11 research outputs found

    KARAKTERISTIK PEKARANGAN ETNIS JAWA UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DI DAS KARANG MUMUS KALIMANTAN TIMUR

    Get PDF
    The pekarangan is one form of agricultural open space. Empowerment pekarangan that has a shape and land cover pattern that resembles a complex agroforestry systems and the diversity of activities in integrated farming activities (mixed farming: crops, fishponds, and livestock) is expected to provide added value in food security for farming families. The research objective was to determine the characteristics of Java Ethnic pekarangan to support food security in Karang Mumus Watershed East Kalimantan. The research was conducted from March to August 2013 at Javanese pekarangan in Karang Mumus Watershed East Kalimantan. Research using surveys, questionnaires, and interviews, as well as literature. The results showed that the average area of pekarangan owned by farmers is 2,160 m2. Pekarangan managed as agroforestry systems. The pekarangan is growing with particularly high diversity of plant species of perennial crops and ornamental plants. Pekarangan which has a kind of perennial crops such as coconut that is closely related to Javanese culture as much as 79.2%. Javanese pekarangan also has a 66.7%  livestock animals (chickens, ducks, pigeons, and goats) and 20.8% had fish. The agrosilvopastura pekarangan has a total value of receipts and revenue be compared to the largest agrisilvikultur, agrosilvofishery, and agrosilvopasturafishery Rp. 91,775,000 per growing season and Rp. 77,538,690  per growing season

    Studi Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Lada (Piper nigrumL.) pada Kombinasi Media Tanam dan Jumlah Ruas yang Berbeda

    Get PDF
    Studi Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Tanaman Lada (Piper nigrum L.) pada Kombinasi Media Tanam dan Jumlah Ruas yang Berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara jenis media tanam dengan jumlah ruas terhadap pertumbuhan akar dan tunas pada tanaman lada dan pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan akar dan tunas tanaman lada dengan jumlah ruas yang berbeda. Percobaan dilaksanakan Desember 2018 sampai dengan April 2019 di Perumahan Sempaja Lestari Indah, Sempaja Selatan, Samarinda Utara, Samarinda. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas 12 kombinasi perlakuan, yaitu tanah dengan stek pendek satu ruas, dua ruas dan tiga ruas; tanah + pupuk kandang dengan stek pendek satu ruas, dua ruas dan tiga ruas; tanah + sekam dengan stek pendek satu ruas, dua ruas dan tiga ruas; tanah + pupuk kandang + sekam dengan stek pendek satu ruas, dua ruas dan tiga ruas. Data yang dianalisis dengan sidik ragam adalah data dari 10 perlakuan, sedangkan data dari 2 perlakuan, yaitu tanah dengan stek pendek satu ruas dan tanah + pupuk kandang dengan stek pendek satu ruas mengalami data hilang. Selanjutnya hasil dari sidik ragam dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test dengan taraf 5%. Kombinasi perlakuan media tanam tanah + pupuk kandang + sekam dengan stek pendek tiga ruas memberikan pertumbuhan terbaik pada akar dan tunas stek pendek tanaman lada. Media tanam memberikan pengaruh signifikan pada pertumbuhan akar dan tunas stek pendek tanaman lada dengan jumlah ruas yang berbeda. Media tanam tanah + pupuk kandang + sekam merupakan media dengan pengaruh terbaik dalam pertumbuhan akar dan tunas stek pendek untuk semua jumlah ruas. Media tanam tanah yang ditambahkan sekam dan pupuk kandang menghasilkan kombinasi media tanam dengan kondisi yang subur, gembur, aerasidan porositas yang baik serta memiliki ketersediaan unsur hara yang cukup untuk dimanfaatkan oleh tanaman

    Induksi Multiplikasi Ubi Kayu var. Gajah (Manihot esculenta crantz) Melalui Kultur Jaringan Dengan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan NAA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BAP dan NAA terhadap pertumbuhan eksplan ubi kayuvar.Gajah(Manihot esculenta crantz). Percobaan faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan ulangan sebanyak tujuh kali digunakandalam penelitian. Faktor pertama yaitu konsentrasi NAA dengan dua taraf sebesar 0 ppm dan 0,5 ppm, sedangkan faktor kedua adalahkonsentrasi BAP dengan empat taraf sebesar 0 ppm, 0,5 ppm, 0,75 ppm dan 1 ppm. Data dianalisa menggunakan sidik ragam dandilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP berpengaruh nyataterhadap tinggi tunas dan jumlah daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar tunas ubi kayu var. gajah. NAAberpengaruh nyata terhadap panjang akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun tunas ubi kayu var.gajah. Interaksi antara BAP dengan NAA berpengaruh nyata terhadap panjang akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi danjumlah daun tunas ubi kayu var. gajah. Media MS dengan konsentrasi BAP: 1 ppm + NAA: 0,5 ppm merupakan konsentrasi terbaikuntuk induksi multiplikasi ubi kayu var. gajah

    Identification of Homegarden Patterns on Several Etnic in Berau Regency

    Get PDF
    Pekarangan menjadi bagian warisan budaya bangsa Indonesia sebab praktik pemanfaatannya sangat berkaitan dengan kultur Bangsa Indonesia yaitu bercocok tanam. Pemanfaatan pekarangan sebagai lahan untuk budidaya tanaman, ikan dan ternak sangat berperan dalam membantu meningkatkan nilai ekonomi rumah tangga, fungsi sosial budaya dan kemasyarakatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui komponen penyusun pekarangan; 2) Mengetahui pola pengelolaan pekarangan dan nilai sosial ekonominya; 3) Mengetahui tingkat keberlanjutan pekarangan beberapa suku di Kabupaten Berau Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret-Mei 2023, di Kelurahan Gunung Tabur, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Pengambilan sampel untuk data primer dilakukan secara purposive sampling dengan memilih 40 responden. Metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder didapatkan dari desa dan dinas terkait di Kabupaten Berau Propinsi Kalimanta Timur. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat perbedaan komponen penyusun pekarangan. Jumlah komponen terbesar terdapat pada pekarangan Suku Toraja (59 jenis), selanjutnya Suku Jawa (56 jenis), Bugis (51 jenis) dan Berau (40). Komponen ternak, komponen terbesar terdapat pada suku Toraja (4 jenis), Bugis (4 jenis), Jawa (2 jenis) dan Berau (1 jenis), sedangkan pekarangan Suku Berau lebih didominasi tanaman hias. 2) Pola pekarangan dominan adalah pola agrosilvopastura, pola ini juga banyak ditemukan pada Suku Toraja (50%). 3) Secara umum tingkat keberlanjutan pekarangan berdasarkan Nilai Indeks Keberlanjutan tertinggi adalah pekarangan Suku Toraja (3), Suku Jawa (2,66), Bugis (2,33) dan Berau (2,00). Nilai Indeks Keberlanjutan Pekarangan adalah 2,50 dengan kategori Tingkat Keberlanjutan Sedang

    Uji Daya Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Lokal Merah Sigi dengan Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh

    Get PDF
    Jagung merupakan tanaman pangan utama kedua setelah padi. Jagung Merah Sigi (Mesi) berasal dari Sigi, Sulawesi Tengah. Jagung Mesi memiliki penampilan yang menarik, rasa manis, dan aroma khas. Upaya memperoleh hasil optimal budidaya jagung Mesi adalah dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). ZPT berperan dalam merangsang maupun menghambat pertumbuhan tanaman. ZPT yang terkandung dalam Bioaktivator yaitu 5,029 mg L-1 Indole Acetic Acid, 9,819 mg L-1 Giberelin, 1,603 mg L-1 Zeatin dan 0,933 mg L-1 Kinetin. Kandungan ZPT dalam Booster yaitu senyawa asam laktat, asam amino, dan Lactobacillus. Tujuan penelitian untuk mengetahui daya hasil tanaman jagung Merah Sigi dengan pemberian beberapa ZPT. Penelitian dilaksanakan di Taman Teknologi Pertanian Bangun Rejo, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dari April hingga Juli 2023. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial, terdiri atas 4 perlakuan yang diulang 8 kali, yaitu tanpa pemberian Bioaktivator dan Booster (kontrol), 7 mL L-1 Bioaktivator, 7 mL L-1 Booster, kombinasi antara 3,5 mL L-1 Bioaktivator dan 3,5 mL L-1 Booster. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian Bioaktivator, Booster dan kombinasinya berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Perlakuan 7 mL L-1 Booster menghasilkan rata-rata bobot 100 butir jagung sebesar 23,70 g, hanya mampu meningkatkan sebesar 4,64% dibandingkan dengan kontrol. Hasil bobot 100 butir jagung Merah Sigi masih sesuai dengan potensi bobot 100 butir jagung pada deskripsi yaitu 23,01 g. Kombinasi 3,5 mL L-1 Bioaktivator dan 3,5 mL L-1 Booster memberikan rata-rata berat pipilan kering per petak sebesar 1,18 kg

    dentifikasi Keragaman Pohon Buah Lokal di Lembo untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Daerah Tropis yang Lembab

    Get PDF
    Abstrak.Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-Agustus 2018, dengan tujuan untuk melakukan identifikasi, analisis produktivitas, analisis keberlanjutan dan dukungan lembo terhadap ketahanan pangan Masyarakat Dayak. Alat yang digunakan adalah GPS (Geographic Position System),drone, tally sheet, kamera digital dan kuisioner. Identifikasi jenis pohon buah dengan Analisis Indeks Xanont.Data sosial, ekonomi dan produksi didapatkan dari pengamatan, wawancara dan kuisioner.Pemetaan dan identifikasisebaran pohon buah menggunakan Drone.Jumlah sampel lembo sebanyak 10 dan jumlah responden 20.Analisis keberlanjutan menggunakan Indeks Keberlanjutan. Kontribusi lembo terhadap ketahanan pangan rumah tangga mengacu pada kebutuhan rata-rata per kapita dengan standart harga beras Rp. 12.000,00/ Kg, dengan asumsi kebutuhan perkapita rata-rata 114,6 kg/kapita/tahun. Rata-rata produksi lembo ditentukan oleh produksi durian dan produksi pohon buah lain. Durian mendominasi pproduktivitas lembo, denganjumlah produksi 203,33 dan jumlah produksi durian ini ditentukan dari banyaknya pohon durian pada masing-masing lembo. Total pendapatan dari durian untuk seluruh sampel adalah Rp. 87.000.000,00.-. Nilai keberlanjutan rata-rata adalah 2,23 pada skala 4, dan ini menunjukkan tingkat keberlanjutan Moderat. Nilai rata-rata kontribusi lembo terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah 0,57 yang berarti bahwa sumbangan lembo terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah sebesar 57% untuk kebutuhan pangan setara bera

    Pengaruh Pemberian Berbagai Bahan Zat Pengatur Tumbuh Alami Pada Pertumbuhan Bibit Cempedak (Artocarpus champeden Lour.)

    Get PDF
    The use of coconut water, green bean sprouts and onions is chosen as natural growth regulator because it is easily obtained at a fairly affordable price. The aim of the study was to determine the effect of various natural growth regulator different concentrations to the growth of cempedak (Artocarpus champeden Lour.) seedlings.The research was conducted from May to July 2018 in the garden of the Tissue Culture Laboratory Faculty of Agriculture, Mulawarman University. This study used a factorial Completely Randomized Design with five replications. The first factor was the types of growth regulator, namely: coconut water, green bean sprout extract, and onion extract. The second factor was the concentration of the natural growth regulator substances,consisted of five treatment levels, namely: 0, 25, 50, 75 and 100 mL L-1. The parameters observed were plant height, number of leaves, stem diameter, root length, fresh weight (leaves, stems and roots), dry weight (leaves, stems and roots) and leaf area. Data were analyzed by analysis of variance with F-test and continued with the Least Significant Difference (LSD) test with a level of 5%. The results showed that there was no interaction between the type and concentration level of the natural growth regulator to the growth of cempedak seedlings.The growth regulator concentrationalso had no significant effect to all growth parameters observed. However, of the type of natural growth regulators showed a significant in the fresh root weight,stem dry weight, and plant height at harvest time

    PRODUKSI RUMPUT MEKSIKO (Euchlaena mexicana) PADA MEDIA TANAM TOP SOIL DAN OVERBURDEN DENGAN PERLAKUAN PUPUK KOMPOS

    Get PDF
    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) dosis pupuk kompos yang dapatmenghasilkan rumput meksiko tertinggi pada tanah top soil dan overburden, 2) produksi rumput yang ditanam pada tanah top soil dan overburden. Penelitian dilaksanakan mulai September 2016 sampai dengan Januari 2017. Penelitian dilakukan di Jalan Mugirejo RT. 14 Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sei Pinang Samarinda. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan dua media tanam, dimana masing-masing media tanam diberi dosis pupuk kompos yang berbeda dan diulangan sebanyak 5 kali. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, berat segar, dan berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan kompos dengan dosis 300 g polybag-1 menghasilkan hijaun rumput meksiko lebih tinggi dibandingkan dengan hasil hijauan rumput meksiko pada perlakuan dosis yang lainnya pada media tanam top soil dan overburden. Produksi rumput meksiko yang ditanam pada media tanam top soil menghasilkan rata-rata hijauan sebesar 1.390 g polybag-1 dan pada media tanam tanah overburden menghasilkan hijauan 1.320 g polybag-1. Perlakuan pemberian dosis pupuk kompos yang berbeda menunnjukkan adanya perbedaan yang nyata pada parameter tinggi tanaman, berat segar, dan berat kering.Kata kunci : Rumput meksiko, top soil, tanah overburden, pupuk kompos ABSTRACTThe purpose of this research is to know 1) the dosage of compost fertilizer that can produce the highest grass of mexico on ta top soil and overburden media, 2) grass production planted on top soil and overburden soil. The study was conducted from September 2016 to January 2017. The study was conducted at Jalan Mugirejo RT. 14 Mugirejo Sub-district, Sei Pinang District of Samarinda. The experiment using Randomized Block Design. These treatments use two media planting with each planting medium given the dose of composted fertilizer. All Treatments were replicated by 5 times. The results showed that compost fertilizer treatment with dosage 300 g polybag-1 gave highest fresh weight compared with other treatments (0, 100, and 200 g polybag-1). The average yield of fresh weight of mexican grass planted on top soil was 1.390 gpolybag-1 and planted on overburden soil was 1.320 g polybag-1. Treatment of different doses of compost fertilizer showed a significant effect on the parameters of plant height, fresh weight, and dry weight.Keywords: Mexican grass, top soil, over burden soil, compost fertilize

    Respons Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi (Zea mays L.) Dengan 1 Penambahan Berbagai Dosis Pupuk Eceng Gondok dengan Aktivator 2 Trichoderma sp.

    Get PDF
    Pemanfaatan lahan di Kalimantan Timur sebagai lahan pertanian dihadapkan pada kendala tingkat kesuburannya, terutama 13 dalam mendukung pertumbuhan tanaman jagung semi. Upaya perbaikan tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan penambahan 14 bahan organik berupa pupuk eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) yang diolah dengan aktivator Trichoderma sp. 15 Trichoderma sp merupakan aktivator dan biodekomposer yang dapat mengubah eceng gondok menjadi kompos yang lebih bermutu, 16 sehingga tanaman jagung yang ditambahkan pupuk eceng gondok ini dapat menghasilkan produksi yang optimal. Tujuan penelitian 17 adalah mengetahui respons pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi terhadap penambahan berbagai dosis pupuk eceng gondok 18 dengan aktivator Tricoderma sp. dan dosis terbaik pupuk eceng gondok dengan aktivator Tricoderma sp. yang dapat menghasilkan 19 pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi terbaik. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor perlakuan 20 dosis pupuk eceng gondok, yang terdiri atas 5 taraf, yaitu: 0; 3,5; 7; 10,5; dan 14 kg per-petak pupuk eceng gondok. Data dianalisis 21 dengan Uji F. Data yang menunjukkan perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Respons 22 tanaman jagung semi dengan perlakuan berbagai macam dosis pupuk eceng gondok dengan aktivator Trichoderma sp. 23 ditunjukkan melalui pengaruh nyata pada variabel tinggi tanaman umur 30 hari setelah tanam (HST) dan pada saat panen, diameter 24 batang umur 30 HST dan pada saat panen, berat tongkol tanpa kelobot, dan panjang tongkol tanpa kelobot. Dosis pupuk eceng gondok 25 dengan aktivator Trichoderma sp. sebesar 14 kg per-petak atau setara dengan 20 Mg per-hektar mampu menghasilkan berat tongkol 26 tanpa kelobot sebesar 17,95 g per-tanaman

    Respons Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pemberian 6 Pupuk Kotoran Ayam dan Arang Sekam

    Get PDF
    Abstrak. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas strategis ketiga setelah padi dan jagung. Produktivitas kedelai di Kalimantan 33 Timur cenderung menurun setiap tahun. Upaya meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan pemupukan organik dan 34 pemberian arang sekam. Pupuk kotoran ayam merupakan pupuk organik yang dapat meningkatkan unsur hara makro dan mikro, 35 memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation dan memacu aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan arang 36 sekam dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan porositas menjadi lebih baik. Tujuan penelitian untuk 37 mengetahui: 1) interaksi antara pupuk kotoran ayam dan arang sekam, 2) dosis pupuk kotoran ayam, dan 3) dosis arang sekam terhadap 38 pertumbuhan dan hasil kedelai. Penelitian dilaksanakan pada Januari-April 2020. Lokasi penelitian di Kabupaten Kutai Kartanegara, 39 Kalimantan Timur. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pupuk kotoran ayam (A) terdiri atas 4 taraf, yaitu a0= 0 Mg ha-1 , a1= 10 Mg ha-1 , a2= 20 Mg ha-1 , dan a3= 30 Mg ha-1 40 . Faktor kedua yaitu arang sekam padi (S) terdiri atas 3 taraf, yaitu s1= 2,50 Mg ha-1 , s2= 5,0 Mg ha-1 , s3= 7,5 Mg ha- 41 1. Data dianalisis dengan sidik ragam, dilanjutkan 42 dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%, serta uji Orthogonal Polinomial. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pupuk kotoran ayam dan arang sekam. Dosis pupuk kotoran ayam terbaik yaitu 30 Mg ha 43 -1 menghasilkan biji kering kedelai sebesar 2,14 kw ha-1 44 . Dosis arang sekam belum berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Aplikasi arang sekam menghasilkan biji kering kedelai berkisar antara 1,69-1,85 kw ha-1 45
    corecore