6 research outputs found
Karakter Pemilih Pemula di Kabupaten Tuban: Adaptasi Budaya Politik Sekolah
Starting from curiosity about how the political culture of the school in shaping the character of novice voters in Tuban Regency. So this research was conducted using comparative qualitative methods to explore primary data on research subjects spread across senior high schools (SMA) in Tuban Regency such as Deputy Head of Student Affairs, Citizenship Education Teachers, Coaches and OSIS Students (Intra-School Student Organizations), including the General Election Commission of Tuban Regency as secondary data in this study. The results showed that the political culture of schools in shaping the character of novice voters in Tuban Regency with an understanding and emphasis on students about politics in Indonesia through classroom teaching, then the implementation of democracy in Indonesia in the OSIS election, as well as school innovation in carrying out the student council selection process that is packaged online. Furthermore, the adaptation of political culture that is applied forms the character of students as novice voters. The character of students as novice voters is behavior that is active in practical politics, starting from following, criticizing and participating. This active behavior can be seen from the implementation of the smallest political practice in schools, namely the Student Council Election
PENGUATAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI (PSE) SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN
This qualitative case study aims to assess the contribution of the PSE Commission in alleviating poverty and to analyze PSE institutional strengthening in the success of poverty alleviation priority programs. Institutional strengthening is the key to the sustainability and success of poverty alleviation programs. However, there are studies that show that institutional strengthening through legal aspects, Provincial Drinking Wages and public policies have been effective enough to alleviate poverty. Of the many findings that exist, researchers discovered new things, namely through institutional strengthening in aspects; Structure, HR, Finance, Organizational Funding and Assets, Monitoring and Evaluation, Legality, Data and Information and Collaborative Networks can determine the success of the institution in alleviating poverty and the sustainability of poverty alleviation priority programs. The pattern of the empowerment approach carried out by the government is seen as less touching on the problems of the poor because it is project oriented, while the one carried out by the Catholic Church is oriented towards religious values
KOLABORASI DINAS KEHUTANAN DAN STISIP FAJAR TIMUR UNTUK MENYUKSESKAN PROGRAM KEBUN BIBIT RAKYAT (KBR)
Kegiatan ini adalah salah satu respon Dinas Kehutanan Kabupaten Malaka terhadap kerusakan hutan di Desa Barene Kecamatan Malaka Tengan Kabupaten Malaka dan berkolaborasi dengan STISIP Fajar Timur untuk mengimplementasikan Program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Kegiatan ini dilakukan dengan 2 metode yaitu persiapan dan pelaksanaan. Tahapan persiapan meliputi dua aksi yaitu survey awal dan rapat internal. Tahapan pelaksanaan terdiri dari tiga aksi yaitu 1) Penyuluhan, 2) Pembinaan dan penertiban pemasaran hasil hutan kayu, 3) Pendampingan pembentukan KBR. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan mendapatkan respon partisipasi aktif dari Pemerintah Desa Barene dan Masyarakat Desa Barene. Kegiatan ini berhasil dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Kegiatan KBR sangat bermanfaat bagi rehalibilitas lahan kritis dan dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat
PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENGURUS BUMDES LENTERA KABUNA
Bumdes Lentara Kabuna adalah salah satu Bumdes di Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu yang berhasil dalam mengelola unit usahanya secara baik dan telah meningkatkan pendapatan desa. Pemerintah Desa Kabuna terus mendukung Bumdes dalam segala hal salah satunya melalui pelatihan peningkatan kapasitas pengurus Bumdes yang diselenggarakan oleh Kementrian Desa bekerja sama dengan Dinas Social Kabupaten Belu. Pelatihan yang dilakukan sebagai bentuk upaya memperbaiki menajemen keuangan Bumdes agar segala bentuk transaksi keuangan Bumdes dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun secara hukum. Permasalahan yang dihadapi Bumdes Lentera adalah adanya perubahan pelaporan keuangan Bumdes setiap tahun sehingga perlu sekali dilakukan pelatihan manajemen keungan bagi para pengurus sehingga para pengurus dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terus terjadi. Pelatihan itu penting sekali dilakukan karena melalui pelatihan itu sumber daya manusia para pengurus dapat ditingkatkan dan kemahiran mengelola keuangan bumdes dapat terus diupdate sesuai nomenklatur di Kementerian Desa. Metode yang digunakan dalam pelatihan itu adalah talk show, Fucus Group Discussion (FGD) dan Presentasi. Tujuan sekaligus harapan dari pelatihan ini agar peserta mampu melakukan penyusunan administrasi keuangan secara baik dan benar sesuai regulasi secara lebih maksimal
Penguatan Pengembangan Sosial Ekonomi (Pse) Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Umat Gereja Paroki St. Petrus Tukuneno. (Studi Kasus PSE di Gereja Paroki St. Petrus Tukuneno-Keuskupan Atambua )
Studi kasus kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui proses PSE; mengkaji kontribusi KPSE dalam mengentaskan kemiskinan; mengetahui hambatan yang dihadapi SSP Tukuneno dalam melaksanakan program PSE; untuk menganalisis penguatan KPSE dalam menyukseskan program dan strategi KPSE dalam mempertahankan keberlanjutan program pengentasan kemiskinan. Hasil penelitian menemukan bahwa proses PSE dilakukan melalui pengajuan proposal sehingga mendapatkan persetujuan KPSE yang disahkan Uskup Atambua. Ada 6 program strategis dan 7 kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan KPSE dan SSP Tukuneno yang telah sedikit menekan angka kemiskinan. Namun dalam pelaksanaannya ditemukan berbagai tantangan yang menghambat pelaksanaan program PSE seperti situasi lingkungan sosial, strukutur politik, budaya dan adat istiadat, akses-akses publik, mental dan kepribadian umat. Dengan adanya penguatan kelembagaan dan evaluasi yang terus menerus baik secara internal dan eksternal kelembagaan telah meningkatkan kepercayaan publik sehingga kesuksesan program pengentasan kemiskinan dan keberlanjutannya melalui kerjasama dengan Pemerintah pusat, daerah dan LSM dapat membawa umat keluar dari masalah kemiskinan. Pendekatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan Gereja Katolik Keuskupan Atambua melalui KPSE lebih berorientasi pada nilai-nilai agama dan dinilai efektif dalam menekan angka kemiskinan
UPAYA PEMBERDAYAAN PETANI LAHAN KERING UNTUK MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN KETAHANAN PANGAN
Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya petani lahan kering di Kabupaten Belu dalam mempertahankan volume produksi pertanian melalui pelatihan dan pemberdayaan agar lebih tahan terhadap curah hujan yang tidak menentu. KPSE-KA NTT bekerjasama dengan CRS dan YMTM berupaya memberdayakan petani agar petani terampil mengolah lahan dalam kondisi cuaca ekstrim (Tahan Stres). Upaya tersebut telah berkontribusi membantu pemerintah daerah dalam mengentaskan kemiskinan akibat produk pertanian yang tidak menguntungkan bagi petani di daerah dengan ketersediaan air yang terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani yang dibentuk dalam kelompok telah meningkatkan produksi jagung dan kacang-kacangan mereka lebih dari 80%. Petani sasaran telah menggunakan praktik pertanian yang tahan stres (mampu menahan tekanan lingkungan) sehingga tanaman pertanian dapat bertahan meskipun ketersediaan air terbatas. Selain itu, keterampilan petani meningkat dan pengetahuan mereka dalam memasarkan produk pertanian menjadi lebih luas. Petani kader mampu berorganisasi, kepemimpinan dan dinamika kelompok, praktik budidaya dan pengelolaan tanaman, mampu mempraktikkan teknologi konservasi tanah dan air, mampu mengelola tanaman sayuran dan tanaman berumur panjang, mampu membuat rencana kerja untuk membuat struktur/sistem konservasi tanah dan air di kebun mereka, mampu berkoordinasi langsung dengan instansi terkait (pertanian, ketahanan pangan, kehutanan, BPBD) untuk mendapatkan layanan dan input pertanian. keterampilan petani meningkat dan pengetahuan mereka dalam memasarkan produk pertanian menjadi lebih luas. Petani kader mampu berorganisasi, kepemimpinan dan dinamika kelompok, praktik budidaya dan pengelolaan tanaman, mampu mempraktikkan teknologi konservasi tanah dan air, mampu mengelola tanaman sayuran dan tanaman berumur panjang, mampu membuat rencana kerja untuk membuat struktur/sistem konservasi tanah dan air di kebun mereka, mampu berkoordinasi langsung dengan instansi terkait (pertanian, ketahanan pangan, kehutanan, BPBD) untuk mendapatkan layanan dan input pertanian.</jats:p