayu putih menjadi produk yang banyak dicari. Penenlitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri dari tanaman Galam dengan menggunakan destilasi sederhana dan mengindentifikasi senyawa mengguna Gas Cromatography-Mass Spectroscopy. Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan sebanyak 0,027%. Senyawa yang terkandung adalah 1,8-Sineol (64,749 %), alpha terpineol (33,188 %), dan Di-(9-Octadecenoyl)-Glycerol (2,064 %). Berdasarkan SNI, standar kandungan sineol pada minyak atsiri daun galam telah sesuai dengan SNI yaitu sekitar 50-65%
PEMANFAATAN PARUPUK (Phragmites sp) DAN KAYU GALAM (Meluleuca sp) UNTUK PEMBUATAN BIOBRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Biobriket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu, Pembuatan biobriket dari parupuk, kayu galam dan kulit galam dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana ketiga bahan baku dipotong kecil-kecil, terlebih dahulu kemudian diarangkan, ditumbuk, disaring, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan.
Penelitian ini dilakukan dengan 2 faktor rancangan acak kelompok (RAK) faktor pertama perbandingan bahan pembuat biobriket (parupuk dengan kayu galam atau parupuk dengan kulit galam) dan faktor kedua yaitu perbandingan bahan (70:30, 60:40, 50:50, 40:60, 30:70) dengan masing-masing konsentrasi perekat tapioka (10%) 10 kombinasi percobaan dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Hasil perlakuan terbaik dalam penelitian ini dihasilkan 60:40 perbandingan antara parupuk dan kayu galam yang menghasilkan nilai kalor 6.333,39 Cal/g, kadar air 2,69%, kadar abu 3,37%, dan lama bakar 0,12 g/menit
Analisa Daya Dukung Pondasi Kacapuri Di Atas Tanah Gambut Yang Distabilisasi
The traditional society of south borneo has a traditional form of building foundation that has been used for a very long time for their traditional house. This is called Kacapuri foundation that use a combination of Ulin wood and Galam wood. But right now because the lack of Ulin wood, this form is not familiar anymore in south borneo.The rising in number of people forced the use of peat soil in borneo to be used as an alternative for their settlement. But the natural form of peat soil itself has become a challenge to the construction, therefore needs to be reinforced, one of the method is stabilisation. The optimum composition of lime and rice husk ash used for stabilization is 15% from the peat soil wet unit weight for the peat that got influence by surrounding water.Because of the few things above, the research in kacapuri foundation above the stabilized peat soil is established. From the test conclude that the value of GS rise to 1,584, water content lowered to 221,393 % and the unit weight is rise 1,158 t/m3. Pore value lowered to 3,386 and pH rise to 5,2.From the consolidation test the total settlements and vertical strain is concluded. The total settlements is lowered to 0,18 mm. The shear strength parameter is rise with the cohesion 0,1 and internal friction 30,646o. The ultimate bearing capacity qu for kacapuri foundation above the stabilized peat soil according to terzaghi formula is 87,675 t/m2
- …