105 research outputs found
DETERMINANTS OF HOUSEHOLD FOOD SECURITY: AN EVIDENCE FROM SMALL FARMER IN SWAMP AGROECOSYSTEMS IN CIAMIS, INDONESIA
Swamp agroecosystems are sub-optimal lands with distinctive characteristics, namely low fertility, and can only be planted once a year during the dry season. Small farmers whose primary income comes from the agricultural sector are becoming increasingly difficult due to climate-changing changes that can intimidate their household food security. This research aimed to analyze the factors that affect the food security of small farmer households in the swamp agroecosystem. The method used a survey of 247 farmers who run rice farming in swamp agroecosystems in the Ciamis Indonesia, which were determined randomly from a population of 648 farmers using the Slovin formula at an error rate of 5%. The research was analyzed by SEM (Structural Equation Models). The result showed that the factors impacting the food security of small farmer households in swamp agroecosystems came from farmer characteristics, income structure, and farm risk. Based on this, the development of small agro-industry in rural areas must be carried out to create household food security
Determinants of Technical Inefficiency in Sentul Chicken Farming in Ciamis Regency, West Java Province, Indonesia
This study was conducted to identify determinants of technical inefficiency among Sentul chicken farmers. This was investigated using the stochastic frontier production function which incorporates a model for the technical efficiency effect. Farm level survey data from 100 Sentul chicken farmers were obtained using well structured questionnaire. The parameters were estimated simultaneously with those of the model of technical efficiency effects. The result showed that age, education, experience, family size, number of chicken ownership, extension and credit have significant effect on technical inefficiency, while gender has no significant effect on technical inefficiency. Keywords: Sentul, chicken, technical inefficiency
Servant leadership and employee creativity: The mediating role of harmonious passion and psychological safety
Purpose - This paper examines simultaneously mediating mechanisms through which servant
leadership (SL) affects employee creativity (EC). Specifically, the authors test harmonious
passion (HP) and psychological safety (PS) as the mediating paths through which servant
leadership predicts employee creativity.
Design/Methodology/Approach - Data were collected from 274 employees in seven four- and
five-star hotels in Indonesia. A partial least squares structural equation modelling technique
was used to estimate the measurement and structural models.
Findings -The findings of this study indicate that managers should adopt servant leadership
behaviors, which can improve employees’ psychological resources, such as harmonious
creativity, passion, and psychological safety.
Originality of the research - This study offers original insights into the emerging body of
hospitality literature by presenting the initial empirical proof of the combined impact of
harmonious passion and psychological safety in facilitating the influence of servant leadership
on frontline employees’ creativit
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK SUKUN DI KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS
Pengembangan agroindustri kecil di pedesaan dapat memberikan nilai tambah bagi petani disamping merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa simpan produk pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengindentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri keripik sukun; 2) Menganalisis strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada agroindustri keripik sukun. Penelitian didesain secara kualitatif dengan jenis studi kasus pada agroindustri keripik sukun di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis yang ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan merupakan agroindustri yang sedang berkembang di Kabupaten Ciamis. Data yang dianalisis berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan informan kunci menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT dengan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Faktor internal yang menjadikan kekuatan adalah pengalaman usaha, produksi mudah dilakukan, produk tahan lama, harga terjangkau, dan produk tanpa bahan pengawet. Faktor internal yang menjadi kelemahan adalah lokasi kurang strategis, pengemasan sederhana, dan teknologi yang masih sederhana. Faktor internal yang menjadi peluang adalah permintaan pasar meningkat, tidak dipengaruhi cuaca, ketersediaan bahan baku, dan belum ada pesaing. Faktor internal yang merupakan ancaman adalah kenaikan harga sarana produksi dan meningkatnya biaya transportasi; 2) Strategi pengembangan yang tepat untuk agroindustri keripik sukun di Desa Sukamaju Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis adalah dengan melakukan diversifikasi produk melalui penambahan varian rasa serta promosi di berbagai media termasuk media sosial
EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus pada Kelompoktani Raksa Bumi III Desa Sindangsari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis)
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah; 2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis yang dicapai pada usahatani padi sawah; dan 3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis pada usahatani padi sawah. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode studi kasus pada Kelompok Tani Raksa Bumi III Desa Sindangsari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis yang beranggotakan 30 orang petani yang keseluruhannya diambil sebagai sampel atau dilaksanakan sensus. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani serta menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka maupun dari dinas/instansi terkait. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah dan pengukuran tingkat efisiensi teknis yang dicapai dilakukan dengan menggunakan programasi komputer Front 4.1c, sedangkan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis pada usahatani padi sawah dilakukan dengan menggunakan programasi komputer SPSS ver. 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah adalah lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Walaupun demikian, variabel-variabel tersebut pengaruhnya tidak signifikan terhadap produksi; 2) Rata-rata tingkat efisiensi teknis yang dicapai petani adalah sebesar 78,06, dengan tingkat efisiensi teknis maksimum adalah sebesar 92,87 dan minimum sebesar 49,09; 3) Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis padi sawah adalah umur, pendidikan, dan pengalaman menjalankan usahatani. Bertambahnya umur, meningkatnya pendidikan, serta bertambahnya pengalaman, cenderung dapat meningkatkan inefisiensi teknis petani. Sedangkan ukuran keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis
The Gayonese Culture of Marriage System: The Islamic Law Perspective
This research explores the Gayonese culture of marriage through an analytical view of the Islamic law. There has been a shift in marriage system in the Gayonese society, in which the Juelen and the Angkap, the two formerly known systems shifted to Kuso Kini. This is an empirical research using the law historical approach to allow the author restropectively explore the construction of law and its shift from time to time. The data was gathered through an in-depth analysis of the literature and semi-structured interviews of the community leaders. The findings suggest that marriage systems are shifting and the Gayonese communities do not problematize this transformation. In fact, they are not in the position to force their children to adopt both the Juelen and the Angkap marriage system. This is so, since most communities in the present times prefer Kuso Kini marriage system to the other two. The Kuso Kini marriage system gives freedom for spouses to decide where they should stay, either with their parents or find their own living. This shift in marriage system is the result of cultural intermingled, in which some non-Gayonese migrated to the Gayonese Island and brought with them their own cultural values. The same is true to the Gayonese communities migrating to places beyond the Gayonese Island. It is therefore believed that a shift in marriage system is a must as the world today allow people across different cultural values to integrate with each other. The integration for sure gives changes to a certain cultural value. However, changes in cultural practices do not result in cultural-religious clashes. In fact, it is expected that the changes contribute to the family resilience and the marriage cultural system, the Kuso Kini, prevails
Analisis Keberlanjutan Usahatani Belimbing Di Desa Waringinsari Kecamatan Langensari Kota Banjar
ABSTRAKBelimbing merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Desa Waringinsari. Usahatani belimbing merupakan salah satu kegiatan kehidupan masyarakat di Desa Waringinsari. Kegiatan usahatani belimbing di Desa Waringinsari mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat di desa tersebut. Selain itu kondisi geografis di Desa Waringinsari sangat mendukung dan sangat sesuai bagi usaha budidaya tanaman belimbing sehingga hal ini menunjang bagi berjalannya usahatani belimbing di desa tersebut. penelitian : (1) Mengetahui kelayakan finansial usahatani belimbing di Desa Waringinsari (2) titik impas usahatani belimbing dilihat dari volume produksi dan penjualannya di Desa Waringinsari (3) keberlanjutan usahatani belimbing di Desa Waringinsari. Penelitian dilakukan di Desa Waringinsari menggunakan metode survey dengan sampel penelitian terdiri dari 25 petani.. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah (1) analisis kelayakan finansial (2) analisis titik impas (3) analisis keberlanjutan (belimbing ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Secara finansial usahatani belimbing di Desa Waringinsari layak untuk diusahakan karena telah memenuhi kriteria kelayakan finansial yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),dan Payback Period (PP) (2) Titik impas Break Even Point (BEP) volume produksi adalah 101,56 kilogram dengan penjualan Rp12.000;- perkilo, yang artinya usahatani belimbing tidak mengalami untung dan tidak merugi . (3) Keberlanjutan usahatani belimbing di Desa Waringinsari dapat berlanjut dimana dimensi ekonomi berada status sangat berkelanjutan dan dimensi sosial, dan ekologi berada pada status cukup berkelanjutan
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI: TEMUAN DARI AGROEKOSISTEM RAWA DI JAWA BARAT SELATAN
Karakteristik kondisi lahan yang beragam dengan produktivitas yang berbeda dan musim tanam yang tidak sama menyebabkan perbedaan pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani yang mengusahakannya sehingga berdampak terhadap tingkat kesejahteraannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi pada agroekosistem rawa di Jawa Barat Selatan. Metode yang digunakan adalah survai terhadap 247 petani yang ditentukan menggunakan rumus slovin pada tingkat kesalahan 5 persen dari populasi sebanyak 648 petani. Responden petani diambil secara acak menggunakan metode simple random sampling. Data yang dianalisis berupa data primer yang diperoleh secara langsung melalui penyebaran angket kepada responden serta wawancara dengan informan kunci melalui FGD (Focus Group Discussion). Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan indikator struktur pendapatan, struktur pengeluaran, keragaan tingkat ketahanan pangan, dan keragaan tingkat daya beli rumah tangga petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani padi pada agroekosistem rawa di Jawa Barat bagian Selatan dilihat dari indikator struktur pendapatan rumah tangga petani tergolong rendah, struktur pengeluaran rumah tangga petani tergolong rendah, keragaan tingkat ketahanan pangan tergolong rendah, dan keragaan tingkat daya beli rumah tangga petani tergolong baik
DINAMIKA TOTAL SUSPENDED SOLID DAN LAND COVER DI PERAIRAN PELABUHAN BIMA, TELUK BIMA, NUSA TENGGARA BARAT: (The Dynamics of Total Suspended Solid and Land Cover in the Port of Bima, Bima Bay, West Nusa Tenggara)
Kawasan Teluk Bima merupakan salah satu lokasi perairan strategis yang berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima. Teluk ini memiliki manfaat multifungsi sesuai dengan peruntukan penduduk sekitar teluk yang didominasi Suku Bima. Di wilayah pesisirnya terutama dimanfaatkan untuk pelabuhan, tambak, lokasi wisata dan permukiman pantai. Teluk Bima termasuk kawasan laut semi tertutup mirip seperti bentuk kantong, dimana terdiri dari mulut teluk yang sempit kemudian badan air teluk yang melebar di bagian dalam. Teluk ini merupakan tempat bermuaranya daerah aliran sungai (DAS) dan sub-DAS yang mengalirkan air dari semua pegunungan yang melingkupinya, diantaranya Sub-DAS Malaju dan Padolo. Adanya aktivitas pada Sub-DAS Malaju dan Padolo mengakibatkan terjadinya peningkatan sedimentasi di kolam pelabuhan. Penelitian dimaksudkan untuk melihat peningkatan total suspended solid (TSS) dan perubahan lahan pada DAS serta melihat korelasi antara perubahan tutupan lahan dengan meningkatnya persebaran sedimen tersuspensi tersebut. Penelitian ini menggunakan algoritma Parwati et al. (2006) untuk melihat sebaran TSS di Teluk Bima serta melakukan pengujian sampel untuk menghitung TSS di lapangan. Selanjutnya melakukan analisis korelasi dengan melihat hubungan perubahan TSS dengan perubahan tutupan lahan yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan TSS pada kawasan Teluk Bima. Tahun 1990, sebaran TSS >80 mg/l sebesar 0,45 ha dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 35,89 ha. Pertanian lahan kering dan permukiman mengalami peningkatan masing-masing sebesar 9% dan 4%, sedangkan belukar berkurang 13%. Jenis tutupan lahan tertentu menjadi penyebab meningkatnya luas sebaran TSS, seperti pertanian lahan kering dengan nilai korelasi positif sebesar 1 dan permukiman dengan nilai korelasi positif sebesar 1
- …