10,344 research outputs found

    Pembuatan Gliserol Tribenzoat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) Dengan Variasi Rasio Reaktan Dan Temperatur Reaksi

    Get PDF
    Gliserol merupakan hasil samping produksi biodiesel yang perlu diolah menjadi produk turunannya untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Keberadaan gliserol akan melimpah saat produksi biodiesel berkembang. Meskipun gliserol bukan merupakan zat yang beracun, buangan limbah gliserol dengan volume yang besar tetap akan menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan dan kesehatan sehingga diperlukan USAha diversifikasi gliserol menjadi berbagai product urunanna untuk meningkatkan konsumsinya. Proses esterifikasi gliserol merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam konversi gliserol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut proses reaksi gliserol dan asam benzoat dengan menggunakan katalis asam klorida untuk mendapatkan kondisi optimum proses produksi gliserol tribenzoat dengan variasi temperatur dan rasio reaktan (gliserol dan asam benzoat). Penelitian dilakukan dengan mereaksikan antara asam benzoat yang larut dalam metanol dengan gliserol dan asam klorida sebagai katalis dalam reaktor berpengaduk dengan tekanan 3 atm, kecepatan pengadukan 100 rpm, volume reaktor 500 mL, waktu reaksi 60 menit, dan katalis 7%. Variabelnya adalah temperatur (50, 65, 70, 80, 90 0C) dan rasio mol gliserol/asam benzoate (1:3; 1:3,5; 1:5 dan 1:7). Kondisi optimum terjadi pada rasio reaktan 1:5 dan temperatur 70 ā°C yang menghasilkan massa gliserol tribenzoat sebesar 55,48 g, yield terhadap gliserol sebesar 5,44 dan yield terhadap reaktan total hasil reaksi sebesar 77,87%

    PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI GLISEROL PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP MOTILITAS, VIABILITAS DAN ABNORMALITAS SEMEN BEKU SAPI LIMOUSIN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi gliserol pada pengencer skim kuning telur terhadap motilitas, viabilitas dan abnormalitas semen beku sapi Limousin. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen beku yang berjumlah 6 straw masing-masing berjumlah tiga ekor dengan 2 kali ejakulasi dari BBIB Singosari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan pada kualitas semen dianalisis menggunakan uji ANOVA dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncanā€™s multiple range test (DMRT). Variabel respon yang diamati adalah motilitas, viabilitas, dan abnormalitas semen. Berdasarkan hasil analysis of variance menunjukkan bahwa berbagai level gliserol berpengaruh sangat nyata (P0,05) terhadap viabilitas dan abnormalitas semen beku. Hasil perhitungan uji berganda Duncan diketahui bahwa perlakuan SK-Gliserol 17% (47,02 Ā± 6,5 %) tidak berbeda dengan perlakuan SKGliserol 13% (35,22 Ā± 11,4) dan SK-Gliserol 15% (42,85 Ā± 3,3 %), namun perlakuan SK-Gliserol 17% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan TK-Gliserol 13% dan SK-Gliserol 20%. Rata-rata hasil viabilitas TK-Gliserol 13%, SK-Gliserol 13%, SK-Gliserol 15%, SK-Gliserol 17% dan SK-Gliserol 20% secara berturut-turut yaitu 63.05, 74.12, 66.52, 71.98, serta 59.02 %. Hasil rata-rata abnormalitas semen beku sapi Limousin perlakuan TK-Gliserol 13% (9.13 %), SK-Gliserol 13% (4.33 %), SK-Gliserol 15% (3.73%), SK-Gliserol 17% (6.92 %) dan SK-Gliserol 20% (4.75 %). Dapat disimpulkan bahwa perlakuan pengencer skim kuning telur + gliserol 17% dapat melindungi kualitas semen beku sapi Limousin dengan nilai motilitas terbaik.

    Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol Dengan Katalis Berbasis Nikel

    Get PDF
    Semakin berkembangnya penggunaan biodesel sebagai bahan bakar yang bersifat renewable mendorong bertambahnya jumlah gliserol di pasaran sebagai produk samping reaksi pembuatan biodesel. Upaya peningkatan nilai jual gliserol dilakukan dengan pengolahan gliserol menjadi produk turunannya, salah satunya gliserol karbonat. Gliserol karbonat memiliki fungsi sebagai bahan baku polimer, surfaktan, emulsifier dan sebagainya yang juga bersifat biodegradable. Gliserol karbonat dapat diperoleh melalui reaksi karboksilasi katalitik antara gliserol dengan urea. Reaksi ini dilakukan dalam reactor batch dilengkapi yang dilengkapi dengan pompa. Gliserol, urea dan katalis dimasukkan dalam reaktor, kemudian dipanaskan. Saat suhu operasi tercapai, pompa vakum dinyalakan vakum untuk mengeliminasi gas ammonia yang terbentuk sebagai produk samping. Penelitian ini diawali dengan seleksi 3 jenis katalis yakni Ni powder, Ni yang diambil dari NiCl2.6H2O dan Ni/Ī³Al2O3, jumlah katalis yang digunakan dalam seleksi sebesar 3%Ā  dengan suhu proses 150oC selama 4 jam. Hasil yang terbaik adalah katalis Ni/Ī³Al2O3 dengan konversi gliserol 38,88% dan yield gliserol karbonat 23,56%. Kemudian dilakukan uji pengaruh jumlah katalis 1%, 3% & 5% dari berat gliserol dengan menggunakan Ni/Ī³Al2O3. Hasil terbaik pada berat katalis 5% dengan konversi gliserol 43,93% dan yield gliserol karbonat 27,83%. Penelitian dilanjutkan dengan seleksi suhu proses antara 100oC, 125oC, 150oC, 175oC & 200oC. Pada seleksi ini terpilih suhu 150oC yang menghasilkan konversi gliserol 43,93% dan yield gliserol karbonat sebesar 27,83%. Berikutnya adalah mengetahui pengaruh waktu terhadap konversi gliserol dan yield gliserol karbonat dengan variable 0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Hasil terbaik diperoleh pada 4 jam proses dengan konversi gliserol 43,93% dan yield gliserol karbonat sebesar 27,83%

    PENGARUH KONSENTRASI ADSORBAT, TEMPERATUR, DAN TEGANGAN PERMUKAAN PADA PROSES ADSORPSI GLISEROL OLEH ALUMINA

    Get PDF
    Gliserol merupakan suatu produk samping (by-product) cukup besar yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel. Gliserol yang dihasilkan pada setiap proses produksi biodiesel mencapai 10%. Pencucian gliserol pada limbah biodiesel menggunakan air (rasio 1 : 3, 1 : 4, dan 1 : 5) dan dilanjutkan dengan proses pemisahan gliserol merupakan suatu proses penting berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan (Karaosmanoglu et al., 1996). Gliserol yang telah dipisahkan dari biodiesel, dapat dikembangkan menjadi produk-produk turunannya yang akan meningkatkan nilai guna gliserol dan efektivitas proses produksi biodiesel. Suatu cara alternatif pemisahan gliserol adalah melalui proses adsorpsi menggunakan adsorben yang selektif

    Pengaruh Konsentrasi Tanah Pemucat (Bleaching earth) pada Pemurnian Gliserol Hasil Samping Pembuatan Biodiesel

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan persentase bleaching earth dalam pemurnian gliserol dan untuk mengetahui kemurnian gliserol tertinggi pada penambahan bleaching earth berdasarkan analisis sifat fisika kimia. Gliserol kasar terlebih dahulu diasamkan menggunakan asam sulfat (H2SO4) 6%. Kadar gliserol yang diperoleh dari pengasaman yaitu 87,90%. Proses selanjutnya yaitu adsorpsi menggunakan bleaching earth. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis statistic dengan ANOVA, dilanjutkan dengan uji Duncanā€™s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan penambahan bleaching earth memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, nilai pH, viskositas dan asam lemak bebas (FFA). Namun tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap densitas gliserol. Berdasarkan hasil analisis sifat fisika kimia gliserol murni, kemurnian tertinggi pada perlakuan penambahan bleaching earth 12,5% dari jumlah gliserol. Karakteristik gliserol nya adalah rendemen gliserol 71%, kadar gliserol 98,19%, kadar air 0,29% , kadar abu 0,83% , densitas 1,262 g/cm3, viskositas 431,53 cP, asam lemak bebas 1,76% , pH 5,9 dan warna gliserol kuning bening. Kata Kunci : Gliserol kasar, asam sulfat, adsorpsi, bleaching eart

    Deer Frozen Semen Quality in Tris Sucrose and Tris Glucose Extender with Different Glycerol Concentrations

    Full text link
    In order to improve Timor deer (Cervus timorensis) frozen semen quality, the influence of sugar and glycerol concentration on semen characteristics of sperm was investigated. The semen was collected from five sexually mature Timor deer using an electroejaculator. The semen was evaluated and divided into six equal tubes and diluted with Tris sucrose glycerol 10% (TSG10); Tris sucrose glycerol 12% (TSG12); Tris sucrose glycerol 14% (TSG14); Tris glucose glycerol 10% (TGG10); Tris glucose glycerol 12% (TGG12); and Tris glucose glycerol 14% (TGG14). The diluted semen was packed in 0.3 ml minitub straw, equilibrated at 5 oC for 4 hours and frozen on liquid nitrogen vapor for 10 minutes. The total of forward motility, viability, acrosome integrity and membrane integrity were assessed in fresh, after equilibration and after thawing. Results demonstrated that the percentage of sperm motility in TSG10was higher (P (63.93Ā±7.23%). The sperm in TSG10 and TSG14 extender were superior in acrosome as well as in membrane integrity. It was concluded that Tris Sucrose with 10% glycerol protected Timor deer sperm better than other combinations

    Glycerol as an Energy Source for Ruminants: a Meta-Analysis of in Vitro Experiments

    Full text link
    Glycerol or glycerin is generally recognized as a safe compound to be used in animal feed, especially for ruminants. A number of in vitro studies related to glycerol supplementation in ruminant ration have been published but to date the results have not been summarized. The objective of this study was, therefore, to evaluate in vitro digestibility, ruminal fermentation characteristics, total gas and methane production through the meta-analysis approach. Meta-analysis was applied to 13 experiments and 42 treatments dealing with glycerol supplementation in ruminants. Data were analyzed by general linear model procedure in which the glycerol levels and the different studies were treated as fixed effects. Results revealed that glycerol supplementation did not affect the in vitro digestibility and total VFA production, but significantly decreased molar proportion of acetate and iso-valerate (P<0.05). In contrast, molar proportion of propionate, butyrate, and valerate significantly increased, and thus the ratio of acetate to propionate declined linearly (P<0.05). Methane production decreased linearly and accompanied with an increase of total gas production with increasing levels of glycerol supplementation (P<0.05). It is concluded that the use of glycerol as an energy substitution in animal feed has no detrimental effects in the rumen and environmentally friendly

    Pengaruh Penggunaan Edible Coating Pati Sukun (Artocarpus Altilis) Dengan Variasi Konsentrasi Gliserol Sebagai Plasticizer Terhadap Kualitas Jenang Dodol Selama Penyimpanan

    Full text link
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan edible coating dari pati sukun (Artocarpus altilis)dengan berbagai variasi gliserol terhadap sifat fisik (tekstur) dan kimia (aw, kadar air, bilangan TBA) jenang dodol selamapenyimpanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi konsentrasi gliserolpada edible coating. Faktor variasi konsentrasi gliserol terdiri dari empat taraf konsentrasi yaitu sebesar 0%, 1.0%, 1.5%, 2% dansatu sampel tanpa coating (Kontrol). Hasil penelitian yang diperoleh semakin besar konsentrasi gliserol yang ditambahkan teksturjenang dodol semakin keras, nilai tekstur tertinggi adalah sampel Gliserol 2.0% sebesar 29.2020 N dan terendah sampel kontrolsebesar 4.6847 N. Semakin tinggi konsentrasi gliserol yang digunakan maka kadar air sampel jenang dodol yang dikemas semakinbesar. Kadar air tertinggi pada hari terakhir penyimpanan adalah sampel Gliserol 2.0% sebesar 25.5434% dan terkecil adalah sampelKontrol sebesar 22.1255%. Penggunaan kemasan edible dengan berbagai konsentrasi gliserol sebagai plasticizer memberikanperlindungan terhadap aw sampel jenang dodol dengan kisaran aw 0.89-0.91 pada hari terakhir penyimpanan. Semakin tinggikonsentrasi gliserol maka bilangan TBA sampel jenang dodol yang dikemas semakin kecil. Sampel Gliserol 2.0% memberikan nilaiTBA paling kecil sebesar 0.1264 mg malonaldehid/kg bahan dan sampel Kontrol memberikan nilai TBA paling besar sebesar0.4625 mg malonaldehid/kg bahan

    KAJIAN KARAKTERISTIK KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, TOTAL KAPANG DAN SENSORIS GETUK PISANG OVEN

    Get PDF
    KAJIAN KARAKTERISTIK KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, TOTAL KAPANG DAN SENSORIS GETUK PISANG OVEN DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SELAMA PENYIMPANAN Oleh Risto Arsowati Christiningrum1) RINGKASAN Getuk pisang merupakan salah satu jajanan pasar tradisional yang mudah ditemukan di Jawa Timur. Getuk biasanya terbuat dari singkong atau ubi. Getuk memiliki kadar air 10-40% dengan nilai Aw 0,6-0,9. Getuk memiliki kelemahan, yaitu umur simpan yang relatif pendek. Pemakaian humektan kedalam makanan semibasah bertujuan untuk menurunkan aktivitas air pada produk, sehingga dapat memperpanjang umur simpan dari getuk. Humektan yang digunakan adalah gliserol yang memiliki rumus kimia C3H8O3 yang dapat mengurangi atau mencegah kehilangan air. Sifat fisik dari gliserol diantaranya adalah: merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan cairan kental dengan rasa manis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi gliserol kadar air dan aktivitas air, total kapang dan sensoris selama penyimpanan. Pada analisis kadar air, aktivitas air, dan sensoris digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi konsentrasi gliserol pada getuk. Konsentrasi gliserol yang ditambahkan sebesar 0%, 3%, 6%, dan 9%. Sedangkan pengamatan kadar air, aktivitas air dan total kapang pada getuk dilakukan pada hari ke 1, 2, dan 3 untuk mengetahui kualitas mutu getuk dan pada hari ke 0 dilakukan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis kadar air pada getuk kontrol (tanpa penambahan gliserol) memiliki nilai sebesar 38,05%. Pada analisis sensoris panelis dapat membedakan getuk yang ditambah gliserol pada konsentrasi 3%, 6%, dan 9%. Kadar air dan aktivitas air memiliki nilai yang semakin menurun seiring meningkatkan konsentrasi gliserol yang digunakan, tanpa penambahan gliserol memiliki nilai tertinggi dan konsentrasi 9% memiliki nilai terendah selama waktu penyimpanan. Pada analisis total kapang yang tumbuh pada getuk mengalami peningkatan dengan semakin berkurangnya konsentrasi gliserol yang ditambahkan dan selama penyimpanan
    • ā€¦
    corecore