3 research outputs found
PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTs) UNTUK GURU MI DI KEBUMEN
This service aims to provide training on the preparation of HOTs-based evaluation instruments to madrasah ibtidaiyah teachers in Kebumen. This service is located at MI Ma'arif Jatimulyo. This activity was attended by three madrasah in Kebumen who were members of a teacher working group, namely MI Ma'arif Jatimulyo, MI Al-Hidayah Karangtanjung, MI Nurussulaiman Seliling. This service activity consists of four stages, which consist of planning, preparation, implementation, and evaluation. The results of the analysis showed that the participants had very good results with a percentage of 98.61%. This was marked by the participants' understanding of the importance of excellent HOTs and the results of the questions presented by participants that were in accordance with the standards for preparing HOTs-based instruments. In addition, it was found that 100% of the participants stated that this activity was very helpful in developing the competence of madrasah ibtidaiyah teachers
Pengembangan Model Penilaian Kompetensi Kepribadian Guru dengan Pendekatan Profetik.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan bentuk model penilaian kompetensi kepribadian guru dengan pendekatan profetik, 2) mendeskripsikan karakteristik model penilaian kompetensi kepribadian guru dengan pendekatan profetik, 3) mendeskripsikan hasil penilaian menggunakan model penilaian kompetensi kepribadian guru dengan pendekatan profetik yang sudah fit.
Penelitian pengembangan ini menggunakan 10 tahapan pengembangan instrumen penilaian menurut Crocker&Algina. Setelah dilakukan konstruksi instrumen awal, tahapan berikutnya dilakukan pembuktian validitas isi (content validity) melalui review oleh lima orang ahli dalam bidang pengukuran, evaluasi, Pendidikan Islam, serta Bahasa Indonesia. Uji coba terbatas melibatkan 25 orang guru dan 25 siswa. Tahap pengukuran menggunakan data lapangan dengan melibatkan siswa dan guru madrasah Aliyah di Kabupaten Kebumen. Penilaian diri melibatkan 120 responden, penilaian sejawat melibatkan 360 responden, dan penilaian siswa melibatkan 720 responden. Pembuktian validitas konstruk dan estimasi reliabilitas kontstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan aplikasi AMOS.
Hasil penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: (1) Model penilaian kompetensi kepribadian guru dengan pendekatan profetik terdiri dari: instrumen penilaian (penilaian diri, penilaian sejawat, penilaian siswa), panduan bagi pengguna model, dan panduan pelaksanaan penilaian. (2) Pada analisis CFA tahap 1, model belum dapat dikatakan fit, hinga diputuskan dilakukan modifikasi model post hoc. Hasil modifikasi menunjukkan indeks: RMSEA=0,077; GFI=0,934; AGFI=0,898; TLI=925; NFI=0,938. Dengan demikian, model penilaian yang dikembangkan tersebut dapat dikategorikan memenuhi kesesuaian model. Model yang sudah fit digunakan untuk melaksanakan potret penilaian di salah satu madrasah. (3) Hasil penilaian diri 36% unggul, 54% baik, 10% cukup baik. Hasil penilaian sejawat 10% unggul, 27% sangat baik, 45% baik, 18% cukup baik. Hasil penilaian siswa 10% unggul, 45% sangat baik, 36% baik, 10% cukup baik
ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH DASAR INKLUSI
The Independent Curriculum Becomes a Curriculum That Focuses on the Potential of Students. This study aims to analyze the implementation of the independent curriculum in elementary schools. This study uses a qualitative approach with a phenomenological type. The subject of this study is SDN 2 Kebumen. Data collection techniques were carried out using observation, interviews, and documentation. Triangulation of techniques was carried out to test the validity of the data. The analysis technique was carried out using three stages, namely data condensation, data presentation, and data verification. The results of the analysis show that SDN 2 Kebumen has implemented the independent curriculum, especially in grades 1 and 4. The implementation of the independent curriculum includes planning, implementation, and evaluation. Learning plans have been well-designed, such as the creation of teaching modules; the creation of diagnostic, formative, and summative assessments; the creation of P5 modules. The implementation of the independent curriculum during learning has gone well through the theme peak activities in the strengthening of the Pancasila student profile project (P5) activities. The evaluation that has been carried out is analyzing the obstacles that arise during the implementation of the independent curriculum, such as the lack of facilities in developing the potential of diverse children. Especially the facilities for developing the potential of children with special needs are still very minimal, there are no special accompanying teachers for children with special needs, making it difficult for classroom teachers to develop the potential of children with special needs.Keywords: independent curriculum, inclusive elementary schoolAbstrakKurikulum merdeka menjadi kurikulum yang memfokuskan kepada potensi peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kurikulum merdeka di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomologi. Subyek dalam penelitian ini adalah SD Negeri 2 Kebumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji keabsahan data. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan tiga tahap yaitu kondensasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa SD Negeri 2 Kebumen telah mengimplementasikan kurikulum merdeka khususnya di kelas 1 dan kelas 4. Implementasi kurikulum merdeka mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, Perencanaan pembelajaran telah disusun dengan baik seperti pembuatan modul ajar; pembuatan asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif; pembuatan modul P5. Pelaksanaan kurikulum merdeka selama pembelajaran telah berjalan dengan baik melalui kegiatan puncak tema dalam kegiatan penguatan proyek profil pelajar pancasila (P5). Evaluasi yang telah dilaksanakan seperti menganalisis hambatan-hambatan yang muncul selama implementasi kurikulum merdeka, seperti kurangnya fasilitas dalam mengembangkan potensi anak yang beragam. Khususnya fasilitas pengembangan potensi bagi anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, tidak adanya guru pendamping khusus anak berkebutuhan khusus sehingga menyulitkan guru kelas dalam mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus.Kata kunci: kurikulum merdeka, sekolah dasar inklus