8 research outputs found

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH PADA PEDAGANG SATE DI KOTA PALEMBANG

    Get PDF
    Latar Belakang: Pencemaran udara merupakan masalah yang masih terus-menerus terjadi seiring dengan semakin merebaknya perindustrian serta kendaraan bermotor. Salah satu polutan berbahaya dan sering diperhatikan adalah karbon monoksida karena konsentrasi nya yang cenderung meningkat setiap tahun. Bahaya utama dari karbon monoksida yakni menimbulkan gangguan pada darah. Karbon monoksida sangat cepat berikatan dengan hemoglobin yang membuat terganggunya aliran darah sehingga memicu peningkatan tekanan darah. pedagang sate merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami gangguan tekanan darah akibat paparan karbon monoksida dari asap pembakaran sate. Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang mempengruhi tekanan darah serta faktor paling dominan dalam mempengaruhi tekanan darah pada pedagang sate di kota Palembang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah 50 pedagang sate sebagai sampel. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda model faktor resiko. Hasil: Sebanyak 62% hasil ukur kadar karbon monoksida pada area pedagang sate melebihi nilai baku mutu. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh bahwa variabel kadar karbon monoksida dan kebiasaan mengkonsumsi kopi memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah dengan p-value sebesar 0,015 dan 0,026. Pada analisis multivariat terdapat satu variabel yang memiliki nilai p value  < 0,05 yakni variabel Karbon Monoksida, artinya ada hubungan yang signifikan antara paparan karbon monoksida terhadap tekanan darah (p-value = 0,038). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara variabel paparan karbon monoksida dan variabel kebiasaan konsumsi kopi dengan tekanan darah. Variabel paparan karbon monoksida merupakan variabel paling dominn dalam mempengaruhi tekanan darah

    PENDAMPINGAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU MASYARAKAT DESA TANJUNG PERING KECAMATAN INDRALAYA UTARA

    Get PDF
    Garbage dumps are still an environmental problem both globally, nationally, and regionally to this day. The issue of solid waste in Tanjung Pering Village is complex in terms of the minimization and handling of the garbage. Poor waste management is caused by lousy handling behavior and the unavailability of infrastructure and facilities, such as temporary waste shelters, so that waste pollutes the surrounding environment. This community service aimed to increase public knowledge in waste management, namely efforts to minimize and handle the waste. These community service methods were presentations and demonstrations. The results of this service show that 67% of the community has increased knowledge about waste management and making biopori. It was concluded that this community service activity was beneficial in increasing the knowledge and skills of the community in waste management, so the sustainability of this activity needed to raise public awareness of improving the health of the residential environment.  ---  Timbunan sampah masih tetap menjadi masalah lingkungan baik secara global, nasional maupun regional hingga saat ini. Permasalahan persampahan di Desa Tanjung Pering termasuk kompleks baik dalam hal minimasi maupun penanganan sampah. Upaya penanganan sampah yang buruk selain disebabkan perilaku penanganan yang buruk juga oleh karena tidak tersedianya pra sarana dan sarana seperti tempat penampungan sampah sementara sehingga sampah mencemari lingkungan sekitar. Tujuan pengabdian ini meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah yaitu upaya minimasi dan penanganan sampah. Metode pengabdian ini ialah presentasi dan peragaan. Hasil pelaksanaan kegiatan  pengabdian ini menunjukkan sebesar 67% masyarakat memiliki peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan pembuatan biopori. Disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah, sehingga perlu adanya keberlanjutan dari kegiatan ini dalam meningkatkan kepedulian masyarakat akan peningkatan kesehatan lingkungan pemukiman

    PENERAPAN TANGGAP DARURAT PADA PENGUNJUNG SALAH SATU MALL DI KOTA PALEMBANG

    Get PDF
    Bencana merupakan serangkaian kejadian yang mengancam kehidupan dan dapat mengakibatkan kerugian baik secara materil maupun moril. Bencana disebabkan oleh adanya faktor bahaya, pemicu, dan kondisi lingkungan yang rentan. Pengelolaan tanggap darurat terhadap suatu bencana sangat dibutuhkan guna menekan angka kerugian yang dapat ditimbulkan. Mall merupakan salah satu tempat yang rentan terjadi bencana seperti kebakaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kesiapsiagaan pengunjung salah satu mall di Kota Palembang mengenai pemahaman bencana dan upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pengambilan data dilakukan dalam satu waktu secara bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung mall dengan sampel sebanyak 47 pengunjung yang diperoleh melalui teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,8% pengunjung mall tidak memiliki pengalaman tanggap darurat dan sebanyak 51,1% pengunjung memiliki pengetahuan yang tergolong rendah mengenai tanggap darurat. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengunjung salah satu mall di Kota Palembang tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai upaya tanggap darurat yang dapat dilakukan selama berada di dalam mall sehingga diperlukan sosialisasi dan pelatihan yang melibatkan seluruh pengunjung mall untuk ikut serta agar dapat terlatih dalam menghadapi bencana yang seringkali datangnya tidak terduga

    Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Terhadap Paparan Debu Pada Pekerja Pasir di Kota Palembang

    Get PDF
    Setiap tempat kerja mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah satunya paparan debu. Paparan debu salah satunya terjadi di lingkungan kerja tambang pasir. Kota Palembang merupakan daerah yang dialiri oleh Sungai Mus yang menjadi tempat penambangan pasir di Palembang. Kegiatan penambangan pasir ini dapat menimbulkan resiko paparan debu seperti PM10 dan TSP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan lingkungan akibat paparan debu pada pengumpul pasir di Palembang. Metode ARKL digunakan untuk mengambil sampel udara di 19 titik pengukuran untuk menentukan kadar PM10 dan TSP di area kerja. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan 74 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 titik yang berisiko akibat paparan PM10 dengan nilai RQ di Depot 1 sebesar 5,4 dan Depot 2 sebesar 2,7. Sedangkan kadar TSP tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi pengumpul pasir di Palembang dengan nilai RQ ≤ 1. Sehingga diperlukan manajemen risiko dengan menurunkan konsentrasi PM10 hingga batas aman 1,81 mg/m³

    Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Karbon Monoksida (CO) Pada Pedagang Sate di Palembang

    Get PDF
    Level of pollutants in the air that humans breathe every day will impact health for now or future. The occupational risk of satay traders who are exposed to carbon monoxide from grilling food using charcoal is often not realized. The aims of this study are to measure carbon monoxide levels exposed to satay traders in Palembang and examine the magnitude of the risk in several future time periods. This study is used a quantitative design with environmental health’s risk analysis approach. Assessment of carbon monoxide is used Carbon Monoxide Meter. Respondents were selected through the purposive sampling technique by as many as 58 persons. They were selected by criteria: used charcoal as fuel and were the street vendor. Carbon monoxide exposure was in the range of 12.3 – 163 mg/m3. The intake value is influenced by the concentration of the risk agent, rate of intake, as well as duration, frequency, and time of exposure. The results showed real-time intake value was 20,62 while the lifetime intake was 78,60. Realtime RQ calculated CO exposure will be risky if exposed within a period of 30 years. However, it was found that almost 40 percent of respondents had risk based on real-time RQ values with each duration. Analysis of CO exposure’s risk on satay traders is predicted to occur at the 10th year of exposure, which is influenced by the increasing exposure time. For reducing the level of CO exposure, satay traders are advised to use personal protective equipment such as masks and may consider using smokeless food grills/electric grills.Kadar polutan dalam udara yang manusia hirup setiap hari akan berdampak terhadap kesehatannya saat ini maupun di masa depan. Risiko pekerjaan sebagai pedagang sate yang terpapar karbon monoksida (CO) dari hasil pembakaran makanan menggunakan arang sering kali tidak disadari. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar karbon monoksida terpajan pada pedagang sate yang menggunakan arang di kota Palembang serta menggambarkan besaran risiko tersebut dalam beberapa periode waktu mendatang. Jenis penelitian deskriptif dengan analisis kuantitatif menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Pengukuran CO menggunakan alat Carbon Monoxide Meter. Sampel dipilih melalui teknik purposive sampling sebanyak 58 orang. Kriteria pengambilan sampel yaitu menggunakan arang sebagai bahan bakar dan merupakan pedagang kaki lima. Pajanan karbon monoksida berada pada rentang 12,3 – 163 mg/m3. Nilai intake dipengaruhi oleh konsentrasi agen risiko, laju asupan, serta durasi, frekuensi, dan waktu pajanan. Hasil penelitian menunjukan nilai intake realtime sebesar 20,62 sedangkan intake lifetime 78,60. Perhitungan RQ realtime menunjukkan bahwa pajanan CO akan berisiko jika terpapar dalam kurun waktu 30 tahun. Namun, ditemukan sebanyak hamper 40 persen responden memiliki risiko berdasarkan nilai RQ realtime dengan durasi pajanan masing-masing responden. Analisis risiko paparan CO pada pedagang sate diprediksi akan terjadi pada waktu pajanan ke-10 tahun yang dipengaruhi oleh waktu pajanan yang bertambah. Untuk mengurangi kadar pajanan CO tersebut, pedagang sate disarankan menggunakan alat pelindung diri seperti masker serta dapat mempertimbangkan untuk menggunakan alat pemanggang makanan tanpa asap/pemanggang listrik

    Determinan Keluhan Subyektif Pernafasan Pada Penjual Sate di Kota Palembang

    No full text
    Latar Belakang: Arang merupakan bahan pembakaran yang terdiri dari 85%-95% bahan karbon. Proses pembakaran arang menghasilkan polutan berupa gas karbon monoksida. Gas karbon monoksida merupakan gas toksik yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya keluhan subyektif gangguan pernafasan pada penjual sate. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi Keluhan subyektif pernafasan pada penjual sate di Kota Palembang. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional menggunakan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2021 dengan 58 Responden penjual sate. Variabel pada penelitian ini adalah Konsentrasi gas karbon monoksida, Indeks Massa Tubuh, Lama pajanan, Kebiasaan merokok, Penggunaan APD dan Keluhan Subyektif Pernafasan. Data primer diperoleh melalui pengukuran udara ambien dan kuesioner. Analisis dilakukan menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda model faktor risiko. Hasil: Hasil analisis didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara Konsentrasi gas karbon monoksida (p=0,002) dan Kebiasaan merokok (p=0,048) dengan Keluhan subyektif pernafasan, serta Nilai risiko adjusted dari variabel konsentrasi gas karbon monoksida mempengaruhi keluhan subyektif pernafasan pada penjual sate di Kota Palembang setelah dikontrol oleh variabel confounding (p= 0,004;PR=8,513;CI=1,951-37,141). Kesimpulan: Konsentrasi karbon monoksida berhubungan dengan Keluhan subyektif pernafasan pada penjual sate di Kota Palembang

    Risk Model for Third Hand Smoke Against Health Problems in Children in Palembang City

    No full text
    Introduction The cigarette smoke residue left on home furnishings, clothes and on smokers' bodies is known to have an impact on health, especially toddlers and children. In the long term this exposure triggers the incidence of cancer. Purpose This study aims to determine the risk of third hand smoke in children under five to their health problems in Palembang. Method This study used a cross sectional design in Palembang. The sample amounted to 180 toddlers who were selected using the cluster sampling method. The analysis performed was univariate, bivariate and multivariate analysis of risk factor models. Results Based on the analysis, it is known that respondents who are classified as Third Hand Smoke (THS) have a risk of 2.905 (1,341-6,296) times for experiencing health problems than those who are not classified as THS. After controlling for socio-economic variables, smoker status, gender, child's age, father's attitude, the risk of THS against health problems increased from 8,752 (2,656-28,843). Discussion It is necessary to educate the public, especially fathers, about the dangers of exposure to cigarette smoke residues for children's health problems.Keywords: Third Hand Smoke, Smoker Father, smoke residue, Health ProblemsIntroduction The cigarette smoke residue left on home furnishings, clothes and on smokers' bodies is known to have an impact on health, especially toddlers and children. In the long term this exposure triggers the incidence of cancer. Purpose This study aims to determine the risk of third hand smoke in children under five to their health problems in Palembang. Method This study used a cross sectional design in Palembang. The sample amounted to 180 toddlers who were selected using the cluster sampling method. The analysis performed was univariate, bivariate and multivariate analysis of risk factor models. Results Based on the analysis, it is known that respondents who are classified as Third Hand Smoke (THS) have a risk of 2.905 (1,341-6,296) times for experiencing health problems than those who are not classified as THS. After controlling for socio-economic variables, smoker status, gender, child's age, father's attitude, the risk of THS against health problems increased from 8,752 (2,656-28,843). Discussion It is necessary to educate the public, especially fathers, about the dangers of exposure to cigarette smoke residues for children's health problems.Keywords : Third Hand Smoke, Smoker Father, smoke residue, Health Problem

    Investigation Diarrhea Cases in Child in Palembang City 2015-2016 With Geographic Information System Approach

    No full text
    Diarrhea cases in children under five are still one of the causes of the death of most children. Based on reports from the Palembang City Health Office, there is an increase in the number of diarrhea cases in urban areas between 2015-2016. There is one health center in urban areas that has a 4-fold increase between 2015-2016. The purpose of this study was to investigate the causes of an increase in diarrhea cases in the working area of Punti Kayu health center which included urban areas. This research is a qualitative descriptive study using secon-dary data, interviews with 3 health center staff and regional observations. The research was conducted in the working area of Punti Kayu Palembang Health Center. The results will be analyzed using the GIS approach to produce a map of the spatial distribution of diarrhea cases in children between 2015-2016 in the city of Palembang. In addition, the Content Analysis method to investigate the causes of increased cases. After analysis, it was found that between 2015-2016 the highest increase in cases was in Alang-alang sub-district where there was the Punti Kayu Health Center. The cause of the increase in the number of cases is due to the presence of non-working areas in Punti Kayu health centers such as Sukarame, Talang Kelapa, and Social along with the widespread use of National Health Insurance. In addition, health promotion to the homes of most residents was rejected. The need for innovation in raising awareness about the importance of private sanitation and the need for separation of reporting between patients in the work area and non working areas so that it is clear how many cases in the area need to be intervened by the health car
    corecore