3 research outputs found
Penentuan Jenis Senyawa Flavonoid pada Isolat Biji Kakao (Theobroma cacao L.) dalam Fraksi N-butanol dengan Aktivitas Antioksidan Tertinggi menggunakkan Metode Spektrofotometri UV-VIS
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa flavonoid pada isolat biji kakao dalam fraksi n-butanol yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Sementara itu, pengujian penentuan jenis golongan senyawa flavonoid dilakukan secara kualitatif melalui metode pereaksi geser (NaOH 2M, NaOAc, H3BO3, AlCl3, dan HCl). Penentuan aktivitas antioksidan dilihat dari nilai AAI. Isolat 1 memperlihatkan nilai AAI sebesar 4,30±0,43 (sangat kuat), isolat 2 sebesar 3,75±0,23 (sangat kuat), isolat 3 sebesar 3,04±0,36 (sangat kuat) dan isolat 4 sebesar 1,35±0,05 (kuat). Hasil penentuan jenis flavonoid menggunakan pereaksi geser diperoleh hasil bahwa isolat 1 merupakan senyawa golongan flavanon atau dihidroflavonol dengan jenis 6,7-dihidroksi flavanon/ dihididroksi dihidroflavonol atau 7,8-dihidroksi flavanon/dihididroksi dihidroflavonol yang terdapat orto dihidroksi pada cincin A dan B
Cultivation and Analysis of Citronella Essential Oil Compounds for Traditional Medicine Development
Purpose: This study addresses challenges faced by Mahapraja, a Bali tourist cottage. It explores issues related to citronella cultivation, trust-building, limited land, equipment underutilization, and marketing hurdles. It is relevant for regional traditional medicine and agriculture.
Method: This research uses a mixed-method approach, combining qualitative data collection (interviews, surveys, observations) with quantitative analysis (Gas Chromatography-Mass Spectrophotometer). Pre- and post-tests gauge knowledge enhancement during socialization activities.
Practical Applications: The findings improve citronella cultivation in Mahapraja, boosting essential oil production and benefiting the cottage and traditional medicine industry. It informs marketing strategies, instilling confidence in producing and selling derivative products.
Conclusion: This study highlights Mahapraja's citronella challenges, setting the stage for agricultural improvements and effective marketing. It underscores research's role in advancing regional traditional medicine and agriculture, positioning Mahapraja for success in citronella essential oil production and sales
PEMBUATAN HAIR TONIC BERBAHAN DASAR LIDAH BUAYA DAN ANALISIS DENGAN FOURIER TRANSFORM INFRARED
Dewasa ini penggunaan lidah buaya sangat banyak digunakan dalam pembuatan produk kosmetik yang ramah lingkungan salah satu penggunaan lidah buaya pada pembuatan hair tonic yang berguna untuk melebatkan rambut. Lidah buaya memiliki kandungan utama seperti: minyak atsiri, gum, aloin, mineral, emodin dan vitamin. Lidah buaya yang dimanfaatkan pada penelitian ini adalah gel lidah buaya dari jenis lidah buaya barbadensis yang berarti tanaman yang kaya akan protein, vitamin A, C, dan E, kalsium, untuk melembabkan kulit, menghilangkan jerawat dan meremajakan kulit. Lidah buaya juga berfungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Kandungan kimia lidah buaya yang berupa gel dapat dipaparkan secara rinci yaitu saponin, asam sinamat, lignin, polisakarida, eteral oil, acemannan, vitamin B1, B2, B6, asam folat, tannin, enzim oksidase, amilase, monosakarida, glukomanan, enzim bradikinase, dan salisilat. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat hair tonic dari lidah buaya dengan kode F1, F2 dan F3 dengan masing – masing perbandingan ekstrak lidah buaya dan cairan lidah buaya 1:1; 1:2; 1:3, untuk mengetahui sifat fisik dari ketiga hair tonic dan untuk melihat gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic dengan alat instrumentasi Fourier Transform Infrared (FTIR).
Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa Hair tonic F1 memiliki aroma khas lavender, warna peach, bentuk cairan kental, tekstur lembut, pH 3,8 dan viskositas sebesar 0,0039 ± 0,0003 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F1 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C=O amida, C=O ester, C-H alkana, C-H alkuna, C-H bending, alkuna dan O-H stretching. Hair tonic F2 memiliki aroma khas melati, warna peach, bentuk caiarn kental, tekstur lembut, pH 3,7 dan viskositas sebesar 0,0034 ± 0,0002 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F2 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C-O-C eter, C=O aldehid, C-H alkana dan O-H stretching. Hair tonic F3 memiliki aroma khas melati-peppermint, warna peach, bentuk caiarn kental, tekstur lebih lembut, pH 3,8 dan viskositas sebesar 0,0037 ± 0,0001 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F2 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C-O-C eter, C=O amida, C=O aldehid, C-H alkana dan O-H stretching