57 research outputs found
Kelengkapan Informasi Medis Dalam Penetapan Kode Morbiditas, Pada Kasus Chronic Kidney Disease Di Rumah Sakit Panti Wiloso Dr Cipto Semarang
Observations were made on the medical record documents of the Chronic Kidney Disease (CKD) case, found incomplete medical information, namely the results of X-rays of 70%, other tests of 20%, writing of disease history of 10% and some of the stages of disease were not written. The results of the interview with one of the coders were due to the lack of accuracy in filling in medical supporting data. The aim of the study was to describe the medical information in determining morbidity coding in CKD cases.Using a quantitative descriptive research approach, data from observations of 63 documents of CKD inpatient medical records were completed with information from one of the inpatient coder officers.The results showed that, there was still incomplete medical information such as the results of investigations and medical history. And several documents were found whose examination result sheets were not in DRM. The procedure for determining the code in the RS Panti Wilasa Dr Cipto in the CKD case did not differ in giving morbidity codes with other cases. The flow is in accordance with the implementation guidelines for coding in ICD 10 Revision 2010. However, in determining the code the main obstacle is the lack of clarity in writing medical diagnoses, and there is an incomplete history. The conformity of the morbidity code based on ICD-10 version 2010 in the case of CKD in Dr Cipto Panti Wilasa Hospital was 71.42% and the code mismatch was 28.58%. This is due to incomplete medical information and unclear stages of CKD disease.It is advisable for the coder to confirm to the DPJP if there is a diagnosis that is illegible or less specific so that the code generated is appropriate and precise, especially in the diagnosis of CKD. The need to complete medical information and double-check medical record documents before coding.Keywords: Medical Record Documents, Chronic Kidney Diseases, Morbidity Code, ICD-1
KEPEMIMPINAN DALAM PENULISAN SPESIFITAS DIAGNOSIS SESUAI DENGAN ICD-10 BAGI TENAGA MEDIS (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG)
Di Rumah Sakit Permata Medika Semarang pada tahun 2012 masih ditemukan penulisan diagnosis medis yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan terminologi ICD-10 sebanyak 50%. Hal ini merupakan masalah penting yang harus ditangani oleh Rumah Sakit, melalui faktor kepemimpinan. Tujuan penelitian adalah menjelaskan faktor kepemimpinan yang ditinjau dari peran pemimpin dalam penerapan kelengkapan penulisan diagnosis sesuai dengan terminologi ICD-10 pada dokumen rekam medis rawat Inap.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan metode kualitatif.Sebagai informan utama adalah pemimpin yang terlibat dalam pelayanan penunjang medis. Informan triangulasi adalah dokter sebagai pemberi pelayanan medis di Rawat Inap danmelakukan pengisian Dokumen Rekam Medis terutama penulisan diagnosis medis. Pengumpulan data melalui indepth interview dan observasi. Pengolahan data dengan metode analisis isi (content analysis).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kodefikasi penyakit dengan menggunakan ICD-10 dilaksanakan di Unit Rekam Medis oleh petugas Rekam Medis. Pemahaman dokter tentangICD-10 kurang baik. Peran pemimpin sebagai pemberi inspirasi masih sebatas wacana dari pemimpin. Pemimpin belum mengorganisir sosialisasi kepada dokter tentang pelaksanaankodefikasi penyakit . Peran pemimpin sebagai pemberi motivasi masih sebatas identifikasi masalah dan wacana tentang pemberian penghargaan. Peran pemimpin sebagai pemberi arahan masih sebatas identifikasi langkah-langkah dalam upaya mengarahkan. Peran Pemimpin dalam membangun sistem komunikasi, belum digunakan untuk mempengaruhi perilaku dokter atau karyawan. Motivasi dokter dalam penulisan diagnosis sesuai dengan teminologi ICD-10 sudah ada tetapi masih menunggu arahan dan kebijakan pimpinan.Disarankan pemimpin membuat kebijakan yang mengatur tentang penerapan kelengkapan penulisan diagnosis sesuai dengan terminologi ICD-10.Kata kunci : Kepemimpinan , Motivasi, Rekam Medis, ICD-1
KAJIAN FAKTOR KENDALA DOKTER TIDAK MENGGUNAKAN APLIKASI WIFI TB DI KOTA SEMARANG
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian di dunia dengan angka kejadian 10,0 juta (kisaran, 9,0–11,1 juta) penderita TB pada tahun 2018.1 Dalam pengelolaannya, kasus TB yang ditemukan harus dicatat dan dilaporkan oleh setiap fasilitas pelayanan kesehatan sesuai format yang ditentukan. Upaya pemberdayaan secara aktif untuk pelaporan kasus dilakukan dokter dengan bantuan teknologi menggunakan aplikasi WifiTB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor kendala yang mempengaruhi minat dokter tidak menggunakan aplikasi WifiTB di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data diperoleh lewat kuesioner dengan skala linkert yang diisi oleh dokter sebagai pemakai aplikasi sebanyak 129 kuesioner dengan mengolah 77 kuesionar dokter yang belum menggunakan aplikasi. Dengan menggunakan teknik analisis faktor, hasil penelitian menunjukkan bahwa  persepsi negatif 86,2%, smartphone 79,5% dan kesiapan 78,5% paling mempengaruhi minat dokter dalam menggunakan aplikasi WifiTB. Sehingga dengan demikian upaya pendekatan persuasif perlu ditingkatkan guna menambah keyakinan dan kesiapan para dokter dalam menggunaan aplikasi WifiTB
Studi Deskriptif Gambaran Kepuasan Wisatawan Surabaya Yang Pernah Melakukan Perjalanan Wisata Ke Bali Berdasarkan Metode Holiday Satisfaction
Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bagi Provinsi Bali, peran pariwisata dalam pembangunan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat ditandai dengan
berkembangnya objek wisata baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebagai pusat industri pariwisata nasional, keberadaan daerah ini sudah sangat dikenal luas, tidak hanya oleh penduduk Indonesia tapi juga di kalangan wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kepuasan wisatawan Surabaya yang pernah melakukan perjalanan wisata ke Bali berdasarkan metode Holiday Satisfaction. Metode ini dilakukan dengan membandingkan harapan dan persepsi wisatawan terhadap kategori-kategori dalam metode Holiday Satisfcation. Kategori-kategori
tersebut meliputi kategori daerah tujuan wisata, toko souvenir & cinderamata, restoran, pusat seni dan budaya, transportasi, hotel dan sumber informasi bagi wisatawan. Variabelnya adalah variabel kepuasan wisatawan; sumber datanya adalah menggunakan kuesioner close ended question dengan alternatif jawaban berupa 7 skala jenjang, di mana 1 menunjukkan yang paling buruk dan 7 menunjukkan yang paling baik, yang berisi pernyataan-pernyataan dalam kategori Holiday Satisfaction. Karakteristik dari 300 responden yang
merupakan wisatawan Surabaya yang melakukan perjalanan wisata tanpa menggunakan biro tour dan travel; dengan melakukan perjalanan wisata ke Bali minimal 2 kali minimal selama 4 hari dalam kurun waktu antara 2006 sampai 2008, serta mengetahui dan menikmati industri pariwisata (daerah
tujuan wisata, toko souvenir & cinderamata, restoran, galeri seni, transportasi, hotel, dan nightlife) di Bali. Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling, cara pengambilan sampelnya adalah judgemental sample, aras
pengukuran adalah interval, dan skala pengukuran adalah numerical scale. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat wisatawan puas dan tidak puas terhadap seluruh kategori dalam Holiday Satisfaction, selanjutnya dengan analisis kuadran diketahui kekuatan dan kelemahan dari masing-masing kategori. Untuk kelemahannya meliputi: (a) kebersihan udara, (b) keanekaragaman barang yang disediakan di toko souvenir
& cinderamata, (c) kesesuaian selera wisatawan dengan makanan yang disediakan di restoran, (d) terjaminnya keamanan hotel, (e) kebersihan kamar hotel, (f) kebersihan makanan yang disediakan di hotel, (g) kemenarikan
hiburan-hiburan yang disediakan di nightlife, dan (h) suasana yang tersedia di nightlife. Dari kelemahan ini diberikan rekomendasi perbaikan guna peningkatan kepuasan wisatawan
Etika berkomunikasi di media sosial : studi Komparasi Tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili dan Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab
Penggunaan media sosial saat ini bukan hanya sekedar untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga telah menjadi pemicu berbagai masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan etika berkomunikasi yang baik dan benar dalam penggunaan media sosial. Penulis ingin mengkaji makna etika berkomunikasi di media sosial dengan menginterpretasikan ayat-ayat komunikasi menurut Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir dan M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah. Masalah yang dihadapi adalah karena kurangnya etika berkomunikasi di masyarakat.
Penelitian ini termasuk bersifat kualitatif, dimana penulis mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan dengan pembahasan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif, yaitu mendiskripsikan data yang terkumpul kemudian membandingkannya dengan tema yang dibahas untuk mengetahui perbedaan dan persamaannya.
Hasil dari penelitian ini adalah Wahbah az-Zuhaili dan M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa etika komunikasi dalam Al-Qur’an dapat dirumuskan sebagai berikut : dalam berkomunikasi haruslah menggunakan kata yang baik, jujur dan tidak berdusta, berkomunikasi dengan yang lebih tua dengan sopan dan mulia, serta tidak mengucapkan kata yang bermaksud merendahkan orang lain. Metode kitab Tafsir al-Munir menggunakan metode tafsir maudhu’i, sedangkan metode kitab Tafsir al-Misbah menggunakan metode tahlili. Pada penafsiran kata sadīdan menurut Wahbah, yakni perkataan yang benar adalah yang sesuai dengan tuntunan agama. Sedangkan menurut Shihab merujuk kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya atau merujuk kepada sasaran. Kontekstualisasi pada Surah An-Nisa’ ayat 9 terdapat pada kata Qaulan Sadīdan yang berarti perkataan yang benar, ketika bermedia sosial harus memperhatikan apa yang kita sampaikan, dan yang kita bagikan ke media sosial. Sebab, apa yang diucapkan termasuk perkataan dusta atau tidak dan dapat merugikan orang lain atau tidak
Kelengkapan Informasi Medis Untuk Mendukung Kodefikasi Penyakit Jantung Guna Mewujudkan Kualitas Data Informasi Medis Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Kelengkapan informasi medis yang terdapat dalam Dokumen Rekam Medis (DRM), khususnya padakasus penyakit jantung, sangat diperlukan karena kesinambungan informasi medis untuk melihatdiagnosis mana yang paling banyak menghabiskan resource selama episode perawatan di RumahSakit, dan selanjutnya untuk dasar penetapan kode diagnosis utama dengan menggunakan ICD-10.Hasil observasi di RS Islam Sultan Agung Semarang, ditemukan adanya informasi dalam lembaranamnesis yang tidak lengkap, serta dokter dalam melakukan pencatatan penulisan diagnosis utama,terdapat lebih dari satu diagnosis. Sehingga petugas coder harus melakukan analisis lembar-lembarrekam medis, untuk menentukan mana yang kode utama dan kode sekunder dengan menggunakanaturan re-seleksi jika dokter tidak dapat dikonfirmasi. Temuan tersebut dapat berdampak padapelaporan, dimana diagnosis utama hanya tertulis 1 diagnosis, sedangkan diagnosis sekunder bolehditulis lebih dari 1 diagnosis. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kelengkapan dokumen rekammedis yang mendukung penetapan kode penyakit jantung di Rumah Sakit Islam Sultan AgungSemarang.Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Objek penelitian adalah dokumenrekam medis rawat inap pasien BPJS penyakit jantung, dan subyek penelitian adalah coder rawatinap. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara pada dan observasi DRM denganmenggunakan lembar checklist diagnosis jantung. Data dianalisis menggunakan teknik analisisdeskriptif yang didukung dengan teknik validitas konten.Hasil review analisis kuantitatif pada 27 sampel DRM pada pasien BPJS penyakit jantung,menunjukkan kelengkapan terbesar analisis kuantitatif terletak pada review identifikasi yaitu 22(81,5%) dokumen dan ketidaklengkapan terbesar pada review autentikasi yaitu 15 (55,6%) dokumen.Kekonsistenan terbesar pada analisis kualitatif terdapat pada review informed consent yaitu 27 (100%)DRM dan ketidakkonsistenan terbesar pada review konsistensi pencatatan hal-hal yang dilakukansaat pengobatan dan perawatan yaitu 7 (25,9%) DRM. Saran untuk tenaga medis sebagai pelaksanaasuhan kesehatan pada pasien, khususnya pasien BPJS, penyakit jantung, agar memperhatikanpengisian kelengkapan dokumen rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan rekam medisdan menunjang pelaporan Rumah Sakit.Kata kunci: Dokumen Rekam Medis, Review Kuantitatif, Review Kualitatif, Penyakit Jantung, pasienBPJ
Biodiesel Dari Campuran Lemak Sapi (Beef Tallow) Dan Minyak Sawit
Cadangan minyak bumi semakin menipis, sehingga dicari bahan bakar alternatif, salah satunya adalah biodiesel. Minyak nabati terutama minyak sawit merupakan bahan baku edible sedangkan lemak sapi merupakan bahan baku non-edible dengan biaya rendah dan memiliki ketersediaan tinggi pada produksi sapi. Pemanfaatan lemak sapi yang belum maksimal dapat digunakan bersama minyak sawit untuk menghasilkan biodiesel. Lemak sapi dicairkan supaya menjadi minyak sapi. Bahan baku minyak sapi dan minyak sawit dicampur dengan perban-dingan 3:1. Campuran minyak ditransesterifikasi dengan metanol dengan perbandingan molar (1:6) dan katalis NaOH. Proses dilakukan selama 90 menit pada suhu ±65°C. Hasil proses transesterifikasi adalah metil ester dan gliserol. Metil ester pada lapisan atas dipisahkan dari gliserol kemudian dilakukan pencucian. Metil ester atau biodiesel selanjutnya diuji angka asam, viskositas, densitas, dan analisis menggunakan GC-MS. Yield biodiesel yang dihasilkan dari campuran minyak sapi dan minyak sawit adalah 76%, angka asam 0,67124 mg-KOH/g, densitas 857,76 kg/cm³, dan viskositas 3,0074 mm2/s. Kesemua parameter tersebut sesuai dengan standart mutu SNI biodiesel. Kandungan metil ester dari minyak sawit dan lemak sapi adalah metiloleat dan metil palmitat. The availability of the fossil fuel is decreasing; hence the finding of an alternative fuels is very important. One of those alternative fuels is biodiesel. Vegetable oil, especially palm oil is the edible raw material, while the beef tallow is the non-edible raw material with low cost production and the availability is huge in the cattle production. The beef tallow mixed with palm oil can be used as raw material for producing biodiesel. Firstly, the beef tallow was melted into beef oil. The raw materials of beef tallow and palm oil were mixed with the composition ratio of 3:1. The resulted mixed-oil was transesterificated by adding methanol with molar ratio of 1:6 and NaOH as catalyst. The transesterification process was carried for 90 minutes at ±65°C. Transesterification process produces methyl ester and glycerol. The produced methyl ester on the upper layer was separated from the glycerol and then washed. The produced methyl ester was tested to determine the acid number, viscosity, and density. Analysis of the methyl ester components using GC-MS was also conducted. The experimental results show the yield of produced biodiesel from mixed-oil of beef tallow and palm oil (3:1) was 75.93%. The tested acid number, density, and viscosity were 0.67124 mg-KOH/g, 85.76 kg/cm³, and 3.0074 mm2/s, respectively. Data of the tested methyl ester properties are in accordance with the quality of standard ISO for methyl ester. The content of the produced methyl ester from the mixed-oil of beef tallow and palm oil are metiloleat and methyl palmitate
Developing a Self-Assessment Instrument for a Microteaching Class
The goal of this research was to create a self-assessment instrument for evaluating professional teachers’ performance in the microteaching course at FKIP UPY. This development research was based on Thiagarajan’s 4D development model, which included the stages of define, design, development, and dissemination. The participants were FKIP students who were taking microteaching classes. Purposive sampling was used and data were collected through student questionnaires. Data were triangulated using the DPL response questionnaire. With the help of the SPSS 16.0 program, empirical validity and reliability were calculated. A self-assessment instrument for assessing the performance of professional teachers for microteaching learning courses for FKIP UPY students was prepared, containing 42 items, which was developed through determining the material, determining instrument constructs, compiling grids, and compiling questionnaires. The instrument content was found to have good results for validation, and a reliability index of 0.75; the percentage of responses from microteaching supervisors was 88.5%. These results indicated that the self-assessment instrument can be recommended for assessing the performance of professional teachers in microteaching learning courses at FKIP UPY.
Keywords: self-assessment, performance character, microteachin
ANALISA KEPUASAN PASIEN TERHADAP ASPEK MUTU PELAYANAN DI BAGIAN TPPRJ RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG
Latar belakang : Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) sering dianggap hanya sebagai tempat pendaftaran, meskipun ini adalah tempat di mana kontak pertama antara pasien dengan petugas. Berdasarkan survei awal di Rumah Sakit Banyumanik masih ditemukan antrian pasien yang akan mendaftarkan diri, kurangnya personil, akses ke layanan, hubungan manusia, kenyamanan dan kenikmatan. Hanya ada satu meja pendaftaran dan disatukan dengan rawat jalan, rawat inap dan Unit Gawat Darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan di TPPRJ RumahSakit Banyumanik Semarangkeadaan. Populasi adalah pasien yang terdaftar dalam TPPRJ tahun 2011, dengan jumlah sampel yang diambil 99 pasien. Instrumen menggunakan kuesioner untuk wawancara denganpasien. Pengumpulan data dari data primer yang diperoleh secara langsung dari pasien dalam bentuk jawaban atas kuesioner. Sedangkan pengolahan data antara lain editing, tabulasi data, analisis data.Hasil : Tingkat kepuasan terhadap kompetensi petugas tertinggi yaitu kemampuan petugas dan ketidakpuasan tertinggi pada penampilan petugas. Akses dalam pelayanan, tingkat kepuasan tertinggi yaitu jarak tidak terlalu jauh dan ketidakpuasan tertinggi pada lokasi tidak strategis. Hubungan antar manusia, Tingkat kepuasan pasien yaitu kesopanan petugas dan ketidakpuasan petugas yaitu kesabaran petugas. Kenyamanan dan kenikmatan, kepuasan pasien paling tinggi terletak pada kondisi tempat duduk dan ketidakpuasan pasien terletak pada fasilitas pendaftaran. Untuk kepuasan pasien, paling tinggi terletak pada kecepatan dalam pelayanan dan ketidakpuasan pasien terletak pada keramahan petugas.Simpulan : Ketidakpuasan pasien di RS Banyumanik Semarang adalah pada fasilitas dan layanan yang ada di rumah sakit. Sarannya adalah sebaiknya standart operasional prosedur yang sudah ada, lebih diperhatikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.Kata kunci : kualitas pelayanan, kepuasan, rawat jala
- …