73 research outputs found

    Increasing Production of Chilli (Capsicum annuum L.) through Foliar Fertilizer Application

    Get PDF
    Chili is one of the most important spices in Indonesia; the demand for chili is increasing along with the growth of the population. Chilli is generally grown under intensive culture which includes addition of fertilizers to improve crop growth and increase crop productivity.  A study was conducted to examine seven different rates of an inorganic foliar fertilizer HF at 0.5, 0.75, 1, 1.25 and 1.5 of the recommended rate, with no foliar fertilizer and a standard foliar fertilizer GD as control. The results showed that spraying foliar fertilizer HF generally improved the growth and yield of chilli compared to without fertilizer. Plant height, number of branches and number of fruits per plant, weight per fruit, weight per 10 fruits, yield per plant, yield per plot, and yield per ha of chilli treated with inorganic fertilizers was significantly higher than the without foliar fertilizer. Foliar fertilizer HF at 0.5 of the recommendation rate, or 1 kg.ha-1 foliar fertilizer applied at 4, 6, 8, 10, and 12 week after planting in addition to the basic fertilizers of 400 kg.ha-1 of urea, 200 kg.ha-1 of SP-36, 250 kg.ha-1 of KCl applied to the soil, was effective to obtain the maximum chilli fruit yield

    The Use of Trellis and Mulch Increased Fruit Production of Spaghetti Squash (Cucurbita pepo L.)

    Get PDF
    Spaghetti squash is squash of American origin that has spaghetti-like characteristic of fruit flesh, unlike any other squash varieties. This study aims to investigate the use of trellis and mulch to increase the spaghetti squash production. The experiment was conducted at the Experimental Station of Centre of Tropical Horticulture, Bogor from April to November 2016. The experiment used a completely randomized block design with four replicates. Two factors were tested, i.e. the use of trellis and mulch as the main plots, and accessions of the spaghetti squash as a sub-plot. The treatments were the use of trellis and mulch, mulch without the trellis, the trellis without mulch, and without the trellis and mulch. The spaghetti squash accessions used in this experiment were accessions from Taiwan (F1) and from America. Each experimental unit consists of five plants with a total a total of 160 plants. The results of this experiment showed that the growing squash using mulch and trellis had the greatest number of fruits per plant, more marketable fruits and had the largest fruit weight as compared with the other treatments. Taiwan accession had more fruits per plant and total marketable fruits, the largest fruit weight, the longest and widest fruits with large fruit diameter. Taiwan accession produced fruits at lower nodes of the plants, and fruits can be harvested earlier than the American accession. Correlation analysis indicated that the more fruits per plant, the more number of fruits that are marketable, the greater fruit weight and more fruits can be harvested from the higher nodes of the plants. From agronomical point of view, Taiwan spaghetti squash would be preferable to obtain the high fruit production provided the crops were mulched and grown with trellis.Keywords: Cucurbitacea, trellis, mulch, plant cultur

    Pengaruh Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)

    Get PDF
    Kailan (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) merupakan anggota famili Brassicaceae yang memiliki akar serabut yang lebat dan dangkal, dekat dengan permukaan tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian biomulsa dan jarak tanam terhadap produksi tanaman kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan University Farm IPB, pada bulan Januari sampai September 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 2 faktor. Perlakuan yang diberikan adalah jenis biomulsa dan jarak tanam. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Jenis biomulsa terdiri atas tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak, biomulsa Arachis pintoi, dan biomulsa rumput gajah mini sedangkan jarak tanam terdiri atas 30 cm x 30 cm dan 50 cm x 50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang dan panjang tangkai daun kailan. Diameter batang dan panjang tangkai daun tertinggi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm terjadi pada perlakuan Arachis pintoi, namun pada jarak tanam 30 cm x 30 cm tidak terjadi perbedaan antar perlakuan mulsa. Perlakuan biomulsa A. pintoi dapat meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan mulsa lainnya. Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam menunjukkan bahwa jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang yaitu 50 cm x 50 cm. Penggunaan biomulsa A. pintoi dan jarak tanam 30 cm x 30 cm dapat meningkatkan produksi tanaman kailan. Kata kunci : Arachis pintoi, diameter batang, panjang tangkai daun, rumput gajah min

    Produksi Tanaman Anyelir (Dianthus chinensis L.) sebagai Tanaman Hias Pot dan Hamparan di Cianjur, Jawa Barat

    Get PDF
    Pembibitan tanaman hias biasanya menghasilkan banyak varietas anyelir. Keragaman morfologi antar varietas (dalam satu spesies) memberikan keleluasaan bagi konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai produksi, kriteria panen komoditas anyelir serta mengevaluasi kelayakan usaha tani dari komoditas tersebut. Penelitian dilakukan di Cianjur, Jawa Barat, Indonesia, pada bulan Januari hingga April 2020. Terdapat 2 percobaan, yaitu (1) mengamati perbedaan 2 varietas anyelir yang diproduksi sebagai tanaman hias pot; varietas anyelir yang diamati memiliki kode DNT 417 dan DNT 917; dan (2) mengamati perbedaan 2 varietas anyelir yang diproduksi dalam polibag untuk digunakan sebagai tanaman hamparan, varietas anyelir yang diamati memiliki kode DNT 103 dan DNT 123. Secara umum keempat varietas yang diamati (untuk anyelir pot dan polibag) yang diproduksi dengan menggunakan prosedur standar perusahaan dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan perusahaan. Nilai R/C ratio pada tanaman anyelir pot dan anyelir polibag yaitu 3.47 dan 2.53. Nilai R/C ratio pada komoditas anyelir pot dan anyelir polibag menunjukkan hasil >1 yang berarti usahatani layak dijalankan dan bersifat menguntungkan.    Kata kunci: analisis usaha tani, Caryophyllaceae, kriteria panen, R/C rati

    Aspek Hortikultura dan Usaha Tani Budidaya Tanaman Hias Asteraceae dan Violaceae di Cianjur, Jawa Barat

    Get PDF
    Produk tanaman hias dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu tanaman hias hamparan, tanaman hias gantung, dan tanaman hias pot. Marigold (Tagetes erecta L.), Pansy (Viola tricolor L.), dan Viola (Viola odorata L.) merupakan jenis tanaman hias hamparan. Tanaman hias hamparan umumnya merupakan tanaman semusim yang ditanam di hamparan tanah atau menggunakan polybag. Tanaman hias hamparan paling umum diperuntukkan sebagai tanaman lanskap atau tanaman dekorasi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aspek hortikultura dan kelayakan ekonomi usaha tanaman hias Asteraceae dan Violaceae. Penelitian dilaksanakan di Cianjur, Jawa Barat dari Januari hingga April 2020. Percobaan dilakukan secara pararel pada komoditas Marigold, Pansy dan Viola. Pada komoditas Marigold percobaan disusun menggunakan uji-t berpasangan terhadap varietas dalam spesies yang sama. Pada percobaan kedua percobaan disusun menggunakan uji-t berpasangan membandingkan spesies yang berbeda pada genus yang sama yaitu Pansy dan Viola. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga dalam satu tanaman, diameter bunga dan analisis usaha tani. Kriteria panen hasil pengamatan menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria perusahaan maupun literatur, kecuali untuk tinggi tanaman marigold kuning yang sedikit di bawah standar perusahaan. Nilai R/C rasio pada marigold, pansy, dan viola yaitu 1.65 dan 2.47. Hasil analisis usahatani pada seluruh komoditas memiliki nilai R/C rasio >1 yang menunjukkan bahwa usaha layak dijalankan dan bersifat menguntungkan. Kata kunci: kriteria panen, marigold, pansy, viol

    Aplikasi 1-Methylcyclopropene untuk Meningkatkan Vase life Bunga Potong Zingiber spectabile Griff. Silvana

    Get PDF
    ABSTRACTThe freshness of  Zingiber  spectabile  Griff Silvana (bihip) as cut flowers must be maintained by the appropriate  post-harvest treatment. One of the post-harvest technologies that is commonly used is the use of chemical 1-Methylcyclopropene (1-MCP). This study was aimed to extend the vase life of bihip flowers using 1-MCP to gain optimum concentration of 1-MCP that can extend the vase life of bihip flowers, and to find the best application technique of 1-MCP  for longest vase life of bihip flowers. This study used a completely randomized design (CRD) factorial with two factors. The first factor was the concentration of 1-MCP that consists of five levels; 0 ppm (A0), 0.001 ppm (A1), 0.002 ppm (A2), 0.003 ppm (A3), and 0.004 ppm (A4). The second factor was  application technique of 1-MCP : sprayed (B1) and soaked (B2). The results showed that 1-MCP significantly extended the vase life of cut flowers bihip flowers up to 11.30 day compared to control which  was  only 9.55 day. Concentration 0.004 ppm of 1-MCP was able to extend optimum vase life of cut flowers bihip until 11.30  day.  Method  of  1-MCP  application  to efficiently  extend  bihip  flowers  until  11.10  day  was soaking in a solution of 1-MCP. The combination treatment of 1-MCP to extend the vase life of bihip flowers was 1-MCP treatment concentration of 0.004 ppm and soaking treatment. Treatment with 1-MCP at 0.004 ppm extended bihip flowers vase life.Key words: 1-Methylcyclopropene, bihip flowers, vase life, Zingiber spectabile Griff. Silvana ABSTRAKBunga  potong  Zingiber  spectabile  Griff.  Silvana  (bihip)  perlu dipertahankan kesegarannya dengan cara perlakuan pasca panen yang tepat. Salah satu teknologi pasca panen adalah penggunaan bahan  kimia  1-Methylcyclopropene (1-MCP).  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  memperpanjang  vase life  bunga bihip dengan menggunakan 1-MCP,  mendapatkan  konsentrasi  1-MCP optimum yang dapat  memperpanjang  vase  life  bunga  bihip,  dan  mencari cara aplikasi  yang  efisien  untuk memperpanjang  vase life  bunga bihip. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor yaitu konsentrasi 1-MCP dan metoda aplikasi 1-MCP. Konsentrasi 1-MCP terdiri dari lima  taraf: 0 ppm (A0),  0.001  ppm  (A1),  0.002  ppm  (A2), 0.003  ppm (A3), dan 0.004ppm  (A4).  Caraaplikasi  1-MCP  terdiri  atas  dua  taraf: disemprot  (B1)  dan  direndam  (B2).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1-MCP secara  nyata  dapat memperpanjang  vase life  bunga potong bihip hingga mencapai 11.30 hari dibandingkan dengan tanpa perlakuan 1-MCP yaitu hanya 9.55 hari. Konsentrasi 1-MCP yang optimum untuk memperpanjang vase life bunga potong bihip hingga 11.30  hari  yaitu  dengan  konsentrasi  0.004  ppm. Cara  aplikasi  1-MCP  yang  efisien  untuk memperpanjang bunga bihip hingga 11.10 hari yaitu dengan cara merendam bunga dalam larutan 1-MCP. Kombinasi perlakuan  1-MCP  yang  dapat  memperpanjang  vase  life  bunga  bihip yaitu perlakuan 1-MCP konsentrasi 0.004 ppm dengan cara aplikasi direndam.Kata kunci: 1-Methylcyclopropene, bihip, vase life, Zingiber spectabile Griff. Silvan

    Aplikasi Biomulsa Arachis pintoi Krap. & Greg. terhadap Kualitas Tanah dan Produksi Sayuran pada Dua Musim Tanam

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Darmaga Bogor dari bulan Agustus hingga Desember 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh aplikasi biomulsa Arachis pintoi dalam peningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman oyong (Luffa acutangula) dan pakcoy (Brassica chinensis) serta dampaknya terhadap kualitas tanah. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yang dilakukan secara berurutan menggunakan bedeng yang sama. Musim tanam petama bedeng ditanam tanaman oyong, sedangkan musim tanam kedua dengan tanaman pakcoy tanpa pengolahan tanah namun dilakukan penggantian mulsa plastik hitam perak (MPHP) sesuai jarak tanam pakcoy. Perlakuan terdiri atas tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak, biomulsa Arachis pintoi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biomulsa Arachis pintoi setelah dua musim tanam menunjukan penurunan nilai C-organik paling kecil dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan MPHP pada tanaman oyong meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu pada parameter panjang tanaman, jumlah cabang dan bobot brangkasan dengan  respon yang sama dengan  perlakuan tanpa mulsa, sedangkan pada parameter bobot akar perlakuan MPHP memiliki nilai paling tinggi dari perlakuan lainnya. Perlakuan MPHP terhadap komponen produksi buah/tanaman dan jumlah buah/tanaman memiliki respon yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya. Secara umum perlakuan MPHP memiliki nilai terbaik dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa dan biomulsa A. pintoi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot akar, dan bobot panen

    Budidaya Bunga Potong Tulip (Tulipa gesneriana L.) di Nieuwe Wetering, Belanda Selatan

    Get PDF
    Bunga potong merupakan komoditas dengan jumlah ekspor tertinggi di Belanda yang mencapai nilai ekspor sebesar 9.1 juta euro. Penelitian dilaksanakan di Nieuwe Wetering, Belanda Selatan dari 19 Februari sampai 19 Mei 2018. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam aspek budidaya bunga potong tulip dan aspek khusus berupa pertumbuhan dan produksi tulip. Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti semua kegiatan budidaya tulip. Persentase panen bunga tulip yaitu sebesar ≥ 80% dari total populasi. Penurunan produksi tulip pada tahun 2018 terjadi karena ukuran umbi yang lebih besar, dan jumlah varietas yang ditanam lebih sedikit. Tulip varietas Versaci memiliki harga jual yang lebih tinggi karena morfologinya yang unik dengan warna tepalnya merah dan terdapat serabut di bagian ujung tepal

    Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Budidaya Paprika Kerucut Mini (Capsicum annuum var. Tribeli) dalam Greenhouse di V.O.F M&W Van Paassen, Belanda

    Get PDF
    Greenhouse adalah bangunan budidaya tanaman yang digunakan untuk membudidayakan paprika kerucut mini di Belanda. Kegiatan budidaya pertanian yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak menerapkan good agricultural practices (GAP). Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman manajerial pada budidaya tanaman hortikultura dalam greenhouse dan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan GAP di V.O.F M&W Van Paassen berdasarkan standar kriteria yang diterbitkan oleh GLOBAL G.A.P. Kegiatan magang ini dilakukan di perusahaan V.O.F M&W Van Paassen mulai tanggal 30 April hingga 28 Juli 2018 di Belanda. Data yang didapat selama magang dianalisis secara deskriptif, kemudian dilakukan skoring. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh perusahaan V.O.F M&W Van Paassen termasuk dalam kategori good agricultural practices, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kriteria mayor, minor dan rekomendasi yang ditetapkan oleh badan resmi sertifikasi GLOBAL G.A.P. Perusahaan harus memenuhi 100% dari total kriteria mayor dan minimal 95% dari kriteria minor yang ditetapkan untuk dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang telah menerapkan good agricultural practices. Kriteria rekomendasi dimaksudkan sebagai solusi untuk langkah yang dapat diambil perusahaan agar lebih baik dalam menerapkan GAP namun tidak mempengaruhi penilaian kriteria

    Produksi Tanaman Cabai Tumpangsari dengan Tanaman Famili Brassicaceae di Cianjur, Jawa Barat

    Get PDF
    Tumpang sari merupakan salah satu program intensifikasi pertanian yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Tumpangsari dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani, dan membagi risiko. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang produksi cabai tumpang sari dengan tanaman dari keluarga Brassicaceae. Penelitian dilakukan di lahan petani di Cianjur, Jawa Barat, dari Januari hingga April 2020. Tumpangsari merupakan praktik yang mudah dilakukan oleh petani dengan menggunakan cabai dan tanaman Brassicaceae. Penelitian dilaksanakan mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen tanaman cabai, kubis dan sawi putih. Pengamatan meliputi waktu panen (MST), bobot hasil (kg), luas lahan (m²), dan analisis usaha tani. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki bobot panen akhir yang lebih tinggi sebesar 16.458 ton ha-1 dibandingkan dengan cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis yaitu sebesar 15.885 ton ha-1. Cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki rasio R/C sebesar 3.20, sedangkan tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis memiliki rasio R/C sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kelayakan usaha tani di antara keduanya menguntungkan dan layak karena rasio R/C keduanya >1. Kata kunci: analisis usaha tani, evaluasi, hasil panen, R/C rati
    corecore