59 research outputs found
PREPARASI FILM NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL (PVA)/NANOKARBON DARI CANGKANG BUAH SAWIT (NCCS) DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN
Polyvinyl alcohol (PVA) has good compatibility when added as filler in the form of nanocarbon so that it can produce environmentally friendly nanocomposite products. Thus, the addition of nanocomposites to PVA-based films is expected to increase and improve the mechanical properties of the resulting PVA films. This study aims to utilize palm fruit shells as raw materials for nanocarbons and as fillers for nanocomposites, as well as to determine the mechanical properties and thermal strength of nanocarbon nanofibers in the PVA matrix. Composite films were made using the solution mixing method. The research was conducted by mixing PVA solution (3.5 g) with various concentrations of nanocarbon from palm fruit shells (NCCS) and 2 ml of glycerol and 1 g of PEG 400. Film characterization includes tensile test, scanning differential calorimetry (DSC), and conductivity test. Tensile test of PVA/NCCS nanocomposite resulted in tensile strength of 0.314 MPa and an elongation of 4.21925 %. The thermal test of PVA/NCCS nanocomposite with DSC yielded a melting point of around 146.06oC. Electrical conductivity of PVA/NCCS 107.1 (1.07 x 10-3) s/cm. PVA/NCCS nanocomposite based on conductivity scale including a semiconductor material
PREPARASI FILM NANOKOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL (PVA)/NANOKARBON DARI CANGKANG BUAH SAWIT (NCCS) DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN
Polyvinyl alcohol (PVA) has good compatibility when added as filler in the form of nanocarbon so that it can produce environmentally friendly nanocomposite products. Thus, the addition of nanocomposites to PVA-based films is expected to increase and improve the mechanical properties of the resulting PVA films. This study aims to utilize palm fruit shells as raw materials for nanocarbons and as fillers for nanocomposites, as well as to determine the mechanical properties and thermal strength of nanocarbon nanofibers in the PVA matrix. Composite films were made using the solution mixing method. The research was conducted by mixing PVA solution (3.5 g) with various concentrations of nanocarbon from palm fruit shells (NCCS) and 2 ml of glycerol and 1 g of PEG 400. Film characterization includes tensile test, scanning differential calorimetry (DSC), and conductivity test. Tensile test of PVA/NCCS nanocomposite resulted in tensile strength of 0.314 MPa and an elongation of 4.21925 %. The thermal test of PVA/NCCS nanocomposite with DSC yielded a melting point of around 146.06oC. Electrical conductivity of PVA/NCCS 107.1 (1.07 x 10-3) s/cm. PVA/NCCS nanocomposite based on conductivity scale including a semiconductor material
NANOENKAPSULASI ASAM STEARAT DENGAN MODIFIKASI GRAFENA mG/SA WALL-CORE SEBAGAI KOMPOSIT PERUBAHAN FASA
The fabrication of phase-changed composite (PCC) utilized to store thermal energy through encapsulation has been performed by utilizing the stearate acid (SA) and modified graphene (mG) with sentrimoinum bromide (CTAB). The composite was fabricated via latex method, while the liquid SA was able to be encapsulated and stabilized due to the presence of mG. The active phase of SA altered to be a thermal storing site obtained from latent heat, while the mG wall has protective features which can prevent the leakage of SA core during the transition phase. The active phase itself increased the thermal conductivity from 4.93 W/mK to 7.65 W/mK with maximum storing energy for 84.8%. The stable form of mG was measured extremely low for 2 phr with an average particle size of 13.68 nm. Thus, mG wall has excellent thermal stability and effective protection in shielding the SA core which improves the thermal properties of the composite
PENETAPAN KADAR NITRAT PADA IKAN KALENG SARDEN SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
Canned fish is a food that is synonymous with preservatives and food coloring. In the manufacturing process, manufacturers often use natural preservatives to lower production costs. This research is descriptive research. The research location is at PT. Mutifa. Aims to determine how much nitrate levels in branded canned sardines are sold at supermarkets in the city of Stabat whether they meet the requirements of SNI or not. From the results of the study, the levels of nitrate with Brand A were 0.00694% and sardines with Brand B were 0.0453% with a maximum wavelength of 435 nm. According to regulations set by the government according to SNI Number 01-35481994 nitrate levels should not be more than 0.2%. From all samples of canned sardines studied, it was found that nitrate levels were low and did not exceed SNI requirements
PENGARUH KADAR SILIKA DARI FLY ASH BATU BARA SEBAGAI BAHAN PENGISI HIDROGEL BERBAHAN DASAR SELULOSA BAKTERI (HSB)
In one coal combustion process, about 80% of fly ash is produced and the rest is bottom ash, which is around 20%. The main components of coal fly ash originating from power plants are silica (SiO2), alumina (Al2O3), and iron oxide (Fe2O3), the rest are carbon, calcium, magnesium, and sulfur. Silica is one of the most dominant components of fly ash. Hydrogels obtained without fillers still have a Swelling capacity that is not maximized, it is necessary to process hydrogels with high absorption capabilities. One of the methods used to increase the absorption of hydrogels is to add silica as a voice filler. This study aims to determine the effect of 10, 20, 30, and 40% silica content from coal fly ash as a filler for bacterial cellulose-based hydrogels. Silica was obtained by extracting sodium silicate solution from fly ash followed by the manufacture of silica gel using 3N H2SO4. The resulting silica gel is added to the hydrogel manufacturing process. Hydrogel with silica as a filler which produces water absorption, FTIR, and SEM. The test results show that the silica content of 20% has the highest water absorption capacity of 1290%. With the concentration used, silica precipitation will produce a sharper silica peak in the FTIR results. SEM analysis with the addition of silica with bacterial cellulose produces pores on the HSB surface which can absorb air more quickly. The pores on the surface of the HSB affect the water absorption capacity (hydrophilicity) to increase. The addition of silica precipitated from fly ash waste as a filler in Bacterial Cellulose Hydrogel (HSB) was able to increase the Swelling capacity of HS
PREPARASI NANO EKSTRAK iKAYU iMANIS i(Cinnamomum iburmannii) iSEBAGAI iMASKER iGEL PEEL-OFF
Kayu manis (Cinnamomum burmanni) merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bumbu dalam berbagai jenis makanan karena memiliki aroma dan rasa yang enak dan memiliki khasiat sebagai analgetik, stomatik, dan aromatic. Penelitian ini bertujuaan membuat formulasi dan evaluasi sediaan masker gel peel-off ekstrak kayu manis. Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode ekperimental laboratorium, kayu manis diekstraksi dengan metode ultrasonikasi yaitu menggunakan etanol 70%. Berdasarkan hasil penelitian, sediaan masker gel peel-off nano ekstrak kayu manis dalam 1 hari pada suhu kamar, homogen, memiliki pH , sediaan tidak memisah, tidak mengendap. Ukuran partikel nanoemulsi ekstrak kayu manis dengan konsentrasi (2%) 24,2 nm. Ukuran partikel nanoemulsi ektrak kayu manis yang paling efisien konsentrasi 2% (24, 2 nm)
Pelatihan Pengolahan Limbah Biomassa Menjadi Biopestisida Di SMK Swasta Pertanian Paba-Binjai
Kegiatan pengabdian masyarakat di SMKS Pertanian Panca Abdi Bangsa (PABA) Binjai bertujuan untuk memanfaatkan sampah tanaman, dan sampah lainnya yang ada di lingkungan SMKS Pertanian PABA. Sebelumnnya SMKS ini memiliki pengolahan sampah sendiri dengan membakar sampah di bak sampah. Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan sampah di sekitar sekolah menjadi biopestisida dengan cara mengkonversi sampah menjadi asap cair. Kegiatan dilakukan dengan cara memberikan informasi dan pengetahuan kepada guru, murid dan tenaga pendidik SMKS Pertanian PABA tentang proses pirolisis yang dapat mengkonversikan sampah menjadi karbon dan asap cair. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan terhadap peserta, diketahui bahwa Sebagian besar peserta tidak mengetahui mengenai pirolisis dan asap cair serta pemanfaatannya sebagai biopestisida. Penjelasan dilakukan menggunakan alat peraga yaitu reactor pirolisis. Hasil posttest menunjukkan seluruh peserta (100%) telah mengetahui dan mengerti Teknik pirolisis dalam membuat asap cair sebagai biopestisida. Berdasarkan data tersebut di atas, maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan di SMKS Pertanian PABA Binjai mengenai Pengolahan limbah biomasa menjadi biopestisida berhasil meningkatkan pemahaman masyarakat tentang informasi teknologi pirolisis yang telah diberikan
PELATIHAN PENGGUNAAN CHEMDRAW BAGI GURU SMA N 13 MEDAN
Menggambar struktur suatu senyawa organik merupakan keahlian khusus yang harus dimiliki para ahli di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya yang fokus pada bidang Kimia, Fisika, dan Biologi. Menggambar struktur secara manual menggunakan pulpen dan kertas memang mudah dan tidak menjadi masalah bagi sebagian besar guru IPA. Akan tetapi untuk menggambar struktur secara detail dan benar menggunakan sebuah komputer juga penting dan sangat diperlukan oleh untuk membuat soal dalam bentuk gambar dan reaksi, melakukan publikasi atau keperluan akademik lainnya. Berdasarkan uraikan di atas, maka perlu adanya suatu upaya untuk memberikan solusi alternatif yang mampu meningkatkan kemampuan para guru IPA untuk menggambar struktur kimia sederhana dan kompleks, dan menggambar peralatan laboratorium dengan menggunakan komputer dan software seperti ChemDraw. Selain itu diperlukan kegiatan pelatihan baik secara teori maupun praktek untuk meningkatkan keterampilan penggunaan software ChemDraw dan diharapkan akan mampu menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan di dalam kelas dengan kehadiran software tersebut
SINTESIS BIOPLASTIK DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.)
Bioplastik Edible merupakan lapisan tipis yang terbuat dari bahan organik seperti lemak, protein, dan karbohidrat pati atau non pati yang mudah terurai oleh mikroorganisme dalam waktu yang relatif singkat, berfungsi sebagai kemasan makanan. Penggunaan ekstrak rambut jagung sebagai zat aktif antibakteri dikarenakan rambut jagung (Zea mays L.) mengandung senyawa Alkaloid dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan evaluasi sediaan bioplastik edible dengan bahan aktif ekstrak rambut jagung sebagai kemasan makanan yang berukuran nanopartikel. Pembuatan nanoemulsi ekstrak rambut jagung dengan konsetrasi 10% bertujuan untuk membuat sediaan edible berukuran nanopartikel dan sebagai zat aktif antibakteri pada sediaan edible terhadap bakteri Eschericia coli dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, tanpa menggunakan nanoemulsi ekstrak rambut jagung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sediaan bioplastik edible dibuat dengan menambahkan nanoemulsi ekstrak rambut jagung dengan variasi konsentrasi F1 (1%), F2 (2%), F3 (3%), dan formula blanko (F0) sebagai dasar sediaan bioplastik edible tanpa nanoemulsi ekstrak rambut jagung. Evaluasi sediaan meliputi uji organoleptis, pH dan uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak rambut jagung dengan konsentrasi 1%, 2% ,3% dan sediaan bioplastik edible nanoemulsi ekstrak rambut jagung dengan konsentrasi F1 (1%), F2 (2%), F3 (3%) dan formulasi blanko (F0).Berdasarkan hasil penelitian, Formulasi bioplastik edible berbahan aktif nanoemulsi ekstrak rambut jagung efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 1%,2% dan 3% dengan rata-rata zona hambat yang terus meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi berkisar mulai dari 10,16 sampai 13,47 dan termasuk kategori kuat dan efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
PELATIHAN PENGGUNAAN CHEMDRAW BAGI GURU SMA N 13 MEDAN
Menggambar struktur suatu senyawa organik merupakan keahlian khusus yang harus dimiliki para ahli di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya yang fokus pada bidang Kimia, Fisika, dan Biologi. Menggambar struktur secara manual menggunakan pulpen dan kertas memang mudah dan tidak menjadi masalah bagi sebagian besar guru IPA. Akan tetapi untuk menggambar struktur secara detail dan benar menggunakan sebuah komputer juga penting dan sangat diperlukan oleh untuk membuat soal dalam bentuk gambar dan reaksi, melakukan publikasi atau keperluan akademik lainnya. Berdasarkan uraikan di atas, maka perlu adanya suatu upaya untuk memberikan solusi alternatif yang mampu meningkatkan kemampuan para guru IPA untuk menggambar struktur kimia sederhana dan kompleks, dan menggambar peralatan laboratorium dengan menggunakan komputer dan software seperti ChemDraw. Selain itu diperlukan kegiatan pelatihan baik secara teori maupun praktek untuk meningkatkan keterampilan penggunaan software ChemDraw dan diharapkan akan mampu menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan di dalam kelas dengan kehadiran software tersebut
- …