24 research outputs found

    Sifat Fisikokimia Madu Monoflora dari Daerah Istimewa YOGYAKARTA dan Jawa Tengah

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia madu monoflora dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Empat sampel madu yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu kaliandra, klengkeng, rambutan, dan randu. Madu kaliandra berasal dari peternak lebah di Kulon Progo, DIY. Madu dari propinsi Jawa Tengah adalah madu klengkeng dari Ambarawa, madu rambutan dari Magelang, dan madu randu dari Pati. Sifat- sifat fisika yang dianalisis adalah kadar air, warna, dan viskositas, sedangkan sifat-sifat kimianya adalah pH, komponen fenolat total, dan kadar gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat fisika madu monoflora adalah kadar air 8,95 – 26,52%, warna merah 2,23 – 4,13, warna kuning 10,00 – 40,33, dan viskositas 3,99 – 18,24 Poise. Sifat-sifat kimia madu monoflora adalah pH 3,87 – 4,48, komponen fenolat total 371,4 – 1.188,3 mg/100 ml, kadar maltosa 6,71 – 28,82 mg/100 ml, kadar glukosa 14,63 – 18,82 mg/100 ml, dan kadar fruktosa 28,82 – 41,30 mg/100 ml

    Sifat Fisikokimia Madu Monoflora dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah

    Get PDF
    Physical and chemical properties of monofloral honeys from Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) and Central Java provinces were evaluated. Four honey samples were used in this study, namely kaliandra, klengkeng, rambutan, and randu honey. Kaliandra honey was supplied by beekeepers from Kulon Progo, DIY. Klengkeng honey was from Amba- rawa, rambutan honey was from Magelang, and randu honey was from Pati. Three later sources of honey belongs to Central Java province. Analysis of physical properties of honeys were moisture content, colour, and viscosity. Analy- sis of chemical properties of honeys were pH, total phenolic compound, and sugar content.  Results showed that the physico-chemical properties of monofloral honeys varied as follows: moisture content (18.95 – 26.52) %, red colour (2.23 – 4.13), yellow colour (10.00 – 40.33),  viscosity (3.99 – 18.24) Poise, pH (3.87 – 4.48), phenolic compound (371.4 – 1,188.3) mg/100 ml, maltose content (6.71 – 28.82) mg/100 ml, glucose content (14.63 – 18.82) mg/100 ml, and fructose content (28.82 – 41.30) mg/100 ml.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia madu monoflora dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Empat sampel madu yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu kaliandra, klengkeng, rambutan, dan randu. Madu kaliandra berasal dari peternak lebah di Kulon Progo, DIY. Madu dari propinsi Jawa Tengah adalah madu klengkeng dari Ambarawa, madu rambutan dari Magelang, dan madu randu dari Pati. Sifat- sifat fisika yang dianalisis adalah kadar air, warna, dan viskositas, sedangkan sifat-sifat kimianya adalah pH, komponen fenolat total, dan kadar gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat fisika madu monoflora adalah kadar air 8,95 – 26,52%, warna merah 2,23 – 4,13, warna kuning 10,00 – 40,33, dan viskositas 3,99 – 18,24 Poise. Sifat-sifat kimia madu monoflora adalah pH 3,87 – 4,48, komponen fenolat total 371,4 – 1.188,3 mg/100 ml, kadar maltosa 6,71 – 28,82 mg/100 ml, kadar glukosa 14,63 – 18,82 mg/100 ml, dan kadar fruktosa 28,82 – 41,30 mg/100 ml

    PENGEMBANGAN EKSTRAK FLAVONOID MADU MONOFLORA SEBAGAI INGREDIENT MINUMAN FUNGSIONAL TINGGI ANTIOKSIDAN

    Get PDF
    Beberapa tahun terakhir telah terlihat meningkatnya minat konsumen, industri makanan, dan peneliti ke pangan dan cara-cara yang dapat membantu menjaga kesehatan manusia, salah satunya minuman fungsional. Madu mempunyai aktivitas antioksidan yang signifikan yang berkorelasi kuat dengan kandungan flavonoidnya dari berbagai sumber bunga, sehingga madu sangat potensial sebagai bahan baku minuman fungsional. Namun sampai saat ini belum ada minuman fungsional yang ingredient-nya flavonoid dari madu. Penelitian tahun pertama bertujuan untuk mengetahui: 1) kadar flavonoid total, 2) aktivitas antioksidan metode DPPH, 3) kapasitas antioksidan metode FRAP, 4) hubungan kadar flavonoid total dengan aktivitas antioksidan metode DPPH, 5) hubungan kadar flavonoid total dengan kapasitas antioksidan metode FRAP, 6) hubungan aktivitas antioksidan metode DPPH dengan kapasitas antioksidan metode FRAP dari beberapa jenis madu monoflora, dan 7) proses pembuatan ekstrak flavonoid dari madu monoflora terbaik. Bahan baku madu didapat dari peternak lebah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Analisis kadar flavonoid total menurut metode Al dkk (2009) dan analisis aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (diphenyl-1-picryl hydrazyl) menurut Hussein dkk (2011), dan kapasitas antioksidan metode FRAP dilakukan menurut metode Aljadi & Kamaruddin, (2004). Analisis data dilakukan dengan anava dan dilanjutkan dengan DMRT untuk mengetahui perbedaan antar sampel. Hubungan kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid total dengan kapasitas antioksidan, dan aktivitas antioksidan dan kapasitas antioksidan madu monoflora dihitung dengan regresi sederhana untuk mengetahui nilai korelasinya. Setelah diketahui madu monoflora yang terbaik, selanjutnya dibuat ekstrak flavonoid madu terbaik tersebut menurut metode (Rizzardini, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kadar flavonoid total madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra berturut-turut adalah 3,80; 4,94; 23,94; 12,92 dan 33,46 mg quercetin/ 100 g madu, 2) aktivitas antioksidan metode DPPH madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra berturutturut adalah 11,9; 8,73; 5,56; 13,1 dan 48,0 %, 3) kapasitas antioksidan metode FRAP madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra berturutturut adalah 1246, 1298, 1807, 1614, dan 5386 μM Fe(II), 4) terdapat hubungan antara kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra dengan skor korelasi sebesar 0,922, 5) terdapat hubungan antara kadar flavonoid total dan kapasitas antioksidan madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra dengan skor korelasi sebesar 0,931, 6) terdapat hubungan antara aktivitas antioksidan dan kapasitas antioksidan madu bunga rambutan, kelengkeng, kopi, randu, dan kaliandra dengan skor korelasi sebesar 0,996

    Pemanfaatan Sumber Belajar Internet untuk Meningkatkan Kreativitas Penyajian pada Mata Kuliah Pengolahan Makanan Oriental

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) pemanfaatan sumber belajar internet mata kuliah Pengolahan Makanan Oriental, (2) pengaruhnya terhadap prestasi (nilai penyajian) mahasiswa, dan (3) pendapat mahasiswa terhadap pembelajaran tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 Program Studi Teknik Boga (D3) sebanyak 26 orang, yang mengambil Mata Kuliah Pengolahan Makanan Oriental. Penelitian dilakukan di Laboratorium Boga Jurusan PTBB pada tahun 2006. Teknik pengumpulan data dengan observasi, angket, dan dokumentasi. Model disain yang digunakan adalah model Kemmis & Mc Taggart meliputi tiga langkah yaitu planning, acting and observing, dan reflecting dengan tiga siklus perlakuan. Data dianalisis dengan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) pemanfaatan sumber belajar internet pada mata kuliah Pengolahan Makanan Oriental memerlukan tiga siklus dengan perlakuan pada siklus ketiga adalah searching, mancetak hasil/ print, dan mengkaji kulinari, (2) sumber belajar internet dapat meningkatkan nilai penyajian mata kuliah Pengolahan Makanan Oriental dari nilai 2,5 (cukup sesuai – sesuai) menjadi 3,35 (sesuai – sangat sesuai), (3) mahasiswa berpendapat bahwa sumber belajar internet pada mata kuliah Pengolahan Makanan Oriental dapat lebih menambah wawasan tentang penyajian makanan oriental dan dapat membuat mahasiswa lebih kreatif serta lebih memahami kulinari makanan oriental

    PENGARUH UMUR SALAK PONDOH TERHADAP MINUMAN SARI BUAH SALAK PONDOH

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) karakteristik sensoris buah salak pondoh berdasarkan umur buah, 2) karakteristik sensoris minuman sari buah salak pondoh yang dibuat dari salak pondoh dengan umur buah berbeda, 3) pengaruh karakteristik sensoris buah salak pondoh terhadap karakteristik sensoris minuman sari buahnya. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai November 2013 di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian formula minuman sari buah salak dilakukan dengan metode acak lengkap 3x2 (3 umur salak dan 2 batch ulangan). Karakteristik sensoris buah salak dan minuman sari buah salak diuji dengan uji beda dengan 7 skala penilaian (1=intensitas nilai paling rendah, 7=intensitas nilai paling tinggi) oleh 25 orang panelis agak terlatih. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varians (anava), dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan Least Square Difference (LSD). Korelasi antar perlakuan diuji dengan korelasi Pearson Bivariate dengan menggunakan program komputer SPSS 12.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) buah salak pondoh dengan umur buah yang berbeda mempunyai karakteristik yang sama dalam hal aroma, rasa salak, rasa asam, dan rasa manis, sedangkan teksturnya yang paling lunak adalah salak tua, sedangkan salak muda dan salak sedang teksturnya sama, 2) minuman sari buah salak pondoh dari buah salak dengan umur buah berbeda mempunyai karakter yang sama pada semua sifat yang diujikan, yaitu aroma, kejernihan, rasa asam, dan rasa manis, 3) hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi antara: a) aroma buah dan aroma sari buah adalah 0,466, b) tesktur buah dan kejernihan sari buah adalah 0,181, c) rasa asam buah dan rasa asam sari buah adalah 0,619, dan d) rasa manis buah dan rasa manis sari buah adalah 0,347 yang menunjukkan bahwa semua sifat yang diuji tidak menunjukkan korelasi. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk membuat sari buah salak pondoh bisa digunakan buah salak pondoh muda, sedang maupun tua tanpa berpengaruh terhadap sari buahnya

    PEMBERDAYAAN KELOMPOK DASA WISMA ANGGREK DESA WISATA PULESARI DENGAN PEMANFAATAN POTENSI LOKALSEBAGAI DAERAH RAWAN BENCANA MERAPI

    Get PDF
    Peningkatan sumber daya keluarga dapat ditempuh dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta pendampingan berdasar kebutuhan masyarakat, potensi lokal maupun pasar (marketable). Salah satu Obyek Wisata Desa di daerah rawan bencana yang membutuhkan pengembangan adalah Desa Wisata Pulesari, Kalurahan Wonokerto, Kecamatan Turi. Program yang dikembangkan di Desa Wisata dengan slogan Wisata Alam dan Budaya Tradisi ini cukup banyak. Diantaranya Program Museum Salak dengan kegiatannya adalah kuliner hasil olahan salak. Kegiatan ini dikerjakan oleh Kelompok Dasa Wisma Anggrek dengan membuat olahan makanan potensi lokal. Selama ini pembuatan olahan tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berkunjung ke desa wisata dan jumlahnya masih sangat terbatas, sementara jika dikembangkan dengan optimal pembuatan olahan pangan lokal sangatlah prospektif. Tujuan kegiatan: 1) Meningkatkan kualitas produk, melalui pelatihan perbaikan dan pengembangan produk serta kemasan sehingga dapat mendekati permintaan pasar, 2) Meningkatkan jumlah produksi, melalui bantuan peralatan (cup sealer, oven, alat pengemas) dan penyediaan bahan baku untuk mencapai target produksi, 3) Menata sistem manajemen melalui pelatihan dan pendampingan sistem pembukuan, pengelolaan peral atan, peningkatan kinerja sumber daya manusia dan sistem pengelolaan bahan baku, 4) Menata strategi pemasaran untuk memperluas jaringan pemasaran melalui pemetaan sistem distribusi dan promosi. Target yang dihasilkan adalah: 1) Peningkatan keterampilan dalam memperbaiki produk yang sudah ada dan membuat produk baru (bakpia salak variasi isi dan minuman rasa salak dengan variasi bahan dan metode) serta membuat kemasan yang menarik dengan bahan pengemas dan label yang tepat sehingga produk yang dihasilkan lebih terstandar baik dari sisi rasa, bentuk, tekstur, porsi, penampilan maupun higienitasnya, 2) Peningkatan kuantitas produk sehingga dapat memenuhi permintaan pasar, 3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pembukuan, penggunaan peralatan baru, kinerja produksi dan bahan baku terstandar sehingga produk yang dihasilkan konsisten, 4) Tertatanya strategi pemasaran dapat meningkatkan jangkauan pemasaran, ditemukan peluang pasar baru, promosi melalui pameran dan show room Mitra Turindo

    Profil Teamwork Skill sebagai Gambaran Kemampuan Kompetitif Mahasiswa

    Full text link
    The objectives of the study were: 1) to identify the profile of the Hospitality Engineering Education students\u27 teamwork skills, 2) to identify the profile of the Hospitality Engineering Students\u27 teamwork skills, 3) to describe the general overview of the students\u27 teamwork skills, 4) to identify the group of Bachelor program with the highest and the lowest teamwork skills, 5) to identify the group of the Associate program with the highest and the lowest teamwork skills. This study was a descriptive study. The results showed: 1) the Hospitality Engineering Education students who were at the stages of forming, storming, norming, and performing teamwork skills were 1.02%; 0.52%; 53.39%; and 45.07% respectively, 2) The Hospitality Engineering students who were at the stage of forming, storming, norming, and performing teamwork skills were 2.3%; 2.43%; 54.85%; and 40.42% respectively, 3) All of students in Bachelor and Associate programs generally have good team work skills, 4) in the Bachelor level, the groups with the highest teamwork skills were the regular Bachelor program of 2011 and the non-regular Bachelor program of 2010, while the groups with the lowest teamwork skills were the regular Bachelor program of 2009 and the non-regular Bachelor program of 2009, 5) at the Associate level, the group with the highest teamwork skills was the regular Associate program of 2011, while the group with the lowest team work skills was the regular Associate program of 2010

    Pengaruh Varietas, Fraksi Pengayakan, dan Jenis Pelarut terhadap Kadar Antisionin, Fenolik Total, dan Aktivitas Antiokasidan Ekstrak Jagung Ungu

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas, fraksi pengayakan, dan jenis pelarut terhadap sifat kimia ekstrak jagung ungu (EJU) yang meliputi kadar antosianin total, fenolik total, flavonoid total, aktivitas antioksidan, dan komponen antosianinnya. Jagung ungu sebanyak tiga varietas, yaitu Pulut Manado dari Sulawesi dan Malang Biasa serta Malang Pekat dari Jawa digunakan sebagai sampel. Fraksi pengayakan meliputi fraksi tepung jagung ungu yang lolos ayakan 60 mesh dan yang tidak lolos ayakan 60 mesh. Pembuatan ekstrak antosianin menggunakan variasi pelarut etanol-asam sitrat 3% dan aquades-asam sitrat 3% (1:10), penguapan dengan rotary evaporator bersuhu 40oC atau 50oC, tekanan 75 atau 175 mbar, selama 4-5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua parameter pengujian yang dilakukan, ekstrak jagung ungu varietas Malang Pekat dari fraksi yang tidak lolos ayakan 60 mesh, dan menggunakan pelarut etanol-sitrat 3% mempunyai kadar tertinggi, yaitu kadar antosianin total 2.553+48,6 mg cyanidin-3-glucoside equivalent (CGE)/ L, kadar fenolik total 5.615+71,9 mg gallic acid equivalent (GAE)/ L, kadar flavonoid total 4.541+40,4 µg rutin hydrate/ L, aktivitas antioksidan metode DPPH 11.212+148 µmol Trolox equivalent (TE)/ L, dan aktivitas antioksidan metode FRAP 18.030+18,0 µmol TE/ L. Ekstrak jagung ungu Pulut Manado mengandung antosianin peonidin-3-glukosida (PN-3-G), sedangkan ekstrak dari Malang Biasa dan Malang Pekat mengandung cyanidin-3-glukosida dan PN-3-G. Ekstrak yang dibuat dari jagung ungu varietas Malang Pekat, fraksi tidak lolos pengayakan, dan diekstraksi dengan pelarut etanol-asam sitrat 3% sangat potensial sebagai sumber antosianin, yang bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami maupun sumber antioksidan eksogen

    Diversifikasi Rasa Baru Apem Yaqowiyyu Jatinom untuk Meningkatkan Kualitas Produk Unggulan di Kabupaten Klaten

    Get PDF
    Apem yaqowiyyu is a traditional snack at every breakfast event in Jatinom District, Klaten Regency. Gradually, apem yaqowiyyu began to be sold every day without waiting for the Saparan ceremony. One of the existing and productive producers of Apem Yaqowiyyu is UKM Apem Yaqowiyyu Bunda Santi. A total of 6 people, namely Mrs. Santi and five workers, have been able to produce apem yaqowiyyu to meet the needs of the local community and tourists. In carrying out business, these SMEs have a significant production problem. The problem is that the limited apem owned is not durable and long-lasting, and the number of variants over the years of opening a business is only five flavors. Solutions that can be resolved based on an agreement between the PKM team and partners are solving production problems. The solution to the production problem is the addition of 5 new flavors that the general public likes. The resulting PKM results are six new flavor variants based on research innovation and science and technology application to partners, including Mocca A, Mocca B, Pisang Kepok, Pisang Raja, Baked Plantain, and Raisins. Based on the PKM team and partner assessment results, Mocca A is in great demand and has the potential to have a high selling value because the quality of the apem filling is premium class.Apem yaqowiyyu merupakan jajanan tradisional yang hadir disetiap acara Saparan di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Berangsur-angsur, apem yaqowiyyu mulai dijual setiap harinya tanpa harus menunggu waktu upacara Saparan tersebut. Salah satu produsen Apem Yaqowiyyu yang eksis dan produktif adalah UKM Apem Yaqowiyyu Bunda Santi. Berjumlah 6 orang yaitu 1 pemilik yaitu Ibu Santi dan 5 pekerja telah mampu memproduksi apem yaqowiyyu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan pelancong. Dalam melaksanakan usaha, UKM ini memiliki masalah utama yaitu masalah produksi. Permasalahannya adalah keterbatasan apem yang dimiliki tidak awet dan tahan lama dan jumlah varian selama bertahun-tahun membuka usaha hanya 5 rasa. Solusi yang dapat diselesaikan berdasarkan kesepakatan antara tim PKM dengan mitra adalah menyelesaikan permasalahan produksi. Penyelesaian masalah produksi adalah penambahan 5 varian rasa baru yang disukai masyarakat pada umumnya. Hasil PKM yang dihasilkan adalah terdapat 6 varian rasa baru berdasarkan inovasi riset dan penerapan IPTEK kepada mitra yang meliputi Mocca A, Mocca B, Pisang Kepok, Pisang Raja, Pisang Raja yang dioven, dan Kismis. Berdasarkan hasil penilaian mitra dan tim PKM, Mocca A sangat diminati dan berpotensi memiliki nilai jual yang tinggi karena kualitas isian apem adalah kelas premium
    corecore