2,515 research outputs found
“PERTANGGUNG JAWABAN PEMERINTAH DALAM PENGALOKASIAN TANAH FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS UMUM DI ATAS PERUMAHAN DI JAKARTA”
Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2009 menjelaskan developer Jakarta
harus menyerahkan fasos dan fasum sebesar 40% dan 60% untuk pembangunan
perumahan, akan tetapi tidak semua developer menyerahkan fasos dan fasum
berdasarkan latar belakang tersebut penulis memilih masalah ini.
Penelitian ini dilakukan di kota Jakarta dengan sasaran penelitian pada
Perumahan yang terdiri dari : perumahan milik pemerintah dan perumahan swasta,
yang mana perumahan milik pemerintah yaitu Perumnas dan perumahan swasta
yaitu PT. Baratama dan PT. Prima Karya Manunggal. Selain itu juga dilakukan
penelitian pada Pemerintah Kota Jakarta Selatan yaitu pada Dinas Tata Ruang dan
Bangunan kota Jakarta, Balai Kota Jakarta pada bagian Perlengkapan Sekretariat
Kota Jakarta.
Berdasarkan ini menggunakan data primer dan data sekunder dari hasil
kuesioner, wawancara dan bahan-bahan hukum kemudian diuraikan dalam tabel
frekuensi secara kualitatif dan deskriptif sehingga penelitian ini menjelaskan
tentang bagaimana proses pengadaan dan penyerahan fasilitas sosial dan fasilitas
umum dari developer kepada Pemerintah Daeah, dan bagaimana tanggung jawab
Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaan fasilitas-fasilitas tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanan
perjanjian penyediaan fasos dan fasum oleh devloper yakni hanya delapan yang
menyediakan fasos dan fasum, sedangkan lainya tidak menyediakan karena
penyediaan fasos dan fasum tidak diatur dalam (PPJB). Adapun tanggung jawab
pemerintah daerah dalam penyediaan fasos dan fasum pemerintahan di Jakarta
yaitu memanfaatkan fasos dan fasum sesuai dengan peruntukanya serta
melakukan perawatany
Are Status of Women and Contraceptive Prevalence Correlated in Pakistan?
Pakistan with an estimated population of around 142.5 million in mid 2001 is the seventh most populous country in the world and fourth in Asia and Pacific countries. The historical trends indicate a continuously increasing growth in population (Table 1). The population of the area now constituting Pakistan was 16.6 million in 1901. Since then the population has increased over eight-fold. Annual growth rates have risen from 1 percent in the first three decades of the century to around 2 percent in the next three decades and after peaking at little over 3 percent in the 1960s, has started showing a declining trend. Currently it is estimated that Pakistan’s population is growing at around 2.1 percent, still a very high rate of annual growth in population. Major contributing factor to the fast growth in population of Pakistan has been high fertility which has remained high for a very long period. It is evident that nearly 100 million population has been added to the population of Pakistan since 1961, that is, during the last four decades. Such rapid growth in population has several adverse implications for the socio-economic development of the country which has been offsetting the gains in social and economic development.
Population Policy Shifts and Their Implications for Population Stabilisation in Pakistan
The visible fast increase in the growth rate of world population occurred during the second half of the twentieth century due to the faster declines in mortality following the medical and public health advances made around the time of World War II. The global population growth rate after peaking of at around 1.7 to 1.9 percent per annum in the 1970s and 1980s has since started declining and is currently around 1.4 percent per annum. The world population more than doubled, recording 142 percent increase, from 2.51 billion in 1950 to around 6.07 billion in 2000 [Hakim (2000)]. Most of the increase has been in less developed countries, from 1.68 billion in 1950 to 4.88 billion in 2000, recording 190 percent. Compared to this, the more developed countries witnessed only a marginal increase of 43 percent from 0.83 billion in 1950 to 1.19 billion population in 2000.
Neutron flux parameters and resonance integrals
Imperial Users onl
Dynamic Conditional Correlations in International Stock, Bond and Foreign Exchange Markets: Emerging Markets Evidence
The paper models the dynamic conditional correlations in emerging stock, bond and foreign exchange markets using the DCC model of Engle (2002) and the GARCC model of McAleer et al. (2008). The highly restrictive DCC model suggests that the conditional correlations of the overall returns are constant. In contrast, the GARCC model finds that the conditional correlations between bond-bond markets and between stock-stock markets are relatively constant across developed-emerging markets, while those between emerging-emerging markets are dynamic. The conditional correlations between stock-bond markets across developed-emerging markets are also more dynamic as compared with those between emerging-emerging markets.
Modelling the Interactions Across International Stock, Bond and Foreign Exchange Markets
The benefits of investing internationally depend on three conditions, namely cross-country correlations, market volatilities, and future changes in currency risks (see Odier and Solnik (1993)). This paper investigates these conditions for several countries. Many papers have modelled both domestic interactions across asset markets and international interactions in individual asset markets in isolation, but rarely have they examined international interactions across asset markets. The paper fills this gap by modelling the international interactions across stock, bond and foreign exchange markets. Two models that meet these purposes are the VARMA-AGARCH model of McAleer et al. (2009) and the VARMA-GARCH model of Ling and McAleer (2003). The countries that will be modelled in this paper are Australia, Japan, Singapore, New Zealand and USA.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN GROSS MOTOR SKILLS TERHADAP INTENSITAS AKTIVITAS FISIK:(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Labschool UPI Kota Bandung)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan intensitas aktivitas fisik antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran TGfU (Teaching Games for Understanding) dengan kelompok siswa yang mengunakan model pembelajaran DI (Direct Instructional Model). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2X2. Populasinya adalah siswa kelas III SD Labschool UPI Bandung berjumlah 75 orang. Sampelnya berjumlah 20 orang menggunakan teknik Cluster random sampling. Instrumennya yaitu menggunakan Polar FT7. Teknik analisis statistik yang digunakan yaitu analisis varians dua arah pada taraf signifikansi α= 0,05. Hasilnya diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,039. Kesimpulan, 1) Secara keseluruhan, terdapat intensitak aktivitas fisik antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran TGfU TGfU (Teaching Games for Understanding) dengan kelompok siswa yang mengunakan model pembelajaran DI (Direct Instructional Model). 2) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan gross motor skills terhadap intensitas aktivitas fisik. 3) Pada siswa yang memiliki gross motor skills tinggi, kelmpok siswa yang menggunakan model pembelajaran TGfU (Teaching Games for Understanding) menunjukkan skor rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang mengunakan model pembelajaran DI (Direct Instructional Model). 4) Pada siswa yang memiliki gross motor skills rendah, intensitas aktivitas fisik kelompok yang menggunakan model pembelajaran TGfU (Teaching Games for Understanding) lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang mengunakan model pembelajaran DI (Direct Instructional Model).
Kata kunci : Model pembelajaran, gross motor skills, intensitas aktivitas fisik.
The purpose of this study was to determine whether there are differences in the intensity of physical activity among groups of students who use the learning model TGfU (Teaching Games for Understanding) with a group of students using learning model DI (Direct Instructional Model). The method used is an experimental method with 2x2 factorial design. Its population is class III SD Labschool UPI Bandung numbered 75 people. The sample of 20 people using cluster random sampling technique. The instrument is using Polar FT7. Statistical analysis technique used is a two-way analysis of variance at significance level α = 0.05. The result obtained significance value of 0.039. In conclusion, 1) Overall, there is the intensity of physical activity among groups of students who use the learning model TGfU (Teaching Games for Understanding) with a group of students using learning model DI (Direct Instructional Model). 2) There is interaction between the learning model with gross motors skills to the intensity of physical activity. 3) At the students who have high gross motors skills, a group of students who use the learning model TGfU (Teaching Games for Understanding) shows the average scores were higher than in the group of students using learning model DI (Direct Instructional Model). 4) At the students who have a lower gross motors skills, intensity of physical activity groups using model TGfU (Teaching Games for Understanding) was higher than in the group of students using learning model DI (Direct Instructional Model).
Keywords: Learning model, gross motors skills, intensity of physical activity
Konsep Kesesatan Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
Syaikh Abdul Qadir al Jilani adalah ulama yang disegani oleh para ulama sejak zamannya hingga kini. Ia dikenal sebagai tokoh yang memegang teguh ajaran Islam. Selain itu, namanya sering dihubungkan dengan tarekat Qadiriyah yang pengikutnya tersebar di dunia, termasuk Indonesia.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana konsep kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang menjadi landasan pandangan dia terhadap kelompok-kelompok sesat tersebut? Apa penyimpangan-penyimpangan di bidang tasawuf menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjernihkan konsep kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, memahami penyimpangan-penyimpangan di bidang tasawuf yang dikritisi oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani serta memahami sikap Syaikh Abdul Qadir al-Jilani terhadap kelompok sesat.
Penelitian ini pada dasarnya merupakan studi kualitatif bercorak studi kepustakaan (library research) dan bersifat analitis-kritis. Penulis berusaha menganalisis setiap poin konsep kesesatan menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani secara mendalam dan kritis, bukan sekedar reportive dan descriptive.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria sesat yang dijadikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani untuk menilai sesat tidaknya seseorang atau kelompok adalah ada tidaknya penyimpangan yang dilakukan terhadap madzhab dan akidah ahli sunnah wal jama‘ah. Penyimpangan itu bisa di ranah akidah, syari‘at maupun tasawuf. Penyimpangan di bidang tasawuf menurut al-Jilani adalah penyimpangan pelaksanaan ajaran tasawuf dari akidah dan syari‘at Islam. Al-Jilani menganggap bahwa kelompok-kelompok sesat tersebut tidak kafir. Kecuali bid‘ahnya sangat berat sehingga menjadikannya murtad/kafir
- …