22 research outputs found

    APLIKASI TEKNOLOGI GRANULATOR PADA KELOMPOK USAHA TANI MANDIRI KLAREYAN UNTUK PRODUKSI JAHE INSTAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK UNGGULAN DI KABUPATEN PEMALANG

    Get PDF
    Komoditas jahe layak dijadikan sebagai salah satu komoditas unggulan dalam usaha pengembangan agribisnis dan agroindustri, karena kandungan di dalamnya yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan konsumsinya yang terus meningkat seiring berjalannya waktu. Kelompok Usaha Tani (KUT) Mandiri Klareyan adalah salah satu mitra usaha yang menekuni produksi jahe instan yang berlokasi di RT 03 RW 08, Desa Klareyan, Kabupaten Pemalang. Salah satu kendala yang dimiliki oleh KUT ini adalah peralatan yang masih tradisional dan sederhana dalam produksi jahe instan nya. Hal ini berakibat pada terkendala nya KUT dalam memperluas pangsa pasar dan memenuhi market demand terhadap produk jahe instan yang meningkat di masa pandemi COVID-19 ini. Maka dari itu, perlunya teknologi solutif dan modern berupa granulator untuk membantu KUT ini menghemat waktu dalam proses granulasi jahe instan, sehingga KUT ini dapat lebih banyak memproduksi jahe instan dan memenuhi market demand yang ada. Kata kunci — Desa Klareyan, Jahe Instan, Teknologi Granulator

    Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Menyusui di Daerah Pertanian

    Get PDF
    This study aims to analyze the factors associated with anemia in breastfeeding mothers in agricultural areas. This type of research used analytic observational with a cross sectional approach. The sample of this study was 50 breastfeeding mothers who met the inclusion criteria. The research instrument consisted of informed consent, Questionnaire, Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), easy touch GCHb, nutrition application and data processing software. The statistical test used was the Chi-Square test. The results showed that the proportion of anemia in breastfeeding mothers was 50%. The results of the Chi-Square test showed that there was no significant relationship between hydration, micronutrient intake, exposure to cigarette smoke, tea intake, and physical activity with anemia in breastfeeding mothers (p0.05). However, there was a relationship between family income and anemia in breastfeeding mothers (p=0.004, p0.05). Factors related to the incidence of anemia in breastfeeding mothers in agricultural areas are family income. The community is expected to be able to control the factors that can affect anemia in breastfeeding mothers. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan anemia ibu menyusui di daerah pertanian. Jenis penelitian yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 50 ibu menyusui yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian terdiri dari inform consent, kuesioner recall aktivitas fisik, form Semi Quantitative-Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ), easy touch GCHb, aplikasi nutrisurvey, dan perangkat lunak pengolah data. Uji statistik yang digunakan uji Chi-Square.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anemia pada ibu menyusui sebesar 50%. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hidrasi, asupan mikronutrien, paparan asap rokok, asupan teh, dan aktivitas fisik dengan anemia pada ibu menyusui (p0,05). Namun, terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan anemia ibu menyusui (p=0,004, p0,05). Faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia ibu menyusui di daerah pertanian adalah pendapatan keluarga. Bagi masyarakat diharapkan dapat melakukan pengendalian faktor – faktor yang dapat memengaruhi anemia pada ibu menyusui.

    Faktor-Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia di Puskesmas Kabupaten Indramayu.

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak 2017 ABSTRAK Roifatun Nisa Faktor-Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia di Puskesmas Kabupaten Indramayu. Xvi + 78 halaman + 23 tabel + 4 gambar + 11 lampiran Penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Indramayu dari tahun 2012 - 2016 adalah preeklampsia yaitu 40 %. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko kejadian preeklampsia di Puskesmas Kabupaten Indramayu. Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subyek sejumlah 55 kasus ibu preeklampsia dan 55 kasus ibu tidak preeklampsia dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, pengukuran antropometri dan metode food recall 2 x 24 jam. Analisis data dilakukan dengan chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko terjadinya preeklampsia adalah umur kehamilan berisiko (35 tahun) (OR=5,4, p=0,001), riwayat preeklampsia sebelumnya (OR=7,1, p=0,001), riwayat preeklampsia dalam keluarga (OR=7,2, p=0,001), obesitas (OR=6,5, p=0,001), tingkat kecukupan protein kurang (OR=2,7, p=0,020), tingkat kecukupan vitamin D kurang (OR=3,7, p=0,013), stress (OR=2,6, p=0,013) dan paparan asap rokok (OR=2,3, p=0,030), secara multivariat umur kehamilan berisiko (35 tahun) (OR=2,9, p=0,047), riwayat preeklampsia (OR=4,3, p=0,024), riwayat preeklampsia dalam keluarga (OR=9,1, p=0,001), obesitas (OR=7,1, p=0,001) dan tingkat kecukupan protein (OR=4,1, p=0,026) secara bersama-sama merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia. Disimpulkan bahwa faktor risiko yang paling kuat adalah riwayat preeklampsia dalam keluarga dan obesitas. Disarankan agar memasukkan riwayat preeklampsia dalam keluarga pada daftar data perawatan antenatal, mengintensifkan kunjungan nifas dan melakukan pengawasan bagi mereka yang telah terindentifikasi mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Kata kunci : Preeklampsia, Faktor risiko Kapustakaan : 70 (1959 - 2017) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Maternal and Child Health 2017 ABSTRACT Roifatun Nisa Risk Factors for the Occurrence of Preeclampsia at Health Centers in Indramayu Regency xvi + 78 pages + 23 tables + 4 figures + 11 appendices A main cause of maternal mortality in Indramayu Regency during the period of 2012 – 2016 was preeclampsia (40%). This study aimed at analyzing risk factors for the occurrence of preeclampsia at health centers in Indramayu Regency. This was an observational study using a case-control approach. Number of cases were 55 mothers with preeclampsia and number of controls were 55 mothers without preeclampsia selected using a technique of purposive sampling. Data were collected by conducting interview using a structured questionnaire, anthropometric measurement, and food recall (2x24 hours). Furthermore, data were analyzed by performing tests of chi-square and logistic regression. The results of this research showed that risk factors for the occurrence of preeclampsia were as follows: age of risky pregnancy (35 years) (OR=5.4, p=0.001), previous preeclampsia history (OR=7.1, p=0.001), a family history of preeclampsia (OR=7.2, p=0.001), obesity (OR=6.5, p=0.001), low protein adequacy (OR = 2.7, p = 0.020), low vitamin D adequacy (OR = 3.7, p = 0.013), and stress (OR = 2.3, p = 0.013). The results of multivariate analysis demonstrated that the variables of age of risky pregnancy (35 years) (OR = 2.9, p = 0.047), previous preeclampsia history (OR = 4.3, p = 0.024), a family history of preeclampsia (OR = 9.1, p = 0.001), obesity (OR = 7.1, p = 0.001), and protein adequacy level (OR = 4.1, p = 0.026) were jointly as the risk factors for the occurrence of preeclampsia. It was concluded that the strongest risk factors were a family history of preeclampsia and obesity. A family history of preeclampsia needs to be included in the list of Antenatal Care. In addition, there needs to intensify postpartum visit and to monitor those identified have risk factors for preeclampsia. Keywords : Preeclampsia, Risk Factor Bibliography: 70 (1959-2017

    Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Menyusui di Daerah Pertanian

    Get PDF
    This study aims to analyze the factors associated with anemia in breastfeeding mothers in agricultural areas. This type of research used analytic observational with a cross sectional approach. The sample of this study was 50 breastfeeding mothers who met the inclusion criteria. The research instrument consisted of informed consent, Questionnaire, Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), easy touch GCHb, nutrition application and data processing software. The statistical test used was the Chi-Square test. The results showed that the proportion of anemia in breastfeeding mothers was 50%. The results of the Chi-Square test showed that there was no significant relationship between hydration, micronutrient intake, exposure to cigarette smoke, tea intake, and physical activity with anemia in breastfeeding mothers (p0.05). However, there was a relationship between family income and anemia in breastfeeding mothers (p=0.004, p0.05). Factors related to the incidence of anemia in breastfeeding mothers in agricultural areas are family income. The community is expected to be able to control the factors that can affect anemia in breastfeeding mothers. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan anemia ibu menyusui di daerah pertanian. Jenis penelitian yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 50 ibu menyusui yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian terdiri dari inform consent, kuesioner recall aktivitas fisik, form Semi Quantitative-Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ), easy touch GCHb, aplikasi nutrisurvey, dan perangkat lunak pengolah data. Uji statistik yang digunakan uji Chi-Square.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi anemia pada ibu menyusui sebesar 50%. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hidrasi, asupan mikronutrien, paparan asap rokok, asupan teh, dan aktivitas fisik dengan anemia pada ibu menyusui (p0,05). Namun, terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan anemia ibu menyusui (p=0,004, p0,05). Faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia ibu menyusui di daerah pertanian adalah pendapatan keluarga. Bagi masyarakat diharapkan dapat melakukan pengendalian faktor – faktor yang dapat memengaruhi anemia pada ibu menyusui.

    Association between Social Media Exposure to Food and Beverages with Nutrient Intake of Female Adolescents

    Get PDF
    Communication technology development has influenced adolescent food choices and intakes. This study aimed to investigate the association between social media exposure to food and beverage content and nutrient intake among female adolescents. The study was conducted in a cross-sectional design. The targeted population was 104 female students aged 14–18 years old at 'XY' High School in Semarang, Central Java, Indonesia. Eighty-one subjects were chosen by clustered random sampling. Data were collected by interviews using structured questionnaires and a 3x24-hour recall method. Data analyses were conducted by chi-square, Fisher exact tests, and logistic regression. The median and standard deviations of social-media, the duration, frequency, and the number of accounts were 2.3±3.00 hours/access, 2.0±2.00 times/day, and 3.6±2.46 accounts/access, respectively. Mean and standard deviations of adequacy levels for energy 107.4±15.39% and protein 124.8±25.8%. Duration of social-media exposures (p-value = 0.040) and body image (p-value= 0.040) were associated with food selection. Food selection was associated with energy (p-value = 0.003) and protein (p-value = 0.002) adequacy levels. After controlling for body image, social-media exposure duration > 2.3 hours had an OR of 3.4 for selecting the accessed foods. It was concluded that social media exposure duration was associated with food selection, which was then associated with energy and protein intakes

    PEMANFAATAN TEKNOLOGI MESIN DISK MILL DALAM PEMBUATAN SABUN LERAK PADA UKM CV RENA GUNA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS SEBAGAI PRODUK UNGGULAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG

    Get PDF
    UKM di Kota Semarang makin bertambah tiap tahunnya, salah satu UKM yang ada di Kota Semarang yaitu UKM produsesn Sabun Lerak REZA berbahan dasar lerak yang diolah dengan cara dikeringkan, ditumbuk kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan lain untuk membuat sabun. Mitra pertama dalam PKUM ini yaitu CV Rena milik Bapak Renady yang berlokasi di Jalan Mahesa Mukti no 33 A Pedurungan Semarang. Permasalahan yang timbul pada mitra ini yaitu pada pengadukan pensegelan botol, proses penumbukan dan standarisasi produk. Permasalahan pertama, kulit buah lerak yang telah kering biasanya langsung dimasukan kedalam dandang tanpa mempeluas wilayah kontak dengan air. Permasalahan kedua dalam PKUM ini adalah kemasan yang digunakan mitra dalam produk PKUM ini masih minim informasi, disamping itu proses pengeratan plastik segel pada botol menggunakan hair dryer. Untuk itu solusi yang ditawarkan kepada mitra berupa alat pengemas otomatis guna mempercepat pengemasan. Permasalahan ketiga dalam PKUM ini yaitu pada tahapan penumbukan. Mitra mengeluhkan proses penumbukan yang masih konvensional, sehingga tingkat produksi sangat rendah. Untuk itu solusi yang ditawarkan berupa alat penepung atau penumbuk guna mempercepat hasil pengolahan lerak menjadi serbuk. Permasalahan terakhir yang dihadapi adalah kendala dalam proses pencampuran atau pengadukan serbuk buah lerak dengan air dan komponen lainnya. Takaran dan proses pengadukan campuran serbuk buah lerak dengan bahan – bahan lain cenderung lama dan tidak merata, sehingga menghasilkan pencampuran yang tidak cukup bagus. Maka, solusi yang diberikan kepada mitra adalah penerapan mesin penumbuk/disk mill yang akan diimplementasikan di CV Rena (produsen "Sabun Lerak REZA") workshop ergonomic dan keselamatan kerja di CV Rena (produsen "Sabun Lerak REZA"), mulai diterapkan e-comerce serta workshop mekanisasi produksi Kata kunci —Buah Lerak, Mesin Disk Mill, Sabun lera

    PENGEMBANGAN POTENSI DESA SEPAKUNG BANYUBIRU MELALUI PENGUATAN POTENSI AGROWISATA PEMANFAATAN TEKNOLOGI HULLER KOPI

    Get PDF
    Pengolahan hasil pertanian belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga dengan adanya rintisan desa inmatra berbasis pertanian organik dengan tujuan akhir desa konservasi, edukasi, dan wisata akan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Selain itu, dengan adanya rintisan ini, desa memiliki kesempatan untuk berkembang. Hampir 90% lahan di desa Sepakung difungsikan sebagai kebun dan sawah, karena itu dilakukan pembangunan agrowisata yang berbasis pertanian organik di desa tersebut. Terdapat sekitar 30 ha tanah di desa Sepakung yang bisa dimanfaatkan sebagai objek wisata agrowisata pertanian organik. Hasil pertanian dibeli oleh tengkulak dengan harga yang sangat rendah, sehingga linier dengan omset yang didapatkan oleh petani. Agrowisata yang berbasis tanaman organik ini bisa memperkuat tujuan desa inmatra yang sudah lama dicanangkan oleh Pemda Kabupaten Semarang, yaitu dalam hal memacu pertumbuhan ekonomi (pro growth), penanggulangan kemiskinan (pro poor), menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro job), mendukung pelayanan prima (propublic service) dan mendukung kelestarian lingkungan (pro environment),. Penggunaan bahan yang tidak terpakai, seperti sekam padi dan jerami untuk diolah menjadi pupuk dapat mengefisiensikan hasil sampingan dan juga menghemat pengeluaran pembelian pupuk. Pupuk organik ini cocok digunakan pada pertanian organik. Pendampingan produk olahan hasil pertanian diperkenalkan huller kopi. Kata kunci — Desa agrowisata, Huller kopi, Pertania

    The Study of Chemical Food Safety from Heavy Metal of Lead in Euthynnus Sp, on the Coast of Semarang

    Get PDF
    Background: One of the impact of industrial development is the decreasing water quality that may cause pollution of living resources,especially the fish. The objective of this research is to determine the consentration of lead (Pb) Euthynnus sp. and to analize its chemical safety in the coast Semarang. Methods: This study is a descriptif research with a cross sectional approach. The 30 samples of Euthynnus was taken from the markets in Semarang City, including Jatingaleh, Peterongan, Bulu, Johar, dan Rejomulyo market. Results: The finding of this research showed that the highest Lead consentration in Euthynnus Sp was 2,51 ppm and the lowest was 0 ppm with the average of 0,81 ppm and the standard deviation was 0,91 ppm. There was 33,3 % sample which has the concentration of Lead more than the maximum standard. Conclusion: It was suggested to choose the fresh fish to consumed by considering the site of fish catching. It is also suggested to the government and the related institution in semarang City to make a regulation and policy to protect the consumer from the toxic effect of heavy metal in fish

    HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STRES DENGAN FREKUENSI DAN LAMA REAKSI KUSTA TIPE LEPROMATOSA

    Get PDF
    Latar Belakang. Reaksi kusta, yang merupakan episode akut imunologis yang dimediasi inflamasi dan penyebab utama dari kerusakan saraf. Faktor pencetus reaksi kusta sangat kompleks. Di Jawa Tengah dilaporkan banyak kasus reaksi kusta namun belum ada penelitian yang menganalisis peran faktor resiko berupa status gizi dan stress mental dan fisik terhadap frekuensi dan lama reaksi kusta. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status gizi (IMT, LLA, Hemoglobin, Asupan gizi (energi, protein, Vitamin A, Vitamin C dan Seng), stres fisik dan mental terhadap frekuensi dan lama reaksi kusta tipe lepromatosa. Metode. Jenis penelitian adalah analitik, pendekatan cross sectional, di RSUD Tugurejo, jumlah subjek 46 orang pasien kusta tipe lepromatosa. Data yang dikumpulkan meliputi IMT, LLA, hemoglobin, asupan gizi yang dinilai dengan Food Frequency Questionaire, frekuensi, lama reaksi, lama sakit kusta, pekerjaan dan aktifitas fisik. Analisis dengan menggunakan Pearson correlation, rho spearman’s, regresi linier berganda dan regresi logistik biner. Hasil Penelitian. Sebanyak 46 subjek (31 laki-laki dan 15 perempuan) menyelesaikan penelitian. Terdapat hubungan antara status gizi, tingkat kecukupan gizi dan stres fisik dan mental dengan frekuensi dan lama reaksi kusta tipe lepromatosa secara terpisah dengan p = 0,001. Terdapat hubungan antara status gizi, tingkat kecukupan gizi dan stres fisik dan mental dengan frekuensi dan lama reaksi kusta tipe lepromatosa sebelum dan sesudah dikontrol dengan lama sakit
    corecore