6 research outputs found

    TRANSFORMASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA PADA BUMN DENGAN PRINSIP BUSINESS JUDGMENT RULE

    Get PDF
    Abstract, State assets in the form of shares of business entities are not state assets, but have been transformed into business entity assets. Likewise, government officials who become Directors/Commissioners and other shareholders have an equal position with private shareholders. The Board of Directors in carrying out their duties and authorities has the authority and protection in every business decision making, but this does not escape supervision through the BJR (Business Judgment Rule) principle, as contained in the Limited Liability Company Law. This study uses a qualitative research method with a statutory approach. The purpose of this study is to understand the criteria for state finances in SOEs and the legal consequences of financial losses and supervision of SOEs. The results of the study stated that the implementation of BJR on the Board of Directors of SOEs could be carried out after fulfilling the terms and conditions of the enactment of BJR. BJR can be implemented because a legal entity is actually subject to the Limited Liability Company law. Keywords: Supervision of SOEs ion; Business Judgment Rules; State Finance   Intisari: Kekayaan negara yang berbentuk saham dari badan usaha bukan merupakan kekayaan negara, tetapi telah bertransformasi menjadi kekayaan badan usaha. Demikian terhadap pejabat pemerintah yang menjadi Direksi/Komisaris dan pemegang saham lainnya memiliki kedudukan yang setara dengan pemegang saham swasta. Direksi dalam menjalankan tugas dan wewenang memiliki kewenangan dan perlindungan dalam setiap pengambilan keputusan bisnis, namun ini tak luput dari pengawasan melalui prinsip BJR (Business Judgment Rule), sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan perundang-undangan. Tujuan penelitian untuk dapat memahami kriteria keuangan negara pada BUMN dan akibat hukum kerugian keuangan dan pengawasan pada BUMN. Hasil penelitian menyatakan bahwa implementasi BJR terhadap Direksi BUMN dapat dilakukan setelah memenuhi syarat dan ketentuan berlakunya BJR. BJR dapat diimplementasikan karena badan usaha berbadan hukum sejatinya tunduk pada undang-undang Perseroan Terbatas. Kata Kunci: Pengawasan BUMN; Business Judgment Rule; Kuangan Negar

    OVERVIEW OF INDONESIAN LAW AND INTERNATIONAL LAW ON TERRORISM AS AN EXTRAORDINARY CRIME

    Get PDF
    In terms of unusual crimes, terrorism is one of the most heinous acts. One only needs to look at the crimes that have been committed across national borders to recognize how devastating they can be for the victims and their families. The research method employed in this study is a combination of the Statute Approach and the Literature Approach. Since there are a variety of criminal activities that have been branded as terrorist crimes yet their perpetrators' goals and backgrounds differ, there is no agreed-upon definition of terrorism, according to a study. As an example of a crime that has been condemned as an act of international terrorism at the national level, the WTO event of September 11, 2001, and the Bali Bombing incident of 2002 come to mind. Therefore, it is imperative that all parties, including legal professionals, agree on the limitations of terrorism, as well as work together to prevent this unique crime from occurring.Keywords: Terrorism; National Law; International law; Extraordinary Crim

    Геноцид как Тяжкое Преступление (Genocide As Extraordinary Crime)

    Get PDF
    The state is a subject of international law who has power or power, so that the state is required not to abuse its authority. State obligations have been regulated in various international legal instruments. The protection of human rights has implications for the emergence of the fulfillment of human rights as a form of state responsibility. The state in this case must ensure to protect, to ensure, and to fulfill the human rights. Therefore, all acts of the state that discriminate against citizens of a certain ethnicity by committing genocide are serious human rights crimes that must be prosecuted by the International Court of Justice. This study uses qualitative research with a sociological and juridical approach. The results of the study state that the State of Indonesia has also regulated the behavior of preventing the crime of genocide in order to protect human rights.Keywords: Genocide; HAM; Extraordinary Crime Abstrak:Negara merupakan subjek hukum internasional yang memiliki kekuasaan atau power, sehingga negara dituntut tidak melakukan penyalahgunaan wewenang. Kewajiban negara telah diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional. Perlindungan terhadap HAM berimplikasi terhadap munculnya pemenuhan HAM sebagai wujud tanggungjawab negara. Negara dalam hal ini harus memastikan to protect, to ensure, and to fulfill the human rights. Oleh karenanya, segala tindakan negara yang melakukan diskriminasi kepada warga negara dari etnis tertentu dengan melakukan genosida merupakan kejahatan HAM berat yang harus dituntut oleh Mahkamah Internasional. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis dan yuridis. Hasil penelitian menyatakan bahwa Negara Indonesia juga telah mengatur perilaku pencegahan tindak kejahatan Genosida guna menjaga HAM.Kata Kunci: Genosida; HAM; Extraordinary Crime Аннотация:Государство является субъектом международного права, обладающим властью, поэтому от государства требуется не злоупотреблять своей властью. Обязательства государства регулируются различными международно-правовыми инструментами. Защита прав человека имеет значение для возникновения реализации прав человека как формы ответственности государства. Государство в этом случае должно гарантировать защиту, обеспечение и соблюдение прав человека. Следовательно, все действия государства, дискриминирующие граждан определенных этнических групп путем совершения геноцида, являются серьезными преступлениями в области прав человека, которые должны преследоваться Международным Судом. В данном исследовании используются качественные исследования с социологическим и юридическим подходом. Результаты исследования показывают, что государство Индонезия также регулирует действия по предотвращению преступления геноцида в целях защиты прав человека.Ключевые слова: геноцид; права человека; тяжкое преступлени

    Меры по предотвращению экологических коррупционных преступлений (Measures to Prevent Environmental Corruption Crimes)

    No full text
    AbstractThe international conference on the environment which was held in Stockholm, Sweden in 1972 to Rio de Janeiro 1992, to Rio + 10 in Johannesburg 2002, emphasized the need for coordination and integration between natural resources, human resources, and artificial resources in every national development, with a population, development approach, and the environment to the integration of social, economic and environmental aspects. The Government of Indonesia is committed to carrying out sustainable development with various efforts, one of which is the issuance of environmental permits. The environmental damage that occurs in the region, is the responsibility of local governments as a whole from the existence of the authority to issue permits granted. Corruption in the environmental sector is a barrier to the path of sustainable development. Licensing is one of the instruments to prevent natural damage as well as controlling environmental management activities. But on the other hand, licensing is a fertile ground for corrupt practices that hinder sustainable development. The purpose of this study is to provide an understanding of the importance of supervision of licensing for the creation of the concept of environmentally sustainable development. The research method used is a normative juridical research method that is descriptive analysis through doctrinal law review. It can be concluded that environmental problems and obstacles that occur in the licensing sector are often mixed with corrupt practices by the government which has the authority to give permits. This has caused delays in sustainable development and damage to the environment which has an impact on the community's economic sector.Keywords: Natural Resources (SDA), Licensing, Local Government Authority, Corruption Abstrak Konverensi internasional tentang lingkungan yang dilaksanakan di Stockholm, Swedia pada 1972 menuju Rio de Janeiro 1992, sampai dengan Rio + 10 di Johanesburg 2002, menekankan perlu adanya koordinasi dan integrasi antara SDA, SDM, dan sumberdaya buatan dalam setiap pembangunan nasional, dengan pendekatan kependudukan, pembangunan, dan lingkungan sampai dengan integrasi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pemerintah Indonesia berkomitmen melaksanakan pembangunan berkelanjutan dengan berbagai upaya, salah satunya dalam penerbitan izin lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah, merupakan tanggung jawab pemerintah daerah sebagai satu kesatuan dari adanya kewenangan mengeluarkan perizinan yang diberikan. Korupsi yang terjadi di sektor lingkungan merupakan penghalang jalannya pembangunan berkelanjutan. Perizinan merupakan salah satu instrumen pencegah kerusakan alam sekaligus sebagai pengendali aktifitas pengelolaan lingkungan hidup. Namun disisi lain, perizinan menjadi ladang subur terjadinya praktik korupsi yang menghambat pembangunan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya pengawasan terhadap perizinan demi terciptanya konsep pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis melalui pengkajian hukum doctrinal.Dapat disimpulkan bahwa permasalahan lingkungan hidup dan hambatan yang terjadi ada pada sektor perizinan seringkali dicampuri dengan praktik korupsi oleh pemerintah yang berwenang memberikan izin. Hal ini menimbulkan terhambatnya pembangunan berkelanjutan serta kerusakan pada lingkungan yang berdampak pada sektor perekonomi masyarakat.Kata kunci: Sumber Daya Alam (SDA), Perizinan, Kewenangan Pemerintah Daerah, Korupsi АннотацияМеждународная конференция по проблемам окружающей среды состоялась В Стокгольме, Швеция в 1972 году. По результатам этой конференции Индонезия взяла на себя обязательство осуществлять устойчивое развитие, и по сей день предпринимает различные усилия для поддержания этой договоренности. Коррупция в области охраны окружающей среды и природных ресурсов является препятствием на пути устойчивого развития. Лицензирование является одним из инструментов предотвращения разрушения природы, а также контроля за деятельностью по управлению окружающей средой. С другой стороны, лицензирование также становится благодатной почвой для коррупции. Местные органы власти в этом случае имеют право выдавать разрешения на деятельность, которая может нанести экологический ущерб в данной местности. Целью данного исследования является оценка деятельности в области лицензирования в экологической сфере и перспектив устойчивого экологического развития в Индонезии. Основным методом исследования была оценка нормативно-правовых актов в сфере экологического регулирования. На основании описательного анализа можно сделать вывод, что препятствия, возникающие на уровне отраслевого лицензирования, часто решаются методами коррупции со стороны государственных органов, что препятствует устойчивому развитию экологической сферы, наносит ущерб окружающей среде и препятствует развитию экономики.Ключевые слова: природные ресурсы (ПДД), лицензирование, Местные органы власти, коррупци

    OPTIMALISASI KINERJA KOMISI PEMBERATASAN KORUPSI DALAM PENANGGULANGAN KORUPSI DANA DESA

    Get PDF
    Pemerintah mencanangkan visi dalam nawacita yang berbunyi ”membangun Indonesia dari pinggiran”. Visi tersebut memberikan konsekuensi terhadap pelaksanaannya, yakni dengan konsep pembangunan di daerah, khususnya di Desa. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 pada pasal 22 menyebutkan bahwa pemerintah memberikan 10% dana APBN untuk pembangunan di desa sebagai bentuk bantuan langsung pemerintah pusat terhadap pendapatan desa. Namun, Dana Desa tersebut patut dikelola dengan baik dan benar oleh aparatur desa guna mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Karenanya, dibutuhkan pengawasan secara ekslusif terhadap dana desa. Tujuan penelitian ini berupaya mengoptimalkan penerapan asas pemerintahan yang baik dan bersih yang merupakan esensi bernegara guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan terhadap dana desa belum efektif. Hal ini dilihat dari masih banyaknya kasus kepala desa yang tertangkap akibat penyalahgunaan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan dana desa, selain itu lemahnya inspektorat sebagai pengawas dan kurangnya optimalisasi penggunaan E-Governance
    corecore