48,205 research outputs found

    Use of response surface methodology (RSM) to optimize pea starch-chitosan novel edible film formulation

    Get PDF
    The aim of this study was to develop an optimal formulation for preparation of an edible film from chitosan, pea starch and glycerol using response surface methodology (RSM). Three independent variables were assigned comprising chitosan (1-2%), pea starch (0.5-1.5%) and glycerol (0.5-1%) to design an empirical model best fit in physical, mechanical and barrier attributes. Impacts of independent variables on thickness, moisture content (MC), solubility, tensile strength (TS), elastic modulus (EM), elongation at break (EB) and water vapor permeability (WVP) of films were evaluated. All the parameters were found to have significant effects (p<0.05) on physical and mechanical properties of film. The optimal formulation for preparation of edible film from chitosan, pea starch and glycerol was 1% chitosan, 1.5% pea starch and 0.5% glycerol. An edible film with good physical and mechanical properties can be prepared with this formulation and thus this formulation can be further applied for testing on coating for fruit and vegetables

    Karakteristik Edible Film Pektin Dengan Penambahan Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)

    Get PDF
    Pengemasan dengan edible film adalah salah satu teknik pengemasan yang sedang berkembang. Edible film terbukti dapat memperpanjang masa simpan dan memperbaiki kualitas produk. Pektin merupakan salah satu jenis bahan yang dapat dijadikan edible film karena potensinya dalam melindungi produk dari oksigen dan karbondioksida. Penambahan minyak atsiri dapat menambah kualitas edible film sebagai pengemas antimikroba. Minyak atsiri sereh dapur mengandung senyawa aktif yang mempunyai aktivitas antimikroba. Oleh karena itu, karakteristik edible film berbahan pektin dengan penambahan minyak atsiri sereh dapur perlu diketahui. Konsentrasi penambahan minyak atsiri sereh dapur yang digunakan adalah 0%, 0.25%, 0.5%, 0.75% dan 1%. Karakteristik edible film yang diuji meliputi ketebalan, kuat tarik, pemanjangan dan permeabilitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi minyak atsiri sereh dapur berpengaruh terhadap ketebalan, kuat tarik dan permeabilitas edible film. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri sereh dapur yang ditambahkan, meningkatkan ketebalan dan kuat tarik edible film yang dihasilkan, serta menurunkan nilai pemanjangan dan permeabilitas dari edible film yang dihasilkan. Edible film dengan penambahan minyak atsiri sereh dapur mampu menghambat pertumbuhan Pseudomonas fluorescens dan Aspergillus niger

    Edible Film Made of Corn Starch-Carrageenan-Rice Bran: The Characteristic of Formula's Viscosity, Water Content, and Water Vapor Transmission Rate

    Get PDF
    AbstractThis research aimed to obtain the best formulation of corn starch, carrageenan, and rice bran as the main components of edible film to improve formula’s viscosity, water content, and Water Vapour Transmission Rate (WVTR). This research was an experimental research using Randomized Complete Block Design (RCBD). The first factor was corn starch concentration (1.5%; 2.5%; 3.5%), the second factor was carrageenan concentration (0.67%; 1%; 1.33%), and the third factor was rice bran concentration (0.12%; 0.25%; 0.38%). The analysis of variance showed that the interaction of corn starch, carrageenan, and rice bran has a significant impact on the viscosity, water content, and WVTR value of the edible film. Based on the viscosity, water content, and WVTR value of the edible film, the best formulation was found in the edible film with the corn starch concentration of 2.5%, 1% carrageenan, and 0.25% rice bran. The formula's viscosity value of this edible film was 165.1 ± 5.3 cP, with 14.65 ± 0.05% of water content, and 60.13 ± 0.05 g/m2/h of WVTR value.Keywords: carrageenan, corn starch, edible film, rice bran Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi terbaik dari pati maizena, karagenan, dan bekatul padi sebagai komponen dasar edible film untuk meningkatkan viskositas formula. kadar air, dan Water Vapour Transmission Rate (WVTR). Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah konsentrasi pati maizena (1,5% ; 2,5% ; 3,5%), faktor kedua adalah konsentrasi karagenan (0,67%; 1%; 1,33%), dan faktor ketiga adalah konsentrasi bekatul padi (0,12% ; 0,25% ; 0,38%). Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi penambahan pati maizena, karagenan, dan bekatul padi berpengaruh nyata terhadap viskositas formula edible film, kadar air, dan nilai WVTR edible film. Formulasi terbaik sesuai karakteristik viskositas formula edible film, kadar air, dan nilai WVTR edible film adalah edible film dengan konsentrasi pati maizena 2,5%, karagenan 1%, dan bekatul 0,25% yang memiliki nilai viskositas formula edible film sebesar 165,1 ± 5,3 cP, kadar air edible film sebesar 14,65 ± 0,05%, dan nilai WVTR edible film sebesar 60,13 ± 0,05 g/m2/jam.Kata kunci: bekatul padi, edible film, karagenan, pati maizena

    Karakterisasi Fisika dan Kimia Edible Film Ekstrak Lantana Camara Linn Sebagai Antibakteri

    Get PDF
    ABSTRAK Edible film merupakan suatu kemasan primer yang ramah lingkungan dan dapat dimakan. Salah satu bahan baku edible film tersebut adalah pati ampas sagu. Plasticizer gliserol digunakan untuk meningkatkan elastisitas edible film. Sedangkan penambahan ekstrak Lantana Camara Linn bertujuan untuk meningkatkan aktivitas antibakteri edible film. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik fisika dan kimia edible film pati ampas sagu dengan campuran gliserol dan ekstrak Lantana Camara Linn yang dapat menghambat bakteri S. Aereus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film ekstrak Lantana Camara Linn berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik, pH, ketebalan, daya serap dan aktivitas antibakteri. Karakteristik edible film yang dihasilkan memiliki ketebalan berkisar 0,010 mm hingga 0,033 mm, pH berkisar 6,11 hingga 6,81, daya serap berikisar 17,6 % hingga 47,8 % dan bersifat antibakteri S. Aureus dengan nilai diameter daya hambat (DDH) berkisar 0,90 mm hingga 2,16 mm.Kata kunci: Edible Film, Ekstrak Lantana Camara Linn, Pati ampas sagu, Gliserol. ABSTRACT            Edible film is a primary packaging that is environmentally friendly and edible. One of the edible raw materials of the film is starch of sago waste. Plasticizer glycerol is used to improve the elasticity of edible film. While the addition of Lantana Camara Linn extract aims to increase the activity of antibacterial edible film. The aim of this research is to know the physics and chemical characteristics of edible sago starch film with mixture of glycerol and Lantana Camara Linn extract which can inhibit S. Aereus bacteria. The results showed that edible film extract of Lantana Camara Linn had significant effect on organoleptic test, pH, thickness, absorption and antibacterial activity. The resulting edible film characteristics have thicknesses ranging from 0.010 mm to 0.033 mm, the pH ranges from 6.11 to 6.81, the absorption rate is 17.6% to 47.8% and is antibacterial S. aureus with the inhibitory diameter (DDH) ranging from 0.90 mm to 2.16 mm.Keywords : Edible Film, Lantana camara linn Extract, Starch Sago, Glycero

    Formulasi dan Evaluasi Edible Film dari Ekstrak Terpurifikasi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Sebagai Anti-Sariawan

    Get PDF
    Sariawan adalah luka akibat iritasi pada gusi, lidah, dan lapisan dalam mulut. Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan yaitu beluntas (Pluchea indica Less). Salah satu sediaan yang efektif untuk mengobati sariawan yaitu edible film. Tujuan penelitian ini adalah membuat edible film dari ekstrak terpurifikasi daun beluntas dan mengetahui aktivitas antibakteri edible film terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian dimulai dari ekstraksi dan purifikasi ekstrak, pembuatan edible film, evaluasi fisik sediaan dan uji aktivitas antibakteri sediaan menggunakan metode dilusi padat. Formula edible film terdiri dari ekstrak terpurifikasi 2,5%, 5%, 7,5% dan formula tanpa ekstrak. Hasil evaluasi fisik menunjukkan berat rata-rata edible film dari masing-masing fomula yaitu 0,25-0,41 g. Ketebalan edible film yaitu 0,07-0,14 mm. Daya lipat yang dihasilkan lebih dari 300 kali, pH permukaan senilai 6,47-6,73. Waktu larut dari edible film yaitu 25-32 detik. Uji aktivitas antibakteri menggunakan semua formula edible film, formula tanpa ekstrak (kontrol negatif) dan Betadine obat kumur (kontrol positif ). Hasil pengujian antibakteri diperoleh semua formula memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, dengan konsentrasi hambat minimum dan konsentrasi bunuh minimum yaitu 2,5%. Kesimpulan penelitian ini yaitu edible film ekstrak terpurifikasi daun beluntas memenuhi kriteria mutu fisik edible film yang baik dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus.   Stomatitis are sores caused by irritation of the gums, tongue and lining of the mouth. A plant that can be used as a medicine for stomatitis is beluntas (Pluchea indica Less). One of the effective preparations for stomatitis treatment is edible film. The aim of this research were making edible film from purified extract of beluntas leaves and determining the antibacterial activity of edible film against Staphylococcus aureus. The research started from extraction and purification of the extract, making the edible film, physical evaluation of the products and testing the antibacterial activity using solid dilution method. Edible film formula consists of purified extract 2.5%, 5%, 7.5% and a formula without extract. The results of physical evaluation showed that the average weight of edible film from each formula were 0.25-0.41 g. The thickness of the edible film were 0.07-0.14 mm. Folding power were more than 300 times. The surface pH were 6.47-6.73 and the dissolution time were 25-32 seconds. The antibacterial activity test used all edible film formulas, formulas without extract (negative control) and Betadine mouthwash (positive control). The antibacterial test results showed that all formulas had antibacterial activity against S. aureus, with a minimum inhibitory concentration and a minimum bactericidal concentration of 2.5%. The conclusion of this research is edible film from purified extract of beluntas leaves qualified good physical quality of edible film and has antibacterial activity against S. aureus

    Pembuatan Edibel film dari pati ubi jalar (Ipomea Batatas) dengan penambahan protein Whey sebagai pengemas makanan

    Get PDF
    INDONESIA : Plastik komersil yang digunakan sekarang keberadaanya sulit didegradasi oleh mikroba tanah sehingga menyebabkan berbagai masalah terhadap lingkungan. Hal inilah yang mendorong adanya pengembangan teknologi jenis kemasan yang bersifat biodegradable, diantaranya edible film. Edible berbahan dasar pati ubi jalar orange ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan ini. Edible film dari pati ubi jalar memiliki kelemahan seperti mudah terhidrasi, mudah mengembang, dan mudah robek tetapi dapat diatasi dengan penambahan whey protein serta sorbitol sehingga didapat edible film yang memiliki kualitas tinggi. Protein whey ini berfungsi sebagai biopolimer tambahan yang dapat meningkatkan sifat mekanik edible film. Sedangkan sorbitol ditambahkan untuk meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas edible film. Metode pembuatan edible film ini dilakukan dalam dua tahap yaitu ekstraksi pati ubi jalar dan pembuatan edible film yang selanjutnya dilakukan karakterisasi. Hasil karakterisasi pati ubi jalar memiliki kadar pati 44,19%, dan kadar air 13,95%. Hasil karakterisasi edible film menunjukkan nilai kuat tarik terbaik pada konsentrasi whey 6% sebesar 17,5385 Mpa dan daya serap air sebesar 16,44%. Sedangkan untuk nilai elongasi tertinggi pada konsentrasi whey protein 6% sebesar 84,46%. Pada hasil FTIR tidak ditemukan gugus fungsi baru sehingga hal ini menunjukkan bahwa edible film yang terbentuk merupakan proses blending secara fisika. Pada hasil SEM edible film dengan konsentrasi whey tertinggi 6% lebih baik hasilnya karena retakan yang lebih sedikit. ENGLISH : Commercial plastic used now is difficult to be degraded by soil microbes, causing various environmental problems. This is what drives the development of biodegradable packaging type technology. Edible films from natural materials which are quite large in number and easily obtainable are alternative solutions to reduce this plastic waste. This edible made from orange sweet potato starch is one of the efforts that can be done to reduce this problem. Edible film from sweet potato starch has weaknesses but can be overcome by adding whey protein and sorbitol to obtain high quality edible film. This whey protein functions as an additional biopolymer which can improve the mechanical properties of edible films. While sorbitol is added to increase the elasticity and flexibility of edible films. The method of making edible film is divided into two, namely the extraction of sweet potato starch and the making of edible film which is then characterized. The results of the characterization of sweet potato starch had 44.19% starch content, and 13.95% water content. The results of edible film characterization showed the best tensile strength value at 6% whey concentration of 17.5385 MPa and water absorption of 16.44%. Whereas the highest elongation value at the concentration of 6% whey protein was 84.46%. In the FTIR results no new functional groups were found so this shows that the edible film formed was a physical blending process. In SEM edible film results with the highest whey concentration of 6% better results due to fewer cracks

    DIFUSI TEKNOLOGI PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBASIS KARAGENAN/PATI SEBAGAI KEMASAN PRIMER DODOL RUMPUT LAUT DI KABUPATEN TAKALAR

    Get PDF
    ABSTRAKKabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang kaya akan komoditi hasil perikanan dan pertanian, utamanya rumput laut yang dapat diolah menjadi karagenan dan umbi-umbian yang dapat diolah menjadi pati sebagai sumber bahan baku edible film. Edible film merupakan kemasan primer yang dapat dimakan dan ramah lingkungan yang telah banyak diaplikasikan pada produk pangan olahan. Salah satu produk olahan yang potensi untuk diaplikasikan edible film adalah dodol yang banyak diproduksi di Kabupaten Takalar. Tujuan umum dari kegiatan pengabdian ini adalah memberdayakan mitra ibu-ibu kelompok usaha Matahari untuk memanfaatkan produk turunan dari rumput laut dan umbi-umbian seperti karagenan dan pati menjadi edible film dan mengaplikasikan pada dodol. Mitra ini telah memiliki pengalaman memproduksi dodol rumput laut namun belum memiliki pengetahuan tentang kemasan primer yang baik, aspek keamanan pangan dan, belum memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang produksi kemasan primer dan aplikasinya pada pangan olahan basah seperti dodol. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian yang dilakukan meliputi penyuluhan dan pelatihan. Metode penyuluhan dan pelatihan dilakukan untuk menjelaskan tentang manfaat edible film, cara membuat edible film, dan aspek keamanan pangan pada pembuatan dan aplikasi edible film. Sementara itu metode pelatihan diberikan untuk meningkatkan keterampilan ibu-ibu kelompok  Matahari membuat edible film dan menerapkan kemasan primer pada dodol. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini adalah ibu-ibu kelompok usaha Matahari banyak memperoleh pemahaman dan keterampilan tentang edible film dan aplikasinya pada dodol. Selain itu peserta menyadari pentingnya keamanan pangan dalam proses produksi, pemilihan jenis bahan baku edible film dan cara penggunaan edible film pada dodol.Kata kunci: edible film, karagenan, pati, kemasan, keamanan pangan. ABSTRACTTakalar Regency, one of the districts in South Sulawesi Province, is rich in commodities of fisheries and agriculture. Carrageenan and starch, the derivative products of seaweed and tubers, are the raw materials of edible film. Edible films/coatings is a thin layer which is formed directly on the food surface or between different layers of components with many function such as a barrier of moisture, oxygen, and solute into the food and as a carrier ofaroma compounds. The objective of the community services is to empower the housewife of Matahari community to produce carageenan/starch based-edible film and its application to dodol, a processed food which is fabricated by Matahari community, a small entreprises in Takalar regency. Matahari community has experience producing dodol but they did not yet have good knowledge to produce edible film  and apply edible film to dodol  as well as lack of food safety aspects. The method used in the implementation knowledge and skills transfer to community were lecture and training. The lecture method was conducted to provide an explanation of the benefits of edible film, how to produce edible film and its application to dodol in-house scale, and how to keep the food safety. The community were very responsive to follow the training as well as the lecture. The community was very eager to follow the training activities and conducting practice edible film. After participating in these activities, the skill of the Matahari community to produce edible film in-house scale improved. In addition, awareness of food safety and proper packaging greatly enhanced. Keywords: edible film, carrageenan, starch, packaging, food safety
    corecore