30 research outputs found
Perbandingan Efektifitas Model Abatisasi di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Tahun 2011
Penelitian experimental laboratorium, ini bertujuan untuk mengetahui model yang paling efektif membunuh jentik Aedes aegypti. Model abatisasi ini menggunakan sistem membran yang dibandingkan dengan sistim tabur. Sampel sebanyak 780 jentik Ae. aegypti instar III yang sudah ditangkarkan di laboratorium dan diamati sebanyak 6 kali ulangan. Studi ini menunjukkan bahwa efek bunuh jentik Ae. aegypti dengan sistem membran lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tabur, khususnya pada bulan ke-3: 91,7% untuk sistem membran; 83,3% untuk sistem tabur, dan pada bulan ke-4 : 60,0% untuk sistem membran; 8,3% untuk sistem tabur. Model abatisasi sistem membran mempunyai efek bunuh lebih efektif dibandingkan sistem tabur
Hubungan Indikator Entomologi dengan Density Figure di Kelurahan Jawa Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar
Upaya pengendalian Aedes spp salah satunya adalah mengetahui habitat atau tempat berkembangbiaknya. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran indikator entomologi jentik nyamuk Aedes sp di Kelurahan Jawa Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan survei. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 rumah tangga di Kelurahan Jawa yang diambil dengan menggunakan teknik sampling purposive. Hasil penelitian menunjukkan jentik Aedes spp banyak ditemukan pada jenis kontainer berupa tempayan sebanyak 33% dari 269 wadah yang diperiksa. Angka jentik dalam rumah (HI), angka jentik dalam container (CI), dan angka breteau (BI) yaitu 40,1; 33 ; 108, dengan kepadatan populasi nyamuk (Density Figure/DF) sebesar 7,3, nilai indeks ini menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat risiko penularan tinggi. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk melalui upaya 3M plus
Kondisi Sanitasi Dasar Masyarakat Desa Pingaran Ulu Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Tahun 2014
oai:ojs.ejournal.kesling-poltekkesbjm.com:article/14Abstract: Basic Sanitary Conditions At Pingaran Ulu Village Community Subdistrict Astambul, Banjar District Year 2014. Basic sanitation monitoring efforts are directed towards environmental factors that can constitute the chain of transmission of the disease, which include water supply, wastewater disposal, disposal of human waste / family latrines and waste management. Basic sanitary conditions must be able to meet the physical needs, the reality is difficult to be met and most of the population because of the level of education, social science and economics. To know the basic sanitary conditions descriptive survey research is to use the checklist and guided interview questionnaire to 249 households. The purpose of the study to determine the means of water supply, disposal of excreta and wastewater, waste management, and the factors that influence those described in the form of frequency distribution tables and narrative. The result showed a percentage overview of basic sanitation Pingaran Ulu villagers who do not qualify ie water supply as much as 80% comes from the river water, excreta disposal as much as 89% of people throw in the river, wastewater by 75% without management, waste management how to burn garbage as much as 56%. This is due to the level of education, low socioeconomic majority. It is expected the public to pay attention to the quality of basic sanitation, income generation so that people can repair and build basic sanitation facilities and healthy home by way of mutual assistance / social gathering under the guidance of the relevant service agencies. For the Banjar District Health Office and Health Center Astambul should be able to spearhead the development of basic sanitation and a healthy home.Keywords: basic sanitation; village Ulu Pingara
Kondisi Sanitasi Terminal Mabu’un Kabupaten Tabalong
Abstract: Sanitary Conditions Terminal Mabu'un Tabalong. One impact of the terminal is the possibility of disease transfer and transmission of vector -borne diseases through the means of conveyance . This study aims to determine the sanitary conditions in the Terminal Mabu'un Tabalong . Data were collected in the form of frequency tabulation then analyzed descriptively and compared with the requirements according to DEPKES DITJEN . PPM and PLP 1999. The result show that the sanitation in Terminal Mabu'un Tabalong including healthy feasible for terminal infrastructure with a yield of 86.0 percent of ≤ 75 percent of the specified conditions. However there are several aspects that need attention sanitation ie from outside environmental health aspects, sanitation space and buildings , sanitary facilities and food sanitation . Efforts are being made to improve sanitation in Terminal Mabu'un Tabalong like doing cleaning around the terminal, power supply cleaning service for the reception area , increasing the number of bins, sanitary inspection terminals and provide counseling . Keywords : Health environment, sanitation value , sanitation termina
Kepadatan Jentik Aedes SP pada Kontainer di dalam dan di Luar Rumah di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin Tahun 2014
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes sp. Keberadaan nyamuk sebagai vektor DBD menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepadatan jentik Aedes sp baik yang ditemukan di dalam maupun di luar rumah serta mengidentifikasi tindakan masyarakat dalam menerapkan 3M Plus di KelurahanSurgi Mufti Banjarmasin tahun 2014. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh rumah dengan jumlah 4326 buah rumah pada 36 RT didapatkan sampel sebanyak 100 buah rumah. Pengambilan sampel ini menggunakan metode random sampling. Kegiatan yang dilakukan berupa survei jentik dan wawancara terpimpin kepada kepala rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 rumah yang disurvei terdapat kontainer yang positif berperan sebagai tempat perindukkan nyamuk sebanyak 49 (17,44%) kontainer dari 281 buah yang diperiksa yang terdiri dari 38 buah (38,00%) kontainer berada di dalam rumah dan 11 buah (11,00%) berada di luar rumah. Jenis kontainer di dalam rumah yang positif jentik Aedes sp terbanyak ditemukan pada bak mandi (60,63%), kontainer di luar rumah terbanyak ditemukan positif jentik Aedes sp adalah pada drum (54,55%). Kepadatan jentik Aedes sp di Kelurahan Surgi Mufti mempunyai nilai HI (33%), CI (19,93%), BI (49%), dan DF memperoleh nilai 5, maka dikategorikan sebagai daerah yang tingkat penularannya tergolong sedang. Untuk tindakan masyarakat dalam menerapkan 3M Plus (8%) responden kategori baik, (73%) sedang, dan (19%) kurang. Oleh karena itu yang harus dilakukan agar mengurangi populasi jentik adalah menerapkan 3M Plus secara rutin bagi warga masyarakat Surgi Mufti, dan penyuluhan untuk menginformasikan dan mengingatkan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD secara rutin
¬Predicting the Sick Building Syndrome (SBS) Incidence Among Pharmacist Assistant in Banjarmasin South Kalimantan
Latar belakang: Banjarmasin memiliki jumlah apotek terbanyak di wilayah Kalimantan Selatan. Salahsatu jenis pekerjaan yang ada di apotek adalah asisten apoteker. Dengan tipikal pekerjaan asisten apoteker yang indoor dan memiliki resiko yang tinggi terhadap paparan zat kimia, asisten apoteker cenderung mengalami kejadian Sick Building Syndrom. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap kejadian SBS pada asisten apoteker yang bekerja di apotek wilayah kerja Kota Banjarmasin Metode: Penelitian ini merupakan penelitian crosssectional dengan metode observasional analitik. Lokasi penelitian dilakukan pada 13 lokasi apotek yang berada di wilayah kerja Kota Banjarmasin dengan 73 orang asisten apoteker yang memenuhi kriteria inklusi sebagai respondennya. Variabel bebas dari penelitian ini adalah variabel karakteristik responden dengan sub variabel jenis kelamin, usia, kondisi psikososial dan masa kerja, variabel aspek perilaku dengan sub variabel pengetahuan, sikap dan praktik asisten apoteker terhadap SBS, serta variabel faktor lingkungan pekerja meliputi kepadatan ruang, suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara serta pencahayaan ruangan, sedangkan kejadian SBS menjadi variabel terikat. Hasil : Sebanyak 29 responden (39.7%) responden mengalami kejadian SBS dengan sebesar 68.3% kejadian SBS dipengaruhi oleh faktor psikososial responden (OR 26,479), masa kerja (OR 9,882), tindakan yang memicu SBS oleh responden (OR 13,859) serta kondisi pencahayaan yang tidak sesuai standar (OR 8,912). Kesimpulan : Untuk mengurangi angka kejadian SBS pada asisten apoteker maka diharapkan para pihak pengelola apotek di wilayah kerja kota Banjarmasin dapat melakukan pendekatan personal untuk mengurangi resiko paparan stress, melakukan pengaturan jam kerja untuk mengurangi keterpaparan dalam jangka waktu yang berlebihan, menerapkan pengaturan pencahayaan sesuai standar serta menyediakan waktu dan tempat terbuka bagi pekerjanya untuk beristirahat
Pencemaran Air dan Penentuan Titik Self-Purification Sungai di Kabupaten Banjar
The self-purification capacity is an important indicator for a healthy river. Organic and inorganic pollutants from various pollutant sources, both point sources, and non-point sources, in most rivers in Banjar Regency, cause a decrease in river water quality. This study aims to identify the distribution of river water quality pollution in Banjar Regency as the upstream of the Martapura River and determine the point of self-purification. A sampling of river water using the purposive sampling technique, taking into account the criteria for pollutant sources and the distance of pollution. The results of the concentration values were analyzed using a trend analysis technique, which connected the value of the concentration of pollutant elements with the distance of pollution to identify the distribution of pollution, and to determine the distance of purification. The results showed that the self-purification ability (pH and DO) decreased in concentration at all observation points.Kapasitas self purification air sungai merupakan indikator penting bagi kesehatan sungai. Polutan organik dan anorganik dari berbagai sumber pencemar baik point sources maupun non point sources di sebagian besar sungai di kabupaten Banjar menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi distribusi pencemaran kualitas air Sungai di Kabupaten Banjar sebagai hulu Sungai Martapura dan menentukan titik self purificationnya. Pengambilan sampel air sungai menggunakan teknik purposive sampling, dengan mempertimbangkan kriteria sumber polutan dan jarak pencemaran. Hasil nilai konsentrasi dianalisa dengan teknik kecenderungan (trend analysis), yang menghubungkan antara nilai konsentrasi unsur polutan dengan jarak pencemaran untuk mengidentifikasi distribusi pencemaran, serta menentukan jarak penjernihan kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan self purification (pH dan DO) mengalami penurunan konsentrasi di semua titik pengamatan.Kata Kunci: kualitas air sungai, limbah domestik, pemulihan dir
Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Angka Kesembuhan TB di Kabupaten Banjar Tahun 2013
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor karakteristik individu, perilaku, faktor peran pengawas minum obat (PMO), kondisi rumah penderita, tingkat kepatuhan penderita TB paru terhadap kesembuhan penyakit TB paru dalam pengobatan di Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian dengan pendekatan cross sectional ini menggunakan uji statistik menghitung Odd Ratio (OR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesembuhan penyakit TB Paru lebih kecil 1,6 kali pada umur muda dibandingkan dengan umur tua, pada responden dengan ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatan 1,3 kali lebih kecil dibandingkan dengan responden dengan ventilasi rumahnya yang memenuhi syarat kesehatan, pada responden dengan pencahayaan tidak memenuhi syarat kesehatan 1,3 kali lebih kecil dibandingkan dengan responden dengan pencahayaan yang memenuhi syarat kesehatan. Responden dengan pengetahuan kurang 6,7 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada responden dengan pengetahuan baik (OR=6,750), serta kesembuhan penyakit TB Paru pada responden dengan tindakan kurang 4,3 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada responden dengan tindakan baik (OR=4,333). Peningkatan keaktifan Pengawas Minum Obat pun perlu diupayakan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat dan kesembuhan TB Paru pada masyarakat