87 research outputs found
Seni dalam Bingkai Budaya Mitis: Nilai Life Force dan Transformasinya ke Budaya Ontologis
Tulisan ini bertujuan merumuskan teori transformasi nilai-nilai life force dalam seni dari ranah budaya mitis ke budaya ontologis. Kehadiran teori ini cukup penting karena dapat menjadi salah satu sarana mengkaji seni masa lampau kaitannya dengan seni masa kini, serta pijakan ilmiah penciptaan karya seni masa kini yang berbasis nilai-nilai budaya masa lampau. Objek material yang dikaji adalah tokoh Petruk dalam wayang kulit purwa. Metode telaah yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah conceptual approach. Hasil kajian menunjukkan, bahwa transformasi nilai-nilai life force dalam seni dari ranah budaya mitis ke budaya ontologis dapat dilakukan jika kreator mampu menemukan, menginterpretasi, dan mengejawantahkan nilai- nilai tersebut ke dalam karya seni masa kini dengan memperhatikan tiga dasar penciptaan seni, yakni: isi, bentuk, dan penyajian karya yang kontekstual
Mitis dan Ontologi sebagai Kekayaan Kajian Seni Tari
Human has their own way to resolve their life problem and to adapt with their environment according to their knowledge and culture. People's culture with mythical paradigm about tales and myths are often used as life guidance that need to be applied. They blend themselves in environment and actualize it in ritual and arts. Society with ontology paradigm consider myths as an entertainment, not to be applied in life. They lean on science to explain anything in life, also in arts. These two paradigms spread in some area, villagers and urban society. This distinction of perception produce an argue over which culture and arts are better. Based on this issue, this article aims to inspire mythical community and ontology to use experience capital, knowledge, thoughts, and their culture as substance to study art, to be specific dance art. Each culture has the same material, the only thing that differentiate is the form which is not realized by the community.Also in arts, whether it involves feel or using scientific techniques can be regarded as the property of arts studies
FUNGSI GAMELAN DALAM TRADISI SEKATENAN DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA (Analisis Filsafat Kebudayaan)
MANUSKRIP LONTARAK DALAM PATAHAN NARASI KEBUDAYAAN
Penelitian ini merupakan studi fenomenologi terhadap praktik-praktik kebudayaan di Sulawesi Selatan. Di dalamnya menguraikan tentang bagaimana masyarakat menginterpretasikan manuskrip lontara sebagai sebuah sistem nilai yang beroperasi melalui praktik kebudayaan di Sulawesi Selatan. Transformasi praktik-praktik kebudayaan melalui informasi dan tekhnologi membuat wasiat kebudayaan perlu direkonfigurasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga manuskrip lontara sebagai wasiat kebudayaan mampu mewujudkan identitas peradaban yang luhur dan adaptif pada setiap perubahan sektorial.Penelitian ini merupakan penelitian studi literatur dengan menggunakan pendekatan interpretifisme simbolik Clifford Geertz yang kemudian diadaptasi melalui teori dan paradigma kritis post modern.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah kebudayaan kini mulai dikubur berdasarkan pertukaran kompleksitas ekonomi, politik, hukum dan agama sehingga sangat sedikit perwujudan kearifan budaya yang melebur ke dalam prilaku sosial, termasuk dalam menjalankan amanah kepemimpinan. Hasrat material dan gaya hidup glamour menjadi sistem nilai yang tak mampu lagi menerima wasiat lontarak, dari disini pula terjadi dorongan dan pengaruh mentalitas yang sempit antara nilai-nilai estetika dan etika kebudayaan. Salahsatu metode penyadaran wasiat kebudayaan yang sudah mulai hilang adalah mengangkat kembali falsafah dan nilai-nilai esensi kebudayaan dengan menggunakan pendekatan ontologis, pendekatan mitis dan pendekakatan fungsional, agar manuskrip lontara tidak lagi terseret lebih jauh dalam kekuatan naskah kapital. Kekuatan kapital melahirkan patahan-patahan narasi kebudayaan, sehingga wasiat lontarak hanya menjadi pesona manuskrip masa lalu. Tanda budaya tidak lagi mewakili kebenaran, representasi budaya tidak mewakili realitas dan informasi budaya tidak lagi mewakili ilmu pengetahuan
Modul pelatihan guru mata pelajaran antropologi sma kelompok kompetensi c (keanekaragaman budaya, pendekatan saintifik)
Sejalan dengan Program Guru Pembelajar, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan, salah satunya dalam Modul Pelatihan Guru Pembelajar dari berbagai mata pelajaran. Modul ini berisi kegiatan belajar yang disajikan konsep dasar perangkat pembelajaran, materi, struktur dan pola pikir keilmuan; dan ruang lingkup antropologi yang meliputi manusia, kebudayaan dan lingkungan, nilai norma dan kebudayaan, keanekaragaman budaya di Indonesia, toleransi dan empati terhadap keragaman budaya, strategi kebudayaan di Indonesia, penelaahan contoh-contoh pendekatan saintifik dalam pembelajaran Antropologi, penelaahan contoh-contoh model-model Pembelajaran Antropologi, penelaahan contoh-contoh penilaian autentik, penelahaan rencana pelaksanaan pembelajara
HATUHAHA AMARIMA LOU NUSA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT KEBUDAYAAN CORNELIS ANTHONIE VAN PEURSEN DAN RELEVANSINYA DENGAN KEUTUHAN BANGSA INDONESIA
Hatuhaha Amarima Lou Nusa refers to an indigenous group that has a specific culture from ancestors to contemporary times. The content of cultural values of Hatuhaha Amarima is important to be applied to the context of the daily lives of Hatuhaha Amarima Lou Nusa's people in particular and Indonesia in general. This paper aims to reveal the dynamics of historical and cultural forms of Hatuhaha Amarima, and to explore the nature of Hatuhaha Amarima, along with the values which contained in it with Cornelis Anthonie van Peursen's philosophy of culture perspective. The essence of Hatuhaha Amarima are contained with society (human), history, territory, customs and culture, and language. As the result, the study explaints the epistemologycal aspect of Hatuhaha Amarima in its realistic nature. Also, the study finds a cultural polarization of Hatuhaha Amarima that is as monodualistic in its nature, so it is presenting the feel of living together in multiculturalism with relative condition; ethnicity, religion, and culture. One of the most important point of culture that was passed on by people of Hatuhaha Amarima is the relation of I – You. This is existing in the context of kinship systems, family systems and brotherhood. Obviously, the cultural values of Hatuhaha Amarima has tighted connection with Bhineka Tunggal Ika's principles, so that it is important to applicate it to the context of the state living integrity and nation in Indonesia. The soul of cultural values of Hatuhaha Amarima represented of the ideal values of Pancasila and universal values
Membangun Peradaban Bangsa Melalui Religiusitas Berbasis Budaya Lokal
Indonesia is a multicultural country with a variety of the diversity has the potential to build a nation’s civilization based on knowledge of nationalism and local cultural values. In other side, the diversity that owned by Indonesian nation has the potential to split the unity specially when that implementation to broke tradition called by Islamic puritanism. Palang Pintu tradition in Betawi cultures is still preserving until now especially in wedding ceremony and has development at welcoming guests. The method of research is qualitative with ethnographic approach. The theory used of religion and culture. The results of this research show that the tradition of Palang Pintu in Betawi Cultures has contain of Islamic values. The values of religiosity in that tradition are such as glorifying the Prophet Muhammad, Silaturrahmi, Protecting with Silat, Manners. Local culture can build a civilization where the human as the actors of the builder civilization are be able to formulate a system of values contained in the tradition. So Far local culture can build national civilization when the local culture is formulating as the ontological level of culture.
Keywords: Local Culture, Palang Pintu, Religiosity
Abstrak
Indonesia merupakan Negara majemuk dengan berbagai keanekaragaman memiliki potensi dalam membangun peradaban bangsa yang didasari pada pengetahuan wawasan kebangsaan serta nilai-nilai budaya local. Disisi lain, keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia memiliki potensi yang dapat memcah belah persatuan dan kesataun khususnya ketika anti tradisi melalui puritanisme Islam. Palang Pintu merupakan salah satu budaya Betawi yang hingga saat ini masih dilestarikan pada acara mantenan dan pada perkembangannya digunakan pada penyambutan tamu secara adat. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai religiusitas yang terdapat pada tradisi Palang Pintu yang dapat dikembangkan dalam membangun peradaban. Dengan pendekatan teori Agama dan Budaya. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan jenis etnografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tradisi Palang Pintu pada Budaya Betawi kayak akan nilai-nilai religious yang bersumber dari ajaran Islam. Nilai-nilai religiusitas tersebut seperti memuliakan nabi Muhammad Saw, Silaturrahmi, Melindungi diri atau menjaga diri, Sopan santun. Selanjutnya budaya local dapat membangun peradaban sejuah mana manusia sendiri sebagai pelaku budaya dan pembangun peradaban tersebut mampu memformulasiakan system nilai yang terdapat dalam tardisi.budaya local dapat dapat membangun peradaban bangsa ketika budaya local tersebut diformulasikan pada tataran ontologis budaya.
Kata kunci: Budaya Lokal, Palang Pintu, Religiusita
Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan mata pelajaran antropologi SMA kelompok kompetensi C (pendekatan saintifik, keanekaragaman budaya)
Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Ruang lingkup modul guru pembelajar kelompok kompetensi C antara lain : manusia, kebudayaan dan lingkungan, nilai norma dan kebudayaan, keanekaragaman budaya di Indonesia, toleransi dan empati terhadap keragaman budaya, strategi kebudayaan di indonesia, penelaahan contoh-contoh pendekatan saintifik dalam pembelajaran antropologi, penelaahan model-model pembelajaran antropologi, penelaahan penilaian autentik, penelahaan rencana pelaksanaan pembelajaran
- …