3 research outputs found
Potensi Sabut Dan Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben Untuk Meregenerasi Minyak Jelantah
Pada penelitian ini dipelajari kemampuan sabut dan tempurung kelapa sebagai adsorben, untuk mengurangi kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV), dan warna gelap minyak goreng bekas. Pengolahan dengan adsorben ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas minyak jelantah sehingga umur pemakaian minyak goreng dapat diperpanjang. Adsorben dari bahan sabut maupun tempurung kelapa disiapkan pada berbagai metode perlakuan awal, yakni (1) tidak diarangkan, tidak dihilangkan ligninnya; (2) tidak diarangkan, dihilangkan ligninnya (delignisasi); (3) diarangkan biasa, tidak diaktivasi; (4) diarangkan biasa, diaktivasi; (5) dibakar 400 °C, tidak diaktivasi; (6) dibakar 400 °C, diaktivasi; (7) dibakar 600 °C, tidak diaktivasi; dan (8) dibakar 600 °C, diaktivasi. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengkontakkkan minyak goreng bekas dan adsorben pada suhu 75°C selama 30 menit, kemudian minyak disaring dan diamati Perubahan kadar FFA, PV, dan warna yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabut dan tempurung kelapa pada berbagai metode perlakuan awal dapat mengurangi kadar FFA, PV, dan warna minyak goreng bekas. Metode perlakuan awal terbaik untuk memperbaiki kualitas minyak jelantah adalah metode tidak diarangkan dan didelignisasi, baik untuk bahan baku sabut maupun tempurung kelapa. Sabut kelapa mempunyai kemampuan adsorpsi sedikit lebih baik daripada tempurung kelapa
Rekayasa Proses Produksi Asam Laktat Dari Limbah Ampas Pati Aren Sebagai Bahan Baku Poli Asam Laktat
Proses pembuatan asam laktat dari limbah ampas pati aren diawali dengan perlakuan pendahuluan hingga diperoleh serbuk ampas pati aren. Proses selanjutnya adalah hidrolisis selama 54 jam dengan penambahan mikrobia selulotik dari ekstrak rayap sebanyak 40%. Hasil hidrolisis adalah glukosa dengan kadar gula reduksi sebesar 31,99%. Fermentasi glukosa menjadi asam laktat dilakukan pada suhu 30oC dengan penambahan Lactobacillus casei sebanyak 10%, 20%, 30% dan waktu inkubasi 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam. Berdasarkan uji statistik analisis varian disimpulkan bahwa ada beda sangat nyata antar perlakuan kombinasi jumlah Lactobacillus casei dan waktu fermentasi. Kadar asam laktat tertinggi diperoleh pada penambahan Lactobacillus casei sebanyak 30% dan waktu fermentasi 20 jam, yaitu sebesar 0,91 g/L
Produksi Poli Asam Laktat Dari Limbah Ampas Pati Aren
Poli asam laktat (PLA) yang dibuat pada penelitian ini menggunakan asam laktat dari bahan baku limbah ampas pati aren. Polimerisasi asam laktat menjadi poli asam laktat (PLA) dilakukan dengan metode ring opening polymerizaton pada suhu 170â—‹C dan tekanan 152 mmHg. Variabel pada proses polimerisasi adalah katalis Sn (II) Oct sebanyak 3%, 4%, 5% dan waktu reaksi 45 menit, 60 menit, 90 menit. Kristal PLA diperoleh dengan diendapkan menggunakan metanol dan selanjutnya dilakukan analisis termal dan yield. PLA hasil penelitian memiliki karakteristik termal (melting temperature dan glass transition temperature) tertinggi diperoleh pada katalis Sn (II) Oct 5% dan waktu reaksi 90 menit, berturut-turut yaitu 149â—¦C dan 61â—¦C. Jumlah poli asam laktat terbanyak diperoleh dari perlakuan penambahan katalis 5% dan waktu polimerisasi 90 menit, yaitu dengan yield 26,77%