23 research outputs found

    PELAYANAN KESEHATAN BERUPA KONSELING SECARA FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI SECARA HOME CARE DI RT. 08 DAN 11 KELURAHAN PAKUAN BARU

    Get PDF
    Perkembangan penyakit Hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan kasus yang dialami masyarakat Indonesia. Tercatat peningkatan yang cukup tinggi pada kasus prevelensi Hipertensi sebesar 25,8%. Untuk di Provinsi Jambi, Angka kejadian penyakit Hipertensi di Provinsi Jambi meningkat dalam lima tahun terakhir. Dalam laporan Riskedas 2018 menunjukkan angka kejadian penyakit pada penduduk usia 18 tahun yaitu 28,99%. Sedangkan data yang diambil di Puskesmas Kelurahan Pakuan Baru pada tahun 2020, penyakit Hipertensi menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah penduduk yang mengalami penyakit Hipertensi sebesar 4.189. Dalam pengabdian masyarakat di Kelurahan Pakuan Baru yang sudah dilakukan, terdapat metode secara farmakologi dan non farmakologi. Metode farmakologi berupa melakukan cek kesehatan secara gratis. Sedangkan metode Non Farmakologi berupa pemberian informasi tentang penggunaan obat dari tanaman herbal contohnya ubi jalar ungu dan terapi untuk mengobati Hipertensi. Berdasarkan hasil pengabdian masyarakat tersebut, terdapat peningkatan kepatuhan masyarakat dalam minum obat secara teratur, dan masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan penderita Hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi di wilayah Pakuan Baru, Provinsi Jambi

    Salep Ekstrak Etanol 70% Daun Ipomoea batatas (L.) Lam. sebagai Anti-inflamasi Topikal pada Tikus

    Get PDF
    Daun Ipomoea batatas (L.) Lam (ubi jalar) secara empiris digunakan sebagai obat luka bakar, penurun panas dan bisul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi daun ubi jalar sebagai anti-inflamasi topikal. Penelitian ini menggunakan metode rancang acak lengkap dengan subyek penelitian tikus jantan galur Sprague-Dawley (SD). Ekstrak etanol daun ubi jalar dibuat secara. Pengujian ekstrak meliputi organoleptis, kadar air, kadar abu total, dan skrining fitokimia. Ekstrak dibuat salep dengan konsentrasi yang berbeda kemudian diujikan potensi antiinflamasinya. Tikus sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif diberikan basis salep, kelompok kontrol positif diberikan salep hidrokortison asetat 2,5%, kelompok uji diberikan salep ekstrak etanol dengan konsentrasi 15%, 30% dan 60%. Uji aktivitas anti-inflamasi dengan parameter jumlah leukosit total dan monosit pada tikus putih jantan, menggunakan metode granuloma pouch yang diinduksi karagenan 20% dalam NaCl fisiologis secara subkutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salep ekstrak etanol 70% daun ubi jalar memiliki aktivitas anti-inflamasi topikal. Konsentrasi terbaik adalah konsentrasi 30% dengan rata-rata jumlah leukosit 41940 µl dan jumlah monosit 15,60%, sebanding dengan kontrol positif. Ekstrak etanol daun ubi jalar memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai anti-inflamasi topikal

    Uji Toksisitas Subkronis Singkat Oral Sup Daun Katuk (Sauropus androgynous) Pada Tikus Wistar Betina

    Get PDF
    Latar belakang: Daun katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman herbal yang sangat sering digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Pada umumnya masyarakat memilih mengkonsumsi dengan cara dibuat sup atau rebusan dari daunnya. Diketahui bahwa penggunaan daun katuk dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat meningkatkan produksi ASI hingga 50,47% tanpa mengurangi kualitasnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi efek toksik yang berpotensi muncul setelah pemberian sup daun katuk dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada tikus wistar betina, sehingga diperoleh informasi tambahan mengenai keamanan penggunaannya. Metode: Uji toksisitas oral subkronis dilakukan selama 28 hari. Tiga puluh tikus dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol, dosis 500 mg/kg BB, dosis 1000 mg/kg BB, dosis 3000 mg/kg BB serta kontrol satelit dan satelit 3000 mg/kg BB untuk melihat efek reversibilitas. Selama pengujian kondisi fisik diamati setiap 3 hari. Pada hari terakhir dilakukan pemeriksaan SGOT, SGPT, dan serum kreatinin serta rasio bobot dan volume organ hepar dan paru yang diikuti pemeriksaan histopatologi terhadap kedua organ tersebut. Hasil penelitian: Setelah pemberian sup daun katuk selama 28 hari pada tikus wistar betina tidak terjadi perubahan kondisi fisik yang signifikan. Hasil pengamatan makroskopis rasio bobot organ paru dan hepar tikus tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol (p>0,05). Selain itu, rasio volume hepar terhadap bobot badan terdapat perbedaan bermakna antara dosis 1000 mg/kg BB dan dosis 3000 mg/kg BB dengan kelompok satelit 3000 mg/kg BB (p0,05). Akan tetapi serum kreatinin meningkat paling tinggi pada dosis 500 mg/kg BB dan dosis 1000 mg/kg BB. Efek reversibilitas tidak terlihat setelah 14 hari penghentian pemberian sup daun katuk (Sauropus androgynous) selama 28 hari pada tikus wistar betina. Kesimpulan: Pemberian sup daun katuk (Sauropus androgynous) selama 28 hari pada tikus Wistar betina tidak menunjukkan adanya efek toksik yang bermakna sehingga penggunaannya masih relatif aman jika dikomsumsi selama kurang dari 30 hari

    Prosiding Perhipba

    Get PDF

    Pengumuman PKM 2011

    Get PDF
    Program Kreativitas Mahasiswa 201

    EKOLOGI PANGAN DAN GIZI

    Get PDF
    Ekologi pangan dan gizi sebagai konsep ilmiah yang berorientasi pada solusi yang berhubungan dengan interaksi kompleks dari komponen di bidang gizi yang menawarkan beberapa kemungkinan untuk dikembangkan pendekatan untuk memecahkan masalah terkait pangan dan gizi yang komplek

    Studi Pustaka : Potensi Senyawa Fitokimia Spirulina Platensis Sebagai Inhibitor a-Glukosidase Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

    Get PDF
    "Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit yang dominan terdapat di Negara berkembang. Diabetes sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu diabetes melitu tipe 1 dan diabetes tipe 2. Perbedaan diabetes tipe 1 dan 2 adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu umur penderita, karateristik berat badan bahkan sampai ke terapi penyembuhannya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi diabetes melitus tipe 2 adalah dengan terapi terapi farmakologi yaitu menggunakan obat penghambat enzim α-glukosidase dengan bahan alami yaitu Spiruina platensis. Spirulina platensis adalah salah satu jenis mikroalga yang memiliki senyawa aktif fitokimia. Spesifik penggalian potensi senyawa aktif fitokimia tersebut untuk mengetahui anti-diabetes didalamnya. Dalam penyakit DM tipe 2, yang mempunyai peran dalam dalam kenaikan gula darah adalah enzim α -glukosidase. Maka dari itu, dilakukan studi pustaka untuk mencari potensi senyawa fitokimia dalam S. platensis dalam perannya sebagai inhibitor α-glukosidase. Metode yang dilakukan dalam studi Pustaka ini adalah membandingkan perbedaan DM tipe 1 dan DM tipe 2, membandingkan nilai IC50 dari berbagai bahan alami dengan Spirulina platensis dan merangkum potensi senyawa fitokimia yang dikandung oleh Spirulina platensis. Langkah studi Pustaka yang dilakukan adalah identifikasi permasalahan, penentuan literatur, identifikasi permasalahan, pemilihan pustaka yang relavan dengan berbagai kata kunci yang digunakan, penyusunan permasalahan, menulis studi pustaka dan terakhir menyimpulkan studi pustaka yang ditulis. Berdasakan review yang telah ditulis hasil yang didapatkan adalah penderita DM tipe 1 cenderung berumur muda sedangkan DM tipe 2 penderita pada umumnya berusia 40 tahun keatas. Berat badan pada penderita DM 1 cenderung memiliki badan yang kurus sedangkan DM tipe 2 memiliki badan yang cenderung gemuk. Jumlah penderita diabetes yang dominan adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan pola hidup dan makan yang tidak sehat. Sedangkan untuk nilai IC50 dari beberapa yang telah dibandingkan, nilai IC50 pada S. platensis lebih rendah dibandingkan dengan bahan alami daun benalu cengkeh, daun sirih, umbi bawang Dayak, dan rimpang bangle. Nilai IC50 Spiruina platensis senilai 64,712 µg/ml. Hal tersebut diduga karena kandungan senyawa fitokimia yang terdapat didalamnya. Pada senyawa fitokimia yang telah didapatkan dari beberapa literasi, diketahui beberapa potensi farmakologi sebagai anti -diabetes dengan aktivitasnya menghambat kerja enzim α-glukosidase. Mekanisme dari berbagai senyawa fitokimia dalam berperan sebagai inhibitor enzim α- glukosidase memiliki mekanisme yang berbeda. Namun, terdapat beberapa jenis senyawa fitokimia yang cenderung tidak menghambat enzim α-glukosidase namun menghambat enzim yang lain yang berperan pula dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah seperti senyawa alkaloid.

    Analisis Aktivitas Antioksidan dan Kadar Serat Pangan pada Snack Bar Substitusi Tepung Kacang Merah dan Pedada sebagai Alternatif Snack Bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

    Get PDF
    vi ABSTRAK Irianto, Ameliana Febiyolanda. 2023. Analisis Aktivitas Antioksidan dan Kadar Serat Pangan pada Snack Bar Substitusi Tepung Kacang Merah dan Pedada sebagai Alternatif Snack Bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Tugas Akhir, Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Mokhamad Nur, STP., M.Sc, PhD (2) Ida Restyani, SST, M.Kes, RD. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya hiperglikemia karena tidak berfungsinya sekresi insulin. Diet DM adalah terapi non farmakologi bertujuan untuk menstabilkan glukosa darah salah satunya dengan pemberian makanan selingan berupa snack bar. Snack bar merupakan makanan selingan yang dapat melengkapi kebutuhan gizi. Pada snack bar substitusi tepung kacang merah dan pedada memiliki kandungan gizi tinggi akan aktivitas antioksidan dan serat pangan yang dapat mengontrol glukosa darah dan membatasi konsumsi makanan utama yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan dan kadar serat pangan snack bar substitusi tepung kacang merah dan pedada. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat formulasi perbandingan oat, tepung kacang merah, dan tepung pedada yaitu P0 (100:0:0), P1 (60:37:3), P2 (60:34:6), dan P3 (60:31:9) dengan 3 kali pengulangan. Aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan metode DPPH dan kadar serat pangan menggunakan metode Enzimatik Gravimetri. Hasil analisis menunjukkan nilai aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada formulasi P2 sebesar 83,94 ppm, sedangkan pada kadar serat pangan larut air nilai tertinggi terdapat pada formulasi P3 sebesar 2,20%, dan kadar serat pangan tidak larut air nilai tertinggi terdapat pada formulasi P3 sebesar 27,72%. Berdasarkan uji One- Way Anova, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kadar serat pangan larut air dan serat pangan tidak larut air, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) pada aktivitas antioksidan snack bar substitusi tepung kacang merah dan pedada. Konsumsi snack bar sebanyak 1 porsi dalam sehari dapat memenuhi kebutuhan serat dalam sehari pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebesar 35,92
    corecore