25 research outputs found
Pengaruh Tingkat Kerusakan Jalan Perkebunan dan Posisi Tandan Buah Segar di Bak Truk terhadap Kinerja Angkutan Kelapa Sawit
Pengangkutan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit merupakan satu tahap penting dalam proses pascapanen. Kondisi pengangkutan menentukan kuantitas dan kualitas TBS sebagai bahan baku pabrik kelapa sawit. Mengingat masih banyak jalan perkebunan yang belum ideal, penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan tingkat kerusakan jalan dan penempatan TBS di bak truk terhadap kinerja pengangkutan. Indikator kinerja pengangkutan yang digunakan adalah buah restan (tertinggal di kebun), kadar asam lemak bebas (ALB), tingkat pelepasan buah (membrondol), dan tingkat memar (indeks memar). Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu: 1) kinerja pengangkutan dari piringan pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH). 2) kinerja pengangkutan dari TPH ke pabrik. Perlakuan dalam penelitian tahap dua adalah kualitas jalan pengumpulan, yaitu jalan baik, sedang, dan buruk, dan posisi TBS di bak truk, yaitu di lapisan dasar, tengah, dan atas. Hubungan panjang jalan rusak dengan tingkat restan buah dianalisis dengan analisis regresi, sedang indikator kinerja pengangkutan dianalisis dengan analisis varians (Anova), dan kemudian dilanjutkan dengan analisis satu arah pembedaan antar perlakuan dengan metode Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi atau tingkat kerusakan jalan memberikan pengaruh terhadap indikator kinerja pengangkutan tingkat buah restan, namun tidak secara nyata berpengaruh terhadap tingkat pelepasan buah sawit dari tandan (pembrondolan), tingkat kerusakan buah (indeks memar) dan kadar ALB pada saat pengangkutan menggunakan truk bak kayu. Sedang posisi TBS di dalam bak truk berpengaruh cukup nyata terhadap tingkat pelepasan buah dari tandan, dan berpengaruh nyata terhadap indeks memar buah selama pengangkutan
Sistem Pengambilan Keputusan Untuk Pengembangan Usahatani Terpadu Di Lahan Pasang Surut
Integrated farming system is intendend to extend the biological cycle through an optimal use of farming, plantation, and animal husbandry by-products. The purposes of this study were to design an information system that would support the decision making in an integrated farming system management of tidal swamp lands and to determine the feasibility of an integrated farming system based on an eonomic analysis of type B and C of tidal swamp lands in Gandang vil- lage of Central Kalimantan. This study was carried out from July to September 2008 in Gandang village, Maliku sub district, Pulang Pisau district of Central Kalimantan. The methods used were field surveys and interviews. The data that had been collected and verified in the field were then classified and compiled. These data were then analysed to create a database for a decision support system model of an integrated farming development in the tidal swamp lands of Gandang village, which was processed using Borland Delphi 7.0. The results of decision analysis indicated that the average size of land owned by the farmers was 3.25 hectares for which 1.47 hectares, 0.61 hectares, and 0.91 hectare were used for paddy, coffee, and grass cultivation, respectively; they also had two cows. From such uses, they obtained a profit of Rp 9.020.843 per farmer per year
Penyusunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penetapan Indeks Ketahanan Pangan di Tingkat Rumah Tangga dan Wilayah 458 (Studi Kasus di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, YOGYAKARTA)
Ketahanan pangan di Indonesia secara nasional tergolong cukup apabila dilihat dari sisi ketersediaan, namun tingkat kemiskinan masih cukup tinggi. Itu artinya meskipun ketersediaan secara nasional melimpah, namun pangan tersebut tidak bisa diakses oleh semua warga sampai ke tingkat rumah tangga. oleh karena itu, ketahanan pangan merupakan salah satu hal yang perlu terus menerus diawasi keadaannya dari waktu ke waktu. Salah satu metode untuk mengidentifikasi dan memberikan data/informasi tentang situasi ketahanan pangan adalah dengan penetapan indeks ketahanan pangan. Penelitian ini ditujukan untuk membangun instrument (seperangkat software) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk menetapkan indeks ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan wilayah. SPK (Decission Support System/DSS) untuk penetapan indeks ketahanan pangan perlu dilakukan supaya tedapat suatu program yang dapat digunakan sebagai sistem informasi berbasis komputer untuk mengolah dan menyajikan data dengan lebih baik sebagai bahan acuan bagi para pengambil kebijakan terkait masalah ketahanan pangan. Program dirancang dengan pemrograman berbasis desktop sebagai software bantu dalam menggabungkan subsistem dialog, subsistem model, subsistem basis data dan subsistem komponen pengetahuan. Pengumpulan data dilakukan di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, D.I.Yogyakarta dengan metode survey dan wawancara untuk diolah sebagai basis data. Hasil perancangan program menunjukkan bahwa program SPK untuk indeks ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan wilayah yang dirancang secara dinamis dapat digunakan sebagai instrument untuk melakukan identifikasi serta memberikan data/informasi situasi ketahanan pangan secara berkala yang ditampilkan dalam bentuk laporan berupa indeks dan kategori serta peta. Berdasarkan hasil analisis terhadap indeks ketahanan pangan di tingkat rumah tangga di desa sampel menunjukkan adanya 1 dusun rawan pangan; 6 dusun rentan pangan; 10 dusun tahan pangan. Berdasarkan indeks ketahanan pangan di tingkat wilayah, situasi ketahanan pangan Desa Srimartani cukup baik, ditunjukkan dengan indeks kurang dari 0,48 artinya semua dusun di Desa Srimartani masuk kategori cukup tahan, tahan dan sangat tahan. Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan knowledge base tentang ketahanan pangan yang dimiliki penulis, disarankan agar aparat desa dan pemeritah dapat melakukan monitoring situasi/kondisi wilayah secara berkala. Untuk dusun yang masuk kategori rawan pangan, program SPK memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan aparat desa agar memberikan bantuan langsung/bantuan tunai agar dapat membantu kondisi rawan pangan yang sedang terjadi
Kriteria Kualitatif Penentuan Produk Unggulan Komoditas Perkebunan dengan Metode Delphi di Kabupaten Kolaka-Sulawesi Tenggara
The determination of the main product of plantation commodity in kolaka has not been done. The purpose of this research were to composing an order of main product of plantation commodity in Kolaka. The object of this research were alternative 17 of plantation commodity. The determination of strategic indicators as the selection criteria of the main products were done by a panel of researchers that experts in different fields in plantation scope. In the effort to reach of the consensus, they were accordance with the Delphi Method. There are seven strategic indicators used as the criteria in determination of the main product of plantation commodity in Kolaka as followed: (1) based on the local resource potential, (2) enhancing to acces domestic and global market, (3) to produce high added value, (4) supported by technology and qualified human resources, (5) eco-friendly product by applying eco-friendly technology and have optimum agriculture waste as well as apply good waste management, (6) implement cooperation principle and business oriented, and (7) administratively and economically feasible for business development. The result of score calculation on the each indicator showed that the main product of plantation commodity were cacao on the first with score 4.6, clove and pepper on the second with score 4.3, and cashew, coconut, and coffee on the third with score 4.2
Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Jaringan Saraf Tiruan untuk Peramalan Harga Komoditas Tanaman Pangan
Sistem pendukung keputusan berbasis jaringan saraf tiruan untuk peramalan harga tanaman pangan dirancang untuk membantu memberikan stimulus bagi para pengambil keputusan perihal kebijakan stabilisasi harga pangan, tren harga masa depan dan jadwal tanam yang memungkinkan untuk memaksimalisasi keuntungan. Tujuan penelitian ini adalah rancang bangun Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan terlebih dahulu menganalisis arsitektur Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang paling tepat untuk digunakan sebagai metode peramalan/subsistem model SPK. Kajian dilakukan dengan menggunakan tingkat harga bulanan komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta bulan Januari 2000 – Juli 2011. Arsitektur JST terbaik dipilih berdasarkan pada nilai Mean Square Error (MSE) dan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) yang paling kecil dari hasil pelatihan, pengujian dan validasi sistem. Arsitektur terbaik kemudian dirancang menjadi subsistem model SPK bersamaan dengan basis data, tampilan antarmuka dan komponen pengetahuan dengan menggunakan fase-fase perancangan sistem pendukung keputusan dan diprogram dengan bahasa pemrograman delphi. Dari 324 percobaan analisis arsitektur JST untuk masing-masing komoditas, diperoleh satu arsitektur JST dengan performa terbaik untuk masing-masing komoditas dan valid untuk digunakan sebagai metode peramalan dengan toleransi MAPE 15%. Dari 6 jenis komoditas tanaman pangan yang menjadi objek kajian, arsitektur JST yang paling baik diperoleh dari komoditas beras IR64 dengan arsitekur [12 – 32 – 1], nilai laju pembelajaran 1,75 dan kisaran transformasi data terletak pada [0 dan 1], dengan nilai MSE dan MAPE pelatihan, pengujian dan validasi berturut-turut adalah [0,00125 dan 2,807%], [0,0219 dan 3,289%], [0,0244 dan 3,575%]. Berdasarkan hasil validasi, batas jangka waktu peramalan maksimal yang valid untuk dilakukan oleh sistem adalah selama 12 bulan ke depan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa arsitektur JST yang digunakan mengalami penurunan performa pada bagian pola harga yang berfluktuasi dengan tajam, hal ini disebabkan karena arsitektur JST yang digunakan tidak memperhitungkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga, untuk itu perlu pengembangan arsitektur JST sebagai subsistem model SPK guna meningkatkan kemampuan sistem memberikan dukungan keputusan yang lebih baik
Aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Penentuan Strategi Pengembangan Subak
Subak merupakan suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosioagrarisreligius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Satu keistimewaan dari sistem subak adalah bahwa pengelolaan subak berazaskan pada konsep Tri Hita Karana (THK). Namun seiring dengan berkembangnya pariwisata, terjadi fenomena antara lain : (i) berkurangnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan; (ii) minat generasi muda menjadi petani semakin menurun karena prospek kesempatan kerja di bidang pariwisata lebih menjanjikan daripada menjadi petani, dan (iii) terdapat kepentingan lain terhadap air di luar sektor pertanian.Tujuan penelitian ini adalah : mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi subak; me netapkan beberapa alternatif strategi untuk solusi pengembangan subak; dan menetapkan strategi solusi terpilih untuk pengembangan dan keberlanjutan sistem subak ditengah pesatnya perkembangan pariwisata Bali.Pada penelitian ini, penentuan alternatif strategi yang sesuai dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dengan cara membuat Matriks SWOT. Tahap berikutnya, berdasarkan Matriks SWOT tersebut, disusun berbagai alternatif strategi. Selanjutnya, pemilihan alternatif strategi solusi yang dianggap paling sesuai, dilakukan menggunakan Analitical Hi erarchy Process (AHP) yang diselesaikan dengan program Criterium Decision Plus Versi 3.0.Penilaian menggunakan AHP diperoleh hasil bahwa pengembangan subak sebagai daerah agroekowisata merupakan pilihan alternatif strategi yang mempunyai nilai (value) paling besar (0,471) dibandingkan dengan alternatif pengem bangan sebagai daerah wisata massal (0,157) maupun sebagai daerah pertanian (0,372). Dengan pengembangan subak sebagai daerah agroekowisata diharapkan dapat mendukung keberlanjutan sistem subak ditengah perkembangan pari wisata Bali, yang merupakan sinergi antara pariwisata dan pertanian
Studi Pola Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Rapa Var. Parachinensis L.) Hidroponik di dalam Greenhouse Terkontrol
Tanaman sayuran harus dibudidayakan dengan optimal agar diperoleh hasil yang maksimal. Di wilayah tropis seperti di Indonesia, pertumbuhan tanaman sayuran dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti kelembaban, suhu, nutrisi dan cahaya. Untuk memperoleh kondisi yang optimal dan terkendali selama periode pertumbuhan, tanaman sawi dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan tanaman sawi (Brassica rappa var. parachinensis L.) yang dibudidayakan secara hidroponik di dalam greenhouse yang dilengkapi dengan kendali suhu, nutrisi dan cahaya. Tujuan penelitian adalah menentukan kombinasi faktor terbaik yang memberikan pertumbuhan paling optimal. Penelitian dilakukan dengan memberikan tiga perlakuan dengan tiga variasi yaitu suhu (32 °C, 35 °C, dan 38 °C), nutrisi (2 mS/cm, 5 mS/cm, dan 8 mS/cm), dan cahaya (7000 lux, 12000 lux, dan 17000 lux) sehingga terdapat 27 ruang budidaya atau greenhouse dengan iklim mikro yang berbeda. Tingkat pertumbuhan ditentukan berdasarkan luas daun dan diukur selama 48 hari budidaya. Kendali di dalam masing- masing greenhouse dilakukan oleh aktuator pompa, lampu pijar dan lampu TL (Flourescent Lamp). Hasil penelitian menunjukkan suhu, nutrisi dan cahaya berpengaruh pada pertumbuhan tanaman sawi. Dari hasil analisis faktor tunggal, luas daun maksimum dihasilkan pada suhu 35 °C yaitu 565 cm-, nutrisi 5 mS/cm yaitu 639,27 cm- dan cahaya 17000 lux yaitu 697,42 cm-. Secara kombinasi, tingkat pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan suhu 35 °C, nutrisi 5 mS/cm, dan cahaya 17000 lux dengan hasil luas daun mencapai 1068,82 cm-
Model Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Parameter Kualitas Tomat Berdasarkan Parameter Warna RGB
Jaringan syaraf tiruan (JST) digunakan untuk memprediksi parameter kualitas tomat, yaitu Brix, asam sitrat, karoten total, dan vitamin C. JST dikembangkan dari data Red Green Blue (RGB) citra tomat yang diukur menggunakan computer vision system. Data kualitas tomat diperoleh dari analisis di laboratorium. Struktur model JST didasarkan pada jaringan feedforward backpropagation dengan berbagai fungsi pelatihan, yaitu gradient descent (traingd), gradient descent dengan resilient backpropagation (trainrp), Broyden, Fletcher, Goldfrab dan Shanno (BFGS) quasi-Newton (trainbfg), serta Levenberg Marquardt (trainlm). Fungsi pelatihan yang terbaik adalah menggunakan trainlm, serta pada struktur jaringan digunakan fungsi aktivasi logsig pada lapisan tersembunyi dan linier (purelin) pada lapisan keluaran. dengan 1000 epoch. Nilai koefisien korelasi (r) pada tahap pelatihan dan validasi secara berturut-turut adalah 0.97 - 0.99 dan 0.92 - 0.99; sedangkan nilai MAE berkisar antara 0.01-0.23 dan 0.03-0.59
