3 research outputs found
Formulasi Mikrokapsul Ranitidin HCl Menggunakan Rancangan Faktorial Dengan Penyalut Etil Selulosa
Ranitidin HCl adalah H2-antagonis histamin yang digunakan dalam pengobatan ulkus lambung dan duodenum. Formulasi mikrokapsul ranitiditin HCl ditujukan untuk memperpanjang regimen dosis untuk meningkatkan bioavailabilitas dan waktu paruh. Tujuan dari penelitian untuk merumuskan dan mengoptimalkan mikrokapsul ranitidin HCl untuk menyiapkan sistem pelepasan yang sesuai dengan desain faktorial. Mikrokapsul disusun menggunakan etilselulosa dengan teknik penguapan pelarut. Variasi konsentrasi penstabil Span 80 (1-2%) dan rasio obat/polimer (2: 2-1: 2) dilakukan untuk mengamati efek efisiensi penjerapan. Analisis data menunjukkan bahwa mikrokapsul dengan efisiensi penjerapan optimal didapatkan pada formula yang mengandung 2% span 80, dan 1:2 rasio obat/polimer. Hasil penelitian menunjukkan mikrokapsul berbentuk sferis, dan berpori, dengan waktu pelepasan hingga 10,55 jam
Peningkatan Laju Disolusi Ketoprofen Dengan Teknik Co-Grinding Menggunakan Polimer Hydroxypropyl Methylcellulose E6
Telah dilakukan peningkatan laju disolusi ketoprofen sebagai model zat aktif yang sukar larut air dengan teknik penggilingan bersama (co-grinding) dengan polimer hidrofilk hydroxypropyl methylcellulose E6 (HPMC) menggunakan alat mortar grinder. Tiga formula disiapkan dengan perbandingan zat aktif : polimer 1:2, 1:1, dan 2:1 (b/b), dan campuran fisik dibuat dengan menggunakan perbandingan 1:1 (b/b). Difraktogram sinar-X menunjukkan terjadinya penurunan intensitas puncak ketoprofen. Termogram DSC menunjukkan terjadinya penurunan titik leleh ketoprofen. Analisis FTIR menunjukkan tidak terdapat interaksi kimia antara zat aktif dengan polimer. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kelarutan obat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi polimer. Dispersi padat rasio 1:2 menunjukkan peningkatan kelarutan terbesar (6,5 kali). Tidak seperti kelarutan, laju disolusi ketoprofen meningkat dengan menurunnya kosentrasi polimer karena terbentuknya lapisan difusi yang tebal oleh polimer. Dispersi padat resio 2:1 menunjukkan peningkatan disolusi tertinggi (2,1 kali)
Study of the Solid Dispersion Systems Klaritromisin-Eudragit L100
Solid dispersion made with the weight ratio (b/b) using the dissolving method. DTA analysis of the solid dispersion obtained in Eudragit L 100 affects the position and sharpness of the peak. X-ray diffraction analysis showed that of clarithromycin - Eudragit L 100 is in amorphous form and did not produce a new crystalline phase. SEM analysis showed that crystalline of Eudragit L 100 is smaller (amorphous) and stick to the surface of the clarithromycin crystal. IR spectrophotometer analysis showed that there is no chemical interaction between clarithromycin and Eudragit L 100. Clarithromycin assay was done by HPLC method, using mobile phase methanol and 0.067 M KH2PO4 (13:7) plus fospat acid pH 4.0. The dissolution profile by the time of 60 minutes are clarithromycin 45.73%, CF (1:1) 49.86%, DP (1:1) 51.53%, DP (2:1) 55.87% and DP (1:2) 58.97% respectively. Solid dispersion 1:2 (w/w) have an increased dissolution rate compared to clarithromycin