2 research outputs found

    PEMBUATAN HAIR TONIC BERBAHAN DASAR LIDAH BUAYA DAN ANALISIS DENGAN FOURIER TRANSFORM INFRARED

    Get PDF
    Dewasa ini penggunaan lidah buaya sangat banyak digunakan dalam pembuatan produk kosmetik yang ramah lingkungan salah satu penggunaan lidah buaya pada pembuatan hair tonic yang berguna untuk melebatkan rambut. Lidah buaya memiliki kandungan utama seperti: minyak atsiri, gum, aloin, mineral, emodin dan vitamin. Lidah buaya yang dimanfaatkan pada penelitian ini adalah gel lidah buaya dari jenis lidah buaya barbadensis yang berarti tanaman yang kaya akan protein, vitamin A, C, dan E, kalsium, untuk melembabkan kulit, menghilangkan jerawat dan meremajakan kulit. Lidah buaya juga berfungsi sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Kandungan kimia lidah buaya yang berupa gel dapat dipaparkan secara rinci yaitu saponin, asam sinamat, lignin, polisakarida, eteral oil, acemannan, vitamin B1, B2, B6, asam folat, tannin, enzim oksidase, amilase, monosakarida, glukomanan, enzim bradikinase, dan salisilat. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuat hair tonic dari lidah buaya dengan kode F1, F2 dan F3 dengan masing – masing perbandingan ekstrak lidah buaya dan cairan lidah buaya 1:1; 1:2; 1:3, untuk mengetahui sifat fisik dari ketiga hair tonic dan untuk melihat gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic dengan alat instrumentasi Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa Hair tonic F1 memiliki aroma khas lavender, warna peach, bentuk cairan kental, tekstur lembut, pH 3,8 dan viskositas sebesar 0,0039 ± 0,0003 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F1 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C=O amida, C=O ester, C-H alkana, C-H alkuna, C-H bending, alkuna dan O-H stretching. Hair tonic F2 memiliki aroma khas melati, warna peach, bentuk caiarn kental, tekstur lembut, pH 3,7 dan viskositas sebesar 0,0034 ± 0,0002 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F2 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C-O-C eter, C=O aldehid, C-H alkana dan O-H stretching. Hair tonic F3 memiliki aroma khas melati-peppermint, warna peach, bentuk caiarn kental, tekstur lebih lembut, pH 3,8 dan viskositas sebesar 0,0037 ± 0,0001 NS/m2. Gugus fungsi yang terdapat dalam hair tonic F2 yaitu -(CH2)n, C=C aromatic, C-O-C eter, C=O amida, C=O aldehid, C-H alkana dan O-H stretching

    ANALISIS DAN KARAKTERISASI MINYAK ATSIRI LAVENDER DAN PEPPERMINT DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS): analisis minyak atsiri dengan GCMS

    No full text
    Abstrak: Analisis dan Karakterisasi Minyak Atsiri Lavender dan Peppermint dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) telah dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi warna dengan pengmatan secara visual, dilakukan pengujian densitas dengan piknometer dan dilakukan uji kelarutan minyak atsiri peppermint dan lavender dalam etanol secara visual. Identifikasi komponen golongan senyawa minyak atsiri lavender dan peppermint dilakukan menggunakan alat GCMS–QP 2010 Shimadzu. Kondisi operasional alat yaitu: kolom DB-17MS, suhu kolom 70ºC dan suhu injeksi 300ºC. Warna dan kelarutan dalam etanol dari minyak atsiri lavender dan peppermint memenuhi standar ISO. Berdasarkan data densitas yang mendekati standar ISO yaitu minyak atsiri peppermint sedangkan minyak atsiri lavender masih menjauhi standar ISO. Berdasarkan hasil GCMS tersebut senyawa yang paling dominan pada minyak atsiri peppermint adalah senyawa mentol sedangkan minyak atsiri lavender senyawa yang paling dominan adalah linalool. Kata Kunci: Minyak atsiri, warna, densitas, kelarutan, GCMS, mentol dan linalool   Abstract:             Analysis and Characterization of Lavender and Peppermint Essential Oil by Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) have been carried out. In this study, color identification was done by visual observations, density testing was carried out with a pycnometer and a visual solubility test for peppermint and lavender essential oils in ethanol visually. Identification of components of lavender and peppermint essential oil compounds was carried out using a Shimadzu GCMS – QP 2010 tool. The operational conditions of the tool are: DB-17MS column, column temperature of 70ºC and injection temperature of 300ºC. The color and solubility in ethanol from lavender and peppermint essential oils meet ISO standards. Based on density data approaching ISO standards, namely peppermint essential oil while lavender essential oil is still away from ISO standards. Based on GCMS results, the most dominant compound in peppermint essential oil is menthol compound while lavender essential oil is the most dominant compound linalool. Keywords: Essential oils, color, density, solubility, GCMS, menthol and linaloo
    corecore