47 research outputs found

    Pengaruh Penggunaan Talas (Xanthosoma sagittifolium) Terhadap Mutu dan Tingkat Penerimaan Panelis pada Produk Roti, Pastel, Pancake, Cookies, dan Bubur Talas

    Get PDF
    Kimpul taro (Xanthosoma sagittifolium) contains high enough of starch and fibers so that it can function as a non-rice food carbohydrates source. Previous research was done a research about taro block process technology (Hermianti et al., 2010). In this study, taro blocks was used for making of various wet food, semi-wet and dry food products such as bread, pies, cookies, pancakes, and taro porridge by substituting wheat flour and rice flour. The research was aimed to find out the composition of the appropriate use of taro block in making of various food products with a good quality and preferred. Bread, pies, and cookies were made with percentage of taro block 0% (control/without taro block), 25%, 50%, and 75%, whereas for pancakes with formula of taro block 0% (control/without taro block ), 30%, 50%, 100%. Porridge was made to subtitute rice flour with percentage of taro block 0% (control/without taro block), 30%, 50%, and 100%. The chemical analysis of taro block was done on several parameter included moisture content, ash content, starch, and protein, while for processed food products were conducted the organoleptic test (color, aroma, taste, and texture) based on the panelists acceptance level. The most products of taro cookies and taro bread preferred by panelists were analyzed the fat content, protein, carbohydrates and calories and storability for dry food products (cookies). The results showed that taro block moisture content 12.40%, ash content 1.12%, starch content 73.37%, amylose 2.88%, amylopectin 70.49%, and  protein 3.4%. The organoleptic test with optimal results and preferably were bread and pastel with the use of taro 25%, cookies with the use of taro 50%, taro pancake formula with 50%  taro block,  and porridge with usage of taro block 30%.ABSTRAKTalas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) mengandung karbohidrat dan serat yang tinggi  sehingga dapat berfungsi  sebagai sumber bahan pangan karbohidrat. Penelitian terdahulu telah dilakukan teknologi pembuatan talas blok (Hermianti et al, 2010). Pada penelitian ini dilakukan  penggunaan talas blok untuk pembuatan aneka produk makanan basah, semi basah, dan makanan kering seperti roti, pastel, cookies, pancake, dan bubur talas dengan mensubstitusi tepung terigu dan tepung beras. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui jumlah penggunaan talas yang memberikan hasil yang optimal dalam pembuatan beberapa produk tersebut sehingga dihasilkan pangan dengan mutu yang baik dan disukai.  Penelitian substitusi terigu dengan talas  yang dilakukan dalam pembuatan roti, pastel, dan cookies 0% (kontrol/ tanpa talas blok), 25%, 50% dan 75%, untuk pancake dengan formula talas dengan terigu  0% (kontrol/tanpa talas blok), 30%, 50%,100%, sedangkan untuk bubur talas dengan formula talas dengan tepung beras 0% (kontrol/tanpa talas blok), 30%, 50%, dan 100%. Analisis  kimia dilakukan  terhadap bahan baku talas blok meliputi kadar air, kadar abu, kadar pati, dan protein sedangkan untuk produk olahan pangan dilakukan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) berdasarkan tingkat penerimaan panelis. Produk cookies talas dan roti talas yang paling disukai panelis dianalisis kandungan lemak, protein, karbohidrat dan kalorinya serta daya simpan untuk produk makanan kering (cookies). Hasil penelitian menunjukkan talas blok mengandung kadar air 12,40%, kadar abu 1,12%, kadar pati 73,37%, amilosa 2,88%, amilopektin 70,49% dan protein 3,4%. Hasil  uji organoleptik dengan hasil yang optimal dan lebih disukai adalah roti dan pastel dengan penggunaan 25% talas, cookies dengan penggunaan 50% talas, pancake dengan formula talas  dengan tepung 50% dan bubur dengan pemakaian talas blok 30%

    Pengaruh Konsentrasi Gula dan Ragi Dalam Pembuatan Cuka Dari Rosella (Hibiscus sabdariffa.L) Terhadap Mutu Cuka Rosella

    Get PDF
    Rosellla (Hibiscus sabdariffa.L) has been traditionally used as nutritious functional beverages. Rosella flowers contain flavonoid secondary metabolites, terpenoids, and vitamin C, which are considered as antioxidant. Research aims to see the effect of sugar and yeast  on quality of vinegar. The study was conducted with the treatment of sugar utilization (10, 15, 20, 25) %, fermentation with yeast Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6) g and fermentation time until three weeks. Rosella vinegar as a results of fermentation further was analyzed the pH, acetic acid content, extract content and antioxidant activity test consisted of qualitative test of phenolic, flavonoid, and % inhibition. Result of the optimal research was obtained in the treatment of sugar utilization 20% and the addition of yeast 6 g with analysis result of pH 2.67, acetic acid 14.80%, extract content 7.15%, and % inhibition 31%, moreover it contained phenolic and flavonoidscompounds qalitatively.ABSTRAKRosellla (Hibiscus sabdariffa.L) telah digunakan secara tradisional sebagai minuman yang berkhasiat fungsional. Bunga rosella mengandung flavonoid metabolit sekunder, terpenoid, dan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian gula dan ragi  terhadap mutu cuka. Penelitian dilakukan dengan perlakuan penggunaan gula pasir (10, 15, 20, 25) %, fermentasi dengan ragi Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6) g dan waktu fermentasi  sampai tiga minggu. Hasil fermentasi berupa cuka rosella selanjutnya diuji pH, kandungan asam asetat, kadar sari dan uji aktifitas antioksidan yang terdiri dari uji kualitatif fenolik, flavonoid, dan % inhibisi. Hasil penelitian optimal diperoleh pada perlakuan penggunaan gula 20% dan penambahan ragi 6 g dengan hasil analisis pH 2,67, asam asetat 14,80%, kadar sari 7,15% dan % inhibisi 31% serta secara kualitatif mengandung senyawaan fenolik dan flavonoid

    Pengaruh Konsentrasi Gula dan Ragi Dalam Pembuatan Cuka Dari Rosella (Hibiscus sabdariffa.L) Terhadap Mutu Cuka Rosella

    Get PDF
    Rosellla (Hibiscus sabdariffa.L) has been traditionally used as nutritious functional beverages. Rosella flowers contain flavonoid secondary metabolites, terpenoids, and vitamin C, which are considered as antioxidant. Research aims to see the effect of sugar and yeast  on quality of vinegar. The study was conducted with the treatment of sugar utilization (10, 15, 20, 25) %, fermentation with yeast Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6) g and fermentation time until three weeks. Rosella vinegar as a results of fermentation further was analyzed the pH, acetic acid content, extract content and antioxidant activity test consisted of qualitative test of phenolic, flavonoid, and % inhibition. Result of the optimal research was obtained in the treatment of sugar utilization 20% and the addition of yeast 6 g with analysis result of pH 2.67, acetic acid 14.80%, extract content 7.15%, and % inhibition 31%, moreover it contained phenolic and flavonoidscompounds qalitatively.ABSTRAKRosellla (Hibiscus sabdariffa.L) telah digunakan secara tradisional sebagai minuman yang berkhasiat fungsional. Bunga rosella mengandung flavonoid metabolit sekunder, terpenoid, dan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian gula dan ragi  terhadap mutu cuka. Penelitian dilakukan dengan perlakuan penggunaan gula pasir (10, 15, 20, 25) %, fermentasi dengan ragi Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6) g dan waktu fermentasi  sampai tiga minggu. Hasil fermentasi berupa cuka rosella selanjutnya diuji pH, kandungan asam asetat, kadar sari dan uji aktifitas antioksidan yang terdiri dari uji kualitatif fenolik, flavonoid, dan % inhibisi. Hasil penelitian optimal diperoleh pada perlakuan penggunaan gula 20% dan penambahan ragi 6 g dengan hasil analisis pH 2,67, asam asetat 14,80%, kadar sari 7,15% dan % inhibisi 31% serta secara kualitatif mengandung senyawaan fenolik dan flavonoid.</p

    Pengaruh Penggunaan Talas (Xanthosoma sagittifolium) Terhadap Mutu dan Tingkat Penerimaan Panelis pada Produk Roti, Pastel, Pancake, Cookies, dan Bubur Talas

    Get PDF
    Kimpul taro (Xanthosoma sagittifolium) contains high enough of starch and fibers so that it can function as a non-rice food carbohydrates source. Previous research was done a research about taro block process technology (Hermianti et al., 2010). In this study, taro blocks was used for making of various wet food, semi-wet and dry food products such as bread, pies, cookies, pancakes, and taro porridge by substituting wheat flour and rice flour. The research was aimed to find out the composition of the appropriate use of taro block in making of various food products with a good quality and preferred. Bread, pies, and cookies were made with percentage of taro block 0% (control/without taro block), 25%, 50%, and 75%, whereas for pancakes with formula of taro block 0% (control/without taro block ), 30%, 50%, 100%. Porridge was made to subtitute rice flour with percentage of taro block 0% (control/without taro block), 30%, 50%, and 100%. The chemical analysis of taro block was done on several parameter included moisture content, ash content, starch, and protein, while for processed food products were conducted the organoleptic test (color, aroma, taste, and texture) based on the panelists acceptance level. The most products of taro cookies and taro bread preferred by panelists were analyzed the fat content, protein, carbohydrates and calories and storability for dry food products (cookies). The results showed that taro block moisture content 12.40%, ash content 1.12%, starch content 73.37%, amylose 2.88%, amylopectin 70.49%, and  protein 3.4%. The organoleptic test with optimal results and preferably were bread and pastel with the use of taro 25%, cookies with the use of taro 50%, taro pancake formula with 50%  taro block,  and porridge with usage of taro block 30%.ABSTRAKTalas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) mengandung karbohidrat dan serat yang tinggi  sehingga dapat berfungsi  sebagai sumber bahan pangan karbohidrat. Penelitian terdahulu telah dilakukan teknologi pembuatan talas blok (Hermianti et al, 2010). Pada penelitian ini dilakukan  penggunaan talas blok untuk pembuatan aneka produk makanan basah, semi basah, dan makanan kering seperti roti, pastel, cookies, pancake, dan bubur talas dengan mensubstitusi tepung terigu dan tepung beras. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui jumlah penggunaan talas yang memberikan hasil yang optimal dalam pembuatan beberapa produk tersebut sehingga dihasilkan pangan dengan mutu yang baik dan disukai.  Penelitian substitusi terigu dengan talas  yang dilakukan dalam pembuatan roti, pastel, dan cookies 0% (kontrol/ tanpa talas blok), 25%, 50% dan 75%, untuk pancake dengan formula talas dengan terigu  0% (kontrol/tanpa talas blok), 30%, 50%,100%, sedangkan untuk bubur talas dengan formula talas dengan tepung beras 0% (kontrol/tanpa talas blok), 30%, 50%, dan 100%. Analisis  kimia dilakukan  terhadap bahan baku talas blok meliputi kadar air, kadar abu, kadar pati, dan protein sedangkan untuk produk olahan pangan dilakukan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) berdasarkan tingkat penerimaan panelis. Produk cookies talas dan roti talas yang paling disukai panelis dianalisis kandungan lemak, protein, karbohidrat dan kalorinya serta daya simpan untuk produk makanan kering (cookies). Hasil penelitian menunjukkan talas blok mengandung kadar air 12,40%, kadar abu 1,12%, kadar pati 73,37%, amilosa 2,88%, amilopektin 70,49% dan protein 3,4%. Hasil  uji organoleptik dengan hasil yang optimal dan lebih disukai adalah roti dan pastel dengan penggunaan 25% talas, cookies dengan penggunaan 50% talas, pancake dengan formula talas  dengan tepung 50% dan bubur dengan pemakaian talas blok 30%.</p

    Pengaruh Natrium Metabisulfit dan Proses Mekanik Terhadap Kualitas Talas Blok

    Get PDF
    Kimpul Taro (Xanthosoma sagittifolium) contains high starch as non-rice carbohydrate source. Taro have itching  and  mucu caused by Calcium oxalate content. Its shelf life only 1- 2 weeks therefore, without treatment processing it would be difficult in transportation. There is absence  literature on taro block production. The research was done to decrease itching taste and mucus, simply in transportation and distribution,  so to lenghten of shelf life with processing treatments are soaking in 1% sodium chloride, soaking in 0,1% sodium metabisulphite, and its combination, and comparising processing of block taro between manual and mechanical press. The analysis was done on several parameters that influence to quality and shelf life of taro block such as water content, level of ash, starch, calcium oxalate, protein and sulphite residue, and organoleptic test by panelist. The result of research showed that soaking in solution of 0.1% sodium metabisulphite for 20 hours gave optimum result with content of calcium oxalate was 0.13%, residue of suphite was 1.39 mg/kg, level of ash 1.12%, 73,37% starch, protein 3.4%, and organoleptic test of colour and smell value of block taro were preferred by panelists and storage time for 8 months still in good condition. The making of  taro block with press mechanic systems had calcium oxalate content 0.065%, yield 21.38%, residue of sulphite 1.39 mg/kg, was able to decrease drying times for 7 hours with drying oven at 40 degC.ABSTRAKTalas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) mengandung karbohidrat berupa pati yang cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pangan karbohidrat non beras. Talas menimbulkan rasa gatal dan berlendir yang disebabkan oleh kandungan kalsium oksalat. Umur simpan talas hanya 1-2 minggu. Oleh karena itu tanpa proses pengolahan akan menyulitkan dalam penyimpanan dan transportasi. Talas blok belum diproduksi, dan belum ada literatur yang menyatakan teknologi proses dan pengolahannya. Penelitian ini dilakukan  untuk mengurangi rasa gatal dan lendir, memudahkan dalam transportasi dan distribusi, serta untuk memperpanjang umur simpan dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 1%, larutan natrium metabisulfit 0,1%  dan kombinasi perendaman larutan garam 1% dengan  natrium metabisulfit 0,1%, kemudian membandingkan proses pembuatan talas blok secara manual dan mekanik. Analisis dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar pati, kalsium oksalat, protein dan sulfit tersisa serta uji organoleptik oleh panelis.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dalam larutan natrium metabisulfit selama 20 jam memberikan hasil yang optimum dengan   kadar kalsium oksalat 0,13%, sulfit tersisa 1,39 mg/kg, kadar abu 1,12%, kadar pati 73,37%, protein 3,4%, dan hasil uji organoleptik nilai warna dan aroma talas blok disukai panelis serta masa simpan 8 bulan masih dalam keadaan baik. Pembuatan talas blok dengan sistim mekanik menghasilkan kandungan kalsium oksalat 0,065%, rendemen 21,38%, sulfit tersisa 1,39 mg/kg, mampu menghemat waktu pengeringan selama 7 jam dengan oven suhu 40oC

    Pemanfaatan Daun Ubi Kayu Menjadi Dendeng Sebagai Makanan Alternatif Vegetarian Pengganti Protein

    Get PDF
    The research on utilization of cassava leaves in making of jerky as a protein source  was aimed to optimize the utilization of cassava leaves became products which were delicious, preferably and as a source of protein for vegetarians. Processing of cassava leaves became jerky was made by several stages of the process and addition of fillers, flour, and other seasoning condiment to produce a soft jerky with preferred taste. The first  stage was done to get  the right process and variation of flour addition, control (0%) craftsmen version, the addition of tapioca flour 25%, 50% and 75%. The results showed that the addition of flour ratio affected the levels of protein, carbohydrate and organoleptic of cassava leaves jerky. The making of cassava leaves jerky by treatment tapioca flour addition of 50% indicated optimal results with water content  2.91%, ash content  4.47%, protein 14.01%, fat content 20.15%, and crude fiber 11.10 %, and organoleptic testing for taste, color, aroma and texture were preferred. Observations storability of cassava leaves jerky with plastic packaging at room temperature was still in good condition visually for three months of storage.ABSTRAK Penelitian pemanfaatan daun ubi kayu dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun ubi kayu menjadi produk olahan yang enak, disukai dan sebagai sumber protein bagi vegetarian. Pengolahan daun ubi kayu menjadi dendeng dilakukan dengan beberapa tahapan proses dan penambahan bahan pengisi, tepung, dan bumbu-bumbu yang lain sehingga dihasilkan dendeng yang empuk dengan rasa yang disukai. Tahap awal dilakukan untuk mendapatkan proses yang tepat dan variasi penambahan tepung yaitu kontrol (0%) versi pengrajin, penambahan tepung tapioka 25, 50, dan 75%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penambahan tepung berpengaruh terhadap kadar protein,  karbohidrat, dan organoleptik dendeng daun ubi kayu.  Pembuatan  dendeng daun ubi kayu dengan perlakuan penambahan tepung tapioka 50% menunjukkan  hasil yang optimal dengan  kadar air 2,91%, kadar abu 4,47 %, protein 14,01%,  lemak 20,15%, dan serat kasar 11,10%, dan uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur disukai.  Dendeng daun ubi kayu dengan kemasan plastik pada suhu ruang masih dalam kondisi baik secara visual selama tiga bulan  penyimpanan

    Pemanfaatan Daun Ubi Kayu Menjadi Dendeng Sebagai Makanan Alternatif Vegetarian Pengganti Protein

    Get PDF
    The research on utilization of cassava leaves in making of jerky as a protein source  was aimed to optimize the utilization of cassava leaves became products which were delicious, preferably and as a source of protein for vegetarians. Processing of cassava leaves became jerky was made by several stages of the process and addition of fillers, flour, and other seasoning condiment to produce a soft jerky with preferred taste. The first  stage was done to get  the right process and variation of flour addition, control (0%) craftsmen version, the addition of tapioca flour 25%, 50% and 75%. The results showed that the addition of flour ratio affected the levels of protein, carbohydrate and organoleptic of cassava leaves jerky. The making of cassava leaves jerky by treatment tapioca flour addition of 50% indicated optimal results with water content  2.91%, ash content  4.47%, protein 14.01%, fat content 20.15%, and crude fiber 11.10 %, and organoleptic testing for taste, color, aroma and texture were preferred. Observations storability of cassava leaves jerky with plastic packaging at room temperature was still in good condition visually for three months of storage.ABSTRAK Penelitian pemanfaatan daun ubi kayu dalam pembuatan dendeng sebagai sumber protein bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun ubi kayu menjadi produk olahan yang enak, disukai dan sebagai sumber protein bagi vegetarian. Pengolahan daun ubi kayu menjadi dendeng dilakukan dengan beberapa tahapan proses dan penambahan bahan pengisi, tepung, dan bumbu-bumbu yang lain sehingga dihasilkan dendeng yang empuk dengan rasa yang disukai. Tahap awal dilakukan untuk mendapatkan proses yang tepat dan variasi penambahan tepung yaitu kontrol (0%) versi pengrajin, penambahan tepung tapioka 25, 50, dan 75%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan penambahan tepung berpengaruh terhadap kadar protein,  karbohidrat, dan organoleptik dendeng daun ubi kayu.  Pembuatan  dendeng daun ubi kayu dengan perlakuan penambahan tepung tapioka 50% menunjukkan  hasil yang optimal dengan  kadar air 2,91%, kadar abu 4,47 %, protein 14,01%,  lemak 20,15%, dan serat kasar 11,10%, dan uji organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur disukai.  Dendeng daun ubi kayu dengan kemasan plastik pada suhu ruang masih dalam kondisi baik secara visual selama tiga bulan  penyimpanan.</p

    Potensi Pigmen Cassiavera pada Minuman Jahe Instan Sebagai Minuman Fungsional

    Get PDF
    Cassiavera (Cinnamomum burmannii) contains reddish brown to dark brown pigment that can be used as additives in instant ginger drink. The pigment was generated by maceration method in water at initial temperature 25-27ºC and 85-100ºC with maceration time of 24, 48 and 72 hours. Cassiavera filtrate with optimal color intensity was then added to the ginger powder in the ratio w/v (10:1), (10:2) and (10:3). The potency of cassiavera pigment in the instant ginger was seen from the color intensity by using a spectrophotometer, test of total phenols and panelist preference level of aroma, color, and flavor generated. Results of the research showed that the treatment time of maceration significantly affected the color intensity of the product. The best treatment of cassiavera pigment generating was found on maceration with water at temperature 85-100ºC for 48 hours and comparison of ginger powder and cassiavera filtrate 10:3 (w/v) with the highest color intensity 0, 3813 and the color preferred by the panelists. Total phenol was 26.51 ppm, with average values of organoleptic test of taste, color, and aroma were 3.20, 3.40, and 3.40 respectively. The Color intensity was measured by using a spectrophotometer at a wavelength of 556 nm indicated the intensity of color between 0.0345 - 0.3813, and total phenols between 20.47 and 26.51 ppm.ABSTRAKCassiavera (Cinnamomum burmannii) mengandung pigmen berwarna coklat kemerahan sampai coklat tua yang digunakan sebagai bahan tambahan pada minuman jahe instan. Pengambilan pigmen dengan maserasi air pada suhu awal 25-27ºC dan 85-100ºC dengan lama maserasi 24, 48 dan 72 jam. Filtrat cassiavera dengan intensitas warna optimal yang didapatkan selanjutnya ditambahkan pada jahe bubuk dengan perbandingan antara jahe bubuk dan filtrat cassiavera b/v (10:1), (10:2) dan (10:3). Potensi pigmen cassiavera pada jahe instan dilihat dari intensitas warna dengan menggunakan spektrofotometer, uji total fenol dan tingkat kesukaan fanelis terhadap aroma, warna, dan rasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lamanya maserasi berpengaruh nyata terhadap intensitas warna produk. Pada pengambilan pigmen cassiavera didapatkan perlakuan terbaik pada  maserasi dengan air pada suhu 85-100ºC selama 48 jam dan perbandingan jahe bubuk dengan filtrat cassiavera dalam pembuatan jahe cassiavera instan adalah 10:3 (b/v) dengan intensitas warna tertinggi 0,3813, memiliki total fenol 26,51 ppm, aroma, warna, dan rasa yang disukai oleh panelis  dengan nilai rata rata  3,40; 3,47, dan  3,20. Pengujian intensitas warna menggunakan spektrofotometer yang diukur pada panjang gelombang 556 nm menunjukkan intensitas warna antara 0.0345-0.3813, dan total fenol antara 20,47-26,51 ppm

    Pengaruh pencampuran terigu dan bubuk kedelai sebagai bahan pengisi terhadap karakteristik dendeng jamur tiram (Pleurotus sp)

    Get PDF
    Dendeng merupakan produk yang diolah secara tradisional dari daging, dengan menambahkan garam dan bubuk ketumbar kemudian dijemur hingga kering sehingga tahan lama. Salah satu upaya pembuatan dendeng analog adalah dengan menggunakan jamur tiram putih dengan penambahan tepung terigu dan tepung kedelai sebagai bahan pengisi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pencampuran tepung kedelai dan tepung terigu sebagai bahan pengisi terhadap karakteristik dendeng jamur tiram. Perbandingan bahan pengisi dan jamur tiram adalah 1:2, sedangkan bahan pengisi adalah campuran tepung terigu dan tepung kedelai dengan beberapa perbandingan. Pengamatan dilakukan terhadap kekerasan, kadar proksimat, kadar asam lemak bebas, uji sensori, dan kadar asam amino produk terbaik. Hasil perlakuan terbaik berdasarkan statistik pada analisis fisik, kimia dan organoleptik adalah dendeng jamur tiram dan bahan pengisi tepung kedelai 100% dengan nilai rata-rata kekerasan 45,72 N/cm², kadar air 8,97%, kadar serat kasar 18,99%, kadar abu 3,83%, kadar protein 21,79%, kadar lemak 27,63%, kadar asam lemak bebas 0,14%, dan nilai penerimaan organoleptik seperti warna, aroma, rasa dan tekstur

    Pengaruh Penambahan Susu Bubuk Fullcream Terhadap Mutu Produk Minuman Fermentasi dari Ekstrak Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas L)

    Get PDF
    This study was aimed to find exact volume of fullcream milk powder which added in the fermented beverage of red sweet potatoes extract (Ipomoea batatas L), as well as to investigate physical and chemical characteristics, and organoleptic. So it was obtained the fermented beverages which fulfilled the quality requirements of yogurt according to SNI 01- 2981-1992. Analysis was conducted on total Lactobacillus, total plates count, total lactic acid, pH, total solids, viscosity, and fat content. Organoleptic test of the color, texture, flavor, consistency, and taste was also carried out. The best product was analyzed for the chemical properties such as protein content, ash and crude fiber. The design used in this study was completely randomized design (CRD) with four treatments of fullcream milk powder addition 5%, 10%, 15% and 20% respectively with 3 replications. The organoleptic test of the most preferred by the panelists was a fermented beverage with the addition of 10% fullcream milk powder. This product contained Lactobacillus total; 7.3 x 108 CFU/ml, total plate count; 1.4 x 107 CFU/ml, total lactic acid; 1.56%, pH; 4.42, total solids; 25.62%, viscosity; 25.5 dPa.s, fat content; 3.4%, protein content; 6.34%, ash content; 0.11%, and crude fiber content; 0.17%.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penambahan susu bubuk fullcream yang tepat pada minuman fermentasi ekstrak ubi jalar merah (Ipomoea batatas L), sertakarakteristik fisik, kimia dan organoleptik, sehingga diperoleh minuman fermentasi dariekstrak ubi jalar merah yang memenuhi persyaratan mutu yogurt menurut SNI 01 - 2.981- 1.992. Analisis dilakukan pada total Lactobacillus, angka lempeng total, asam laktat total, pH, total padatan, viskositas, kadar lemak dan organoleptik warna ,tekstur, rasa, konsistensi, rasa. Produk terbaik yang didapatkan dianalis sifat kimia seperti kadar protein, abu dan serat kasar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan penambahan susu bubuk fullcream 5%, 10%, 15% dan 20% dan 3 kali ulangan. Uji organoleptik yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan penambahan susu bubuk fullcream 10%. Produk ini mengandung Lactobacillus total dari 7,3 x 108 CFU / ml, angka lempeng total 1,4 x 107 CFU / ml, asam laktat sebesar 1,56%, pH 4,42, total padatan 25,62%, 25,5 dPa.s viskositas, kandungan lemak 3,4%, kadar protein 6,34%, kadar abu 0,11%, kadar serat kasar 0,17%. </p
    corecore