22 research outputs found
The yield and quality of cassiavera (Cinnamomum burmanii L.) oil at different harvest ages from Malalak farmers in West Sumatra
This study compared the oil yield and identified the quality of cassiavera with plants ages 7 years, 18 years, and random (broken) one. Parameters measured included yield, physicochemical properties, and chemical composition. Based on the results, the oil yield was 1%, 0.9%, and 0.7% at ages 8 and 7 years of upper and lower stem parts, as well as for the broken form. This indicates that the longer plant age correlates with a higher yield. The yield at 7 and 18 years is not much different, hence the harvest can be performed at the age of 7 years considering a shorter waiting period. The physicochemical test of oil solubility in 70% ethanol showed a ratio of 1:1 and a clear appearance according to the maximum requirements of INS (Indonesian National Standard) 06-3734:2006, namely 1:3 clear. Meanwhile, the refractive index (RI) test indicated 1.56 as the best value for cassiavera scion at the age of 7 years in line with INS 06-3734:2006 conditions of 1.559 - 1.595. The chemical composition test for the oil as a whole complied with the minimum standard of INS 06-3734:2006, namely 50% cinnamaldehyde
Prospects of using peels of Siamese orange young from fruit thinning in waste minimization
Siamese orange (Citrus nobilis) is a local citrus that grows in Mount Omeh, Lima Puluh Kota Regency. The quality is improved through thinning which is the process of removing some of the young fruit. Therefore, this research aimed to use young oranges obtained from thinning fruit in the manufacture of essential oils to reduce waste from citrus plants. Orange peel is converted into essential oil through distillation for 6 hours at 90-1000 C. The results showed that the product obtained had a yield of 0.9% (V/V), pale yellow color, volatility with a specific gravity of 0.84%, refractive index of 1.46, 0.67 acid number, solubility in ethanol 1:19 clear, ester number 27, and 0.02 mg/kg Fe content. The socialization of the use of essential oil and hydrosol in soap making to citrus farmers and industrial craftsmen around the Lima Puluh Kota Regency was also performed. The outcome indicate a positive response from the participants and the local government, thereby increasing the commercial value of oranges
Pemanfaatan katekin ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai pengawet alami terhadap karakteristik mie basah
Ekstak gambir merupakan ekstrak dari sari getah yang diekstraksi dari daun tanaman gambir dan mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai pengawet pangan. Guna meningkatkan ketahanan simpan pangan dan meminilisir penggunaan pengawet sintetis dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak gambir terhadap nilai gizi dan ketahanan simpan mie pangsit. Penelitian dilakukan dengan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan (persentase ekstrak gambir) yaitu 0% (kontrol, 0,1%, 0,2%, 0,3% dan 0,4% dengan 5 kali ulangan. Peningkatan penggunaan ekstrak gambir menyebabkan peningkatan nilai kadar air menjadi 34,706%, kadar abu 0,0443%, antioksidan 18,82% dan total fenol 84%. Hasil perlakuan optimal didapatkan pada perlakuan 0,2% untuk uji organoleptik warna, rasa, aroma, dan tekstur disukai dengan nilai berturut-turut 3,50; 4,00; 4,13 dan 4,24. Sedangkan untuk ketahanan simpan mie basah sampai hari ke-4 cemaran mikroba (angka lempeng total) mengandung 9,8x105koloni/g dan memenuhi standard SNI 2987:2015 (mie basah)
Pengaruh pemakaian jahe emprit dan jahe merah terhadap karakteristik fisik, total fenol, dan kandungan gingerol, shogaol ting-ting jahe (Zingiber officinale)
Pemanfaatan jahe menjadi suatu produk alternatif yang mempunyai nilai tambah salah satunya adalah makanan ringan ting-ting jahe. Produk ini merupakan pangan fungsional yang berkhasiat obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis jahe dan penambahan jahe terhadap karakteristik fisik, total fenol, kandungan utama jahe gingerol dan shogaol ting-ting jahe. Penelitian dilakukan dengan menggunakan jahe emprit dan jahe merah dengan persentase penambahan terhadap bahan 10%, 20% dan 30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian jenis jahe memberikan pengaruh terhadap total fenol, gingerol dan shogaol ting-ting jahe. Perlakuan optimal didapatkan pada ting-ting jahe emprit dengan penambahan 30% dengan total fenol 1,66%, gingerol (6,8 dan 10 gingerol) berturut turut 0,172 mg/g; 0,163 mg/g; 0,275 mg/g, dan 6 shogaol 0,150 mg/g. Penilaian organoleptik tingkat kesukaan panelis terbaik diperoleh pada perlakuan ting-ting jahe merah 20% dengan rasa, aroma dan tekstur 3,90; 3,75; 3,45 yaitu disukai.AbstractAn alternative product from ginger that has an added value is by making it as a snack food called ginger ting-ting. This product is a functional food which has a medicinal properties. The study was aimed to determine the effect of ginger type and the addition of ginger to the physical characteristics, total phenol, the main content of ginger gingerol and shogaol of ginger ting-ting. The study was carried out using yellow ginger and red ginger with the percentage of addition to the ingredients of 10%, 20%, and 30%. The results showed that the use of the ginger type affected the total phenol, gingerol, and shogaol of ginger ting-ting. The optimal treatment was obtained in yellow ginger ting-ting at the addition 30% with total phenol 1.66%, gingerol (6, 8, and 10 gingerol) 0.172 mg/g; 0.163 mg/g; 0.275 mg/g respectively, and 6 shogaol 0.150 mg/g. Organoleptic assessment of the best panelist preference level was obtained at the treatment 20% red ginger ting-ting with the taste, flavor, and texture were preferred with value 3.90; 3.75; 3.45 recpectively
Pengaruh pemakaian jahe emprit dan jahe merah terhadap karakteristik fisik, total fenol, dan kandungan gingerol, shogaol ting-ting jahe (Zingiber officinale)
Pemanfaatan jahe menjadi suatu produk alternatif yang mempunyai nilai tambah salah satunya adalah makanan ringan ting-ting jahe. Produk ini merupakan pangan fungsional yang berkhasiat obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis jahe dan penambahan jahe terhadap karakteristik fisik, total fenol, kandungan utama jahe gingerol dan shogaol ting-ting jahe. Penelitian dilakukan dengan menggunakan jahe emprit dan jahe merah dengan persentase penambahan terhadap bahan 10%, 20% dan 30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian jenis jahe memberikan pengaruh terhadap total fenol, gingerol dan shogaol ting-ting jahe. Perlakuan optimal didapatkan pada ting-ting jahe emprit dengan penambahan 30% dengan total fenol 1,66%, gingerol (6,8 dan 10 gingerol) berturut turut 0,172 mg/g; 0,163 mg/g; 0,275 mg/g, dan 6 shogaol 0,150 mg/g. Penilaian organoleptik tingkat kesukaan panelis terbaik diperoleh pada perlakuan ting-ting jahe merah 20% dengan rasa, aroma dan tekstur 3,90; 3,75; 3,45 yaitu disukai.AbstractAn alternative product from ginger that has an added value is by making it as a snack food called ginger ting-ting. This product is a functional food which has a medicinal properties. The study was aimed to determine the effect of ginger type and the addition of ginger to the physical characteristics, total phenol, the main content of ginger gingerol and shogaol of ginger ting-ting. The study was carried out using yellow ginger and red ginger with the percentage of addition to the ingredients of 10%, 20%, and 30%. The results showed that the use of the ginger type affected the total phenol, gingerol, and shogaol of ginger ting-ting. The optimal treatment was obtained in yellow ginger ting-ting at the addition 30% with total phenol 1.66%, gingerol (6, 8, and 10 gingerol) 0.172 mg/g; 0.163 mg/g; 0.275 mg/g respectively, and 6 shogaol 0.150 mg/g. Organoleptic assessment of the best panelist preference level was obtained at the treatment 20% red ginger ting-ting with the taste, flavor, and texture were preferred with value 3.90; 3.75; 3.45 recpectively.</p
Pengaruh Penggunaan Sukrosa dan Penstabil Karboksi Metil Selulosa (CMC) terhadap Mutu dan Gingerol Jahe Instan
Ginger contains gingerol which is very useful in the pharmaceutical and food industries. Gingerol has an ability as an antioxidant and anti-inflammatory. Processing of ginger into instant ginger can make it easy in presentation and the stability of ginger availability. The research was aimed to get the technology and manufacturing process of instant ginger products with good quality and a high content of gingerol. The study was conducted with the treatment of sucrose addition 100% granulated sugar, the ratio of granulated sugar and palm sugar (3:1) and (1:1), and the addition of stabilizer carboxy methyl cellulose (CMC) namely control (0%), 0.5%, and 1%. The results showed that the addition of sugar as a source of sucrose and the addition of stabilizers CMC could affect the product quality. The treatment of granulated sugar and palm sugar ration (3:1) and the addition of stabilizers CMC 1% produced an optimum result with water content 1.54%, ash content 0.73%, sugar content 76%, total dissolved solids 97,01%, total acid 0.16%, as well as analysis of 6,8,10 gingerol was 1.240 mg g-1; 0.045 mg g-1; 0.070 mg g-1respectively and 6 shogaol 0.175 mg g-1. ABSTRAKJahe mengandung gingerol yang sangat bermanfaat dalam industri farmasi dan makanan. Gingerol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pengolahan jahe menjadi jahe instan akan memudahkan dalam penyajian dan stabilitas ketersediaan jahe. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses dan pembuatan produk jahe instan dengan mutu baik serta kandungan gingerol yang tinggi. Penelitian dilakukan dengan perlakuan variasi penambahan sukrosa yaitu gula pasir 100%, perbandingan gula pasir dan gula aren (3:1) dan (1:1), serta penambahan penstabil karboksimetil selulosa (CMC), yaitu kontrol, 0,5%, dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan variasi gula sebagai sumber sukrosa dan penambahan penstabil CMC dapat mempengaruhi mutu produk. Perlakuan pemakaian gula pasir : gula aren (3:1) dan penambahan penstabil CMC 1% memberikan hasil optimal dengan kadar air 1,54%, kadar abu 0,73%, kadar gula 76%, total padatan terlarut 97,01%, total asam 0,16 %, serta analisis 6,8,10 gingerol berturut turut, yaitu 1,240 mg/g; 0,045 mg/g; 0,070 mg/g; dan 6 shogaol 0,175 mg/g
Karakteristik pewarna alam gambir (Uncaria gambir Roxb) untuk produk pangan
Pewarna alami yang berpotensi untuk diekstrak diantaranya gambir (Uncaria gambir Roxb). Gambir mengandung senyawa tanin sebagai pewarna untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis yang aman untuk kesehatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan metode ekstraksi dan maserasi menggunakan pelarut (air, etanol 25%, etanol 50%) dan pembangkit warna (asam sitrat 3%, asam askorbat 3% dan kapur sirih 5%) dengan 3 kali ulangan. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pembangkit warna (fiksator) dalam menghasilkan warna untuk pangan sebagai pengganti pewarna sintetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan memiliki intensitas warna yang berbeda dari kuning, kuning kemerahan dan merah kecoklatan. Pemakaian pelarut etanol 25% dan pembangkit warna asam askorbat menghasilkan kecerahan warna L 79,60, ketuaan warna K/S 1,15 dengan arah warna kuning kemerahan (a* 6,5 dan b* 23,99), aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 sebesar 6,25 ppm, sedangkan kapur sirih menghasilkan kecerahan warna L 81,47, ketuaan warna K/S 4,09 dan arah warna merah tua (a* 6,88 dan b* 8,17) mempunyai aktivitas antioksidan paling rendah yaitu 7,84 ppm.ABSTRACTNatural dyes that have a potential to be extracted include Gambier (Uncaria gambier. Roxb). Gambier contains tannin compounds as food coloring and can be used as an alternative substitute of synthetic dyes that are safe for health. The study used a completely randomized design (CRD) by extraction and maceration methods using solvents (water, ethanol 25%, ethanol 50%) and color generating (citric acid 3%, ascorbic acid 3%, and betel lime 5% and 3 replications. The research aims to see the effect of color generator (fixator) in producing colors for food. The results showed that the colors produced had different color intensities from yellow, reddish yellow, and brownish red. The use of 25% ethanol solvent and ascorbic acid produced a color brightness (L) 79.60, color strength (K/S) 1.15 with redish yellow color and antioxidant activity (IC50) value 6.25 ppm, while by using betel lime produced a color brightness (L) 81.47, color strength (K/S) 4.09 with dark red color and color direction (a* 6.88 and b* 8.17). It has low antioxidant activity 7.84 ppm
Aplikasi gambir (Uncaria gambir Roxb) melalui proses pencucian berulang sebagai antioksidan pada pangan berminyak
Gambir mengandung katekin sebagai komponen utama yang merupakan senyawa polifenol berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri. Antioksidan alami gambir dapat diaplikasikan pada pengolahan pangan sebagai pengganti antioksidan sintetis. Senyawa antioksidan dapat mencegah terjadinya proses oksidasi dari asam lemak pada produk yang mengandung lemak dan minyak. Pengolahan gambir melalui proses pencucian berulang dilakukan untuk menghasilkan gambir dengan katekin tinggi. Penelitian bertujuan melihat efektifitas antioksidan alami gambir murni terhadap pangan berminyak (pinyaram dan keripik singkong). Penelitian dilakukan dengan perlakuan penambahan katekin gambir pada pinyaram, kontrol (tanpa katekin gambir), katekin gambir 0,5 g/kg, 1,0 g/kg, 1,5 g/kg dan BHT 0,2 g/kg sebagai antioksidan sintetis pembanding. Pada keripik singkong kontrol, katekin gambir 0,2 g/kg, 0,4 g/kg, 0,6 g/kg, 0,8 g/kg dan BHT 0,2 g/kg sebagai antioksidan sintetis. Hasil perlakuan optimal pada pinyaram pada penggunaan katekin gambir 1,0 g/kg dengan kadar lemak 24,5%, bilangan peroksida 0,18 meq/kg (1 minggu penyimpanan) dan polifenol 643 ppm. Sedangkan pada keripik singkong 0,6 g/kg dengan kadar lemak 30,94%, bilangan peroksida 0,29 meq/kg dan polifenol 391 ppm. Ketahanan daya simpan sampai minggu ke-2 untuk pinyaram dan minggu ke -3 untuk keripik singkong dengan organoleptik rasa disukai
Pengaruh Konsentrasi Gula dan Ragi dalam Pembuatan Cuka dari Rosella (Hibiscus Sabdariffa.L) terhadap Mutu Cuka Rosella
Rosellla (Hibiscus sabdariffa.L) telah digunakan secara tradisional sebagai minuman yang berkhasiat fungsional. Bunga rosella mengandung flavonoid metabolit sekunder, terpenoid, dan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian gula dan ragi terhadap mutu cuka. Penelitian dilakukan dengan perlakuan penggunaan gula pasir (10, 15, 20, 25) %, fermentasi dengan ragi Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6) g dan waktu fermentasi sampai tiga minggu. Hasil fermentasi berupa cuka rosella selanjutnya diuji pH, kandungan asam asetat, kadar sari dan uji aktifitas antioksidan yang terdiri dari uji kualitatif fenolik, flavonoid, dan % inhibisi. Hasil penelitian optimal diperoleh pada perlakuan penggunaan gula 20% dan penambahan ragi 6 g dengan hasil analisis pH 2,67, asam asetat 14,80%, kadar sari 7,15% dan % inhibisi 31% serta secara kualitatif mengandung senyawaan fenolik dan flavonoid
Potensi Pigmen Cassiavera pada Minuman Jahe Instan sebagai Minuman Fungsional
Cassiavera (Cinnamomum burmannii) mengandung pigmen berwarna coklat kemerahan sampai coklat tua yang digunakan sebagai bahan tambahan pada minuman jahe instan. Pengambilan pigmen dengan maserasi air pada suhu awal 25-27ºC dan 85-100ºC dengan lama maserasi 24, 48 dan 72 jam. Filtrat cassiavera dengan intensitas warna optimal yang didapatkan selanjutnya ditambahkan pada jahe bubuk dengan perbandingan antara jahe bubuk dan filtrat cassiavera b/v (10:1), (10:2) dan (10:3). Potensi pigmen cassiavera pada jahe instan dilihat dari intensitas warna dengan menggunakan spektrofotometer, uji total fenol dan tingkat kesukaan fanelis terhadap aroma, warna, dan rasa yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lamanya maserasi berpengaruh nyata terhadap intensitas warna produk. Pada pengambilan pigmen cassiavera didapatkan perlakuan terbaik pada maserasi dengan air pada suhu 85-100ºC selama 48 jam dan perbandingan jahe bubuk dengan filtrat cassiavera dalam pembuatan jahe cassiavera instan adalah 10:3 (b/v) dengan intensitas warna tertinggi 0,3813, memiliki total fenol 26,51 ppm, aroma, warna, dan rasa yang disukai oleh panelis dengan nilai rata rata 3,40; 3,47, dan 3,20. Pengujian intensitas warna menggunakan spektrofotometer yang diukur pada panjang gelombang 556 nm menunjukkan intensitas warna antara 0.0345-0.3813, dan total fenol antara 20,47-26,51 ppm