3 research outputs found
Respon Pemberian Phytoestrogen Berasal Dari Tepung Kedelai Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus) Luas Jaringan Interstitial, Spermatogenesis Dan Kualitas Sperma
Kedelai, sebagai salah satu bahan penyusun ransum ternak diketahui mengandung senyawa phytoestrogen. Akumulasi senyawa phytoestrogen ini dalam ternak jantan telah mempengaruhi sistem reproduksi mencakup Perubahan anatomi makro, mikro, dan fungsi organ reproduksi, menghambat pertumbuhan sel gamet, kemampuan fertilisasi dan tingkah laku seksual. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian tepung kedelai dan mencari dosis tepung kedelai yang tidak mengganggu terhadap luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma pada kelinci. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 4 macam dosis tepung kedelai yaitu kontrol (K1), tepung kedelai dosis 123 mg/kg berat badan (bb) kelinci (K2), tepung kedelai dosis 246 mg/kg bb kelinci (K3) dan tepung kedelai dosis 490 mg/kg bb kelinci (K4). Setiap perlakuan diulang 4 kali. Kelinci jantan umur dua bulan digunakan sebagai hewan model berjumlah 16 ekor. Pengujian variabel meliputi pengukuran persentase sperma hidup, abnormalitas sperma, pengamatan spermatogenesis serta luas jaringan interstitial. Data hasil pengujian variabel dianalisis menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kedelai sebagai sumber phytoestrogen pada kelinci menurunkan luas jaringan interstitial, spermatogenesis dan kualitas sperma akan tetapi dari ketiga dosis tepung kedelai yang diberikan, dosis 123 mg/kg bb kelinci memberikan hasil yang sama dengan kontrol bagi terbentuknya sperma hidup, terbentuknya abnormalitas sperma dan luas jaringan interstitial sehingga dapat dikatakan dosis 123 mg/kg bb kelinci adalah dosis yang relatif aman diberikan pada kelinci
EFEK ANTIFIDAN ANDROGRAFOLIDA TERHADAP HISTOKIMIA ENZIM PENCERNAAN LARVA Plutella xylostella
A continued research of antifeedant activity of andrographolide have been done to understand it action mode to digestive enzymes tissues of Plutella xylostella that is wellkown as the cabbage worm. Worms that allowed from moth rearing choosen the instar-4 stage of larva, then treated for 24 hours by given the feed that deeped in andrographolide solution with the concentrations of 1000, 1600, 2500, 4000, and 6500 ppm. The control larva feed which deeped in methanol as andrographolide solvent. After treatment, the worm was fixated to make slices accoding to parafin method and the Mallory-Azan staining. The result of this research showed that andrographolide coused the decrease of digestive enzyme activity and that decreasing designated with the decreasing of stain intensity that depend on increasing of andrographolide concentratio
Potensi Temulawak dan Yoghurt dalam Mencegah Hemolisis Serta Perubahan Kadar Hdl-Ldl pada Darah Mencit (Mus Musculus L) Korespondensi: yang diberi Minyak Jelantah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi temulawak dan yoghurt serta mendapatkan dosis dan perlakuanyang paling efektif dalam mencegah reaksi oksidatif pada darah mencit setelah pemberian minyak jelantah.Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) yang terdiri dari tujuh perlakuan dan empat kali ulangan. Dosis temulawak yang diberikan adalah 280dan 560 mg/kg bb/ dua hari dan konsentrasi yoghurt adalah 4% bb/hari secara oral selama 14 hari. Dosis minyakjelantah yang diberikan adalah 6 ml/kg bb/hari selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberianekstrak temulawak dosis 560 mg/kg bb dan yoghurt 4% bb berpengaruh terhadap perbaikan kadar HDL, LDL danstruktur morfologis eritrosit mencit akibat pemberian minyak jelantah (p > 0,05)