45 research outputs found
Maskulinisasi Ikan Cupang (Betta splendens) Menggunakan Propolis dengan Lama Perendaman Berbeda
Ikan cupang (Betta splendens) berkelamin jantan merupakan salah satu jenis ikan hias yang sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki keunggulan pada bentuk dan warnanya. Namun, ikan jantan lebih populer sebagai hewan peliharaan estetik yang menyebabkan kondisi ini berdampak pada peningkatan permintaan dan menimbulkan masalah terkait pengendalian populasi berjenis kelamin jantan. Upaya untuk memperoleh persentase jantan dapat dilakukan dengan maskulinisasi perendaman embrio dalam propolis yang terdiri dari chrysin yang dalam penelitian sebelumnya memiliki banyak hormon testosteron yang mengarahkan kelamin menjadi jantan. Penelitian ini dilaksanakan pada 16 Mei – 16 Juli 2023 di Tlogo Betta Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pengaruh lama waktu perendaman yang berbeda, yaitu perlakuan A (0 jam), B (20 jam), C (24 jam), D (28 jam), dan E (32 jam). Bahan uji yang digunakan yaitu embrio ikan cupang fase bintik mata, larutan propolis 100µL/L, dan ethanol 98%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dengan lama waktu yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P0.05). Hasil perendaman embrio dalam propolis dengan lama waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap persentase kelamin jantan dan betina ikan cupang serta lama waktu perendaman yang terbaik adalah pada perlakuan C dengan lama waktu perendaman 24 jam menghasilkan persentase kelamin jantan sebesar 65,35%
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK AMPAS TAHU, BEKATUL DAN KOTORAN AYAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS KULTUR CACING SUTERA (Tubifex sp)
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengkayaan media kultur dan perbandingan komposisi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam yang difermentasi yang memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakukan yang digunakan adalah pemberian pengkayaan media kultur dengan dosis yang berbeda, yaitu : Perlakuan A: Kotoran Ayam 100% ; Perlakuan B: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 35% dan bekatul 15%; Perlakuan C: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 25% dan bekatul 25% dan Perlakuan D: Kotoran Ayam 50%, Ampas tahu 15% dan bekatul 35%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Pengkayaan media kultur melalui fermentasi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam berpengaruh terhadap Pertumbuhan Biomassa Mutlak dan Kandungan Protein namun tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Panjang Mutlak cacing sutera (Tubifex sp), (2) Perbandingan komposisi limbah organik kotoran ayam 50%, ampas tahu 35% dan bekatul 15% dan memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp).
Kata Kunci : cacing sutera (Tubifex sp), fermentasi, limbah organik, ampas tahu, bekatul, kotoran aya
PEMANFAATAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK AMPAS TAHU, BEKATUL DAN KOTORAN AYAM UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KULTUR DAN KUALITAS CACING SUTERA (Tubifex sp)
The Effect of enrichment culture media through the combination of fermented tofu waste, rice bran,
chicken manure to increase the production and quality of silk worm, Tubifex sp. was studied in this research.
The experiment method was employed in this research by using complitely randomized design pattern with four
treatments and three replicates, respectively. Those treatments were the combinations of 0% tofu waste, 0% rice
bran, and 100% chicken manure (A), 35% tofu waste, 15% rice bran, and 50% chicken manure (B), 25% tofu
waste, 25% rice bran, and 50% chicken manure (C), and 15% tofu waste, 35% rice bran, and 50% chicken
manure as D treatment.
The results shown that the enrichment culture media through the combination of tofu waste, rice bran,
and chicken manure were siqnificantly effect (p<.05) on the total biomass production and protein content, but no
siqnificantly effect on the total length growth of silk worm, Tubifex sp. However, the combination of 35% tofu
waste, 15 rice bran, and 50% chicken manure was the best production and quality of silk worm, Tubifex sp.
Key word : Tubifex sp., agriculture organic wastes, fermentation, quality, and culture productio
EFEKTIVITAS PERENDAMAN INDUK IKAN RAINBOW BOESEMANI (MELANOTAENIA BOESEMANI) DALAM MEDIA PEMIJAHAN YANG MENGANDUNG EKSTRAK TEPUNG TESTIS SAPI TERHADAP JANTANISASI BENIH
Ikan rainbow boesemani (Melanotaenia boesemani) merupakan salah satu ikan hias endemik asal Papua. Ikan ini banyak digemari oleh pembudidaya ikan hias, terutama untuk jenis rainbow jantan. Ikan rainbow jantan memiliki warna yang lebih menarik daripada ikan rainbow betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas perendaman induk ikan rainbow boesemani (M. boesemani) dalam media pemijahan yang mengandung ekstrak tepung testis sapi terhadap jantanisasi benih. Metode eksperimen yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 10 kali ulangan. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan rainbow boesemani jantan dan betina yang berumur 7 bulan. Induk ikan tersebut dipijahkan dalam wadah pemijahan yang telah berisi ekstrak tepung testis sapi dengan perbandingan rasio jantan betina yaitu 1:2, kemudian larva yang menetas dipindahkan kedalam akuarium pemeliharaan dengan kepadatan 50 ekor/wadah dengan waktu pemeliharaan 60 hari. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak tepung testis sapi pada media pemijahan induk dengan dosis A (TTS 0 mg/L) dan dosis B (TTS 80 mg/L). Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat penetasan telur ikan rainbow pada perlakuan A yaitu 90,09±1,80% dan perlakuan B 90,21±2,35%. Pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan A adalah 2,52±0,23cm dan bobot mutlaknya 0,350±0,07g, sedangkan panjang mutlak pada perlakuan B yaitu 2,68±0,14cm dan bobot mutlaknya 0,395±0,03g. Prosentase kelamin jantan pada perlakuan B yaitu 79,37±2,27% dan prosentase kelamin betina 20,63±2,27%, sedangkan pada perlakuan A prosentase kelamin jantan yaitu 34,29±2,11% dan prosentase kelamin betina 65,71±2,11%. Kelulushidupan ikan rainbow pada perlakuan A yaitu 88,6±2,12% dan pada perlakuan B adalah 89,2±3,29%. Kualitas air pada media pemeliharaan layak untuk budidaya ikan rainbow (M. boesemani) yaitu suhu 25 - 290C; pH 7,3 - 8,4; dan DO 5,1 - 6,4 mg/L. Kesimpulan penelitian ini yaitu perendaman induk ikan rainbow boesemani (M. boesemani) dalam media pemijahan yang mengandung tepung testis sapi efektif dalam meningkatkan prosentase kelamin jantan sebesar 79,37±2,27%
Efek penambahan tepung spirulina sp. dalam pakan buatan terhadap kecerahan warna dan performa pertumbuhan ikan cupang halfmoon (Betta splendens)
Ikan cupang halfmoon (Betta splendens) memiliki nilai ekonomis tinggi di pasaran. Variasi warna dan bentuk sirip yang beragam menjadi daya tarik ikan cupang. Warna dalam ikan disebabkan oleh adanya faktor sel kromatofor yang terdapat pada bagian dermis (kulit). Salah satu langkah untuk mendapatkan warna cerah merata dengan memberikan penambahan sumber pigmen kedalam pakan. Salah satu sumber pigmen yaitu tepung spirulina. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tepung spirulina terhadap warna tubuh ikan cupang halfmoon (Betta splendens). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Karantina Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang pada bulan Agustus – Oktober 2023. Penelitian menggunakan metode eksperimen, rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan tepung spirulina dalam pakan buatan dengan dosis A (0%), B (2%), C (4%), dan D (6%) dalam pakan. Ikan uji yang digunakan adalah ikan cupang jenis halfmoon dengan ukuran panjang rata-rata 5,19±0,29 cm dengan padat tebar 4 ekor/toples. Pemeliharaan ikan cupang dilakukan selama 40 hari dengan metode pemberian pakan at satiation. Pengukuran kecerahan warna menggunakan software Adobe Photoshop CS6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung spirulina dalam pakan komersial memberikan pengaruh nyata (P0,05) terhadap kelulushidupan. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan dosis terbaik penambahan tepung spirulina yaitu pada dosis 6% yang menghasilkan selisih nilai hue sebesar (16±1,03)
PENGARUH PEMBERIAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rGH) MELALUI PAKAN DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN TAWES (Puntius javanicus)
Ikan tawes merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai potensi besar untuk dibudidayakan. Percepatan waktu produksi benih ikan tawes dapat dilakukan dengan merangsang pertumbuhan melalui aplikasi recombinant growth hormone (rGH) dalam pakan. Penentuan interval waktu pemberian pakan yang ditambahkan rGH sangat penting dikarenakan penggunaan interval waktu akan memengaruhi jumlah rGH yang masuk ke dalam tubuh ikan. Interval waktu yang tepat akan memberikan jumlah dosis rGH yang cukup yang dibutuhkan oleh ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interval waktu terbaik pemberian pakan yang ditambahkan rGH terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan tawes (Puntius sp.). Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan tawes ukuran 2,53 ± 0,15 cm dengan bobot 0,19 ± 0,08 g. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan yakni pemberian pakan tanpa rGH (perlakuan A), pemberian pakan rGH setiap hari (perlakuan B), pemberian pakan rGH setiap dua hari (perlakuan C), pemberian pakan rGH setiap tiap hari (perlakuan D). Masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Dosis hormon rGH dalam pakan adalah 2 mg/kg pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian rGH dalam pakan dengan interval waktu yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total konsumsi pakan (TKP), rasio konversi pakan (FCR), pertumbuhan bobot mutlak dan panjang mutlak, efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap specific growth rate (SGR), dan tingkat sintasan (SR). Interval waktu terbaik pemberian pakan yang ditambahkan rGH terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan tawes (Puntius sp.) adalah setiap tiga hari sekali (perlakuan D) yang menghasilkan TKP (105,52 ± 4,32); FCR (1,22 ± 0,05); EPP (79,50 ± 3,88); SGR (4,90 ± 0,39); pertumbuhan bobot mutlak (1,80 ± 0,12); pertumbuhan panjang mutlak (2,68 ± 0,01).Tawes is a potential freshwater aquaculture fish species. Tawes hatchery technology is currently being improved where the production of its juveniles can be accelerated by supplementing recombinant growth hormone (rGH) in the feed. Determining the time of feeding interval of feed supplemented with rGH is pivotal to controlling the amount consumed and thus the expected effects of rGH. This study aimed to determine the effects of feeding time intervals on the growth and survival rate of tawes juvenile feed with rGH supplemented feed. Tawes juveniles with an average length of 2.53 ± 0.15 cm and weight of 0.19 ± 0.08 gram were used in this research. A commercial feed was supplemented with rGH at a dose of 2 mg/kg rGH. The experiment used a completely randomized design (CRD) with four treatments and three replications, namely feeding with feed containing no rGH (treatment A), feeding with feed containing rGH every day (treatment B), feeding with feed containing rGH every two days (treatment C), feeding with feed containing rGH every three days (treatment D). The results showed that different feeding time intervals of the feed significantly affected (P<0.05) the total feed consumption (TFC), feed conversion ratio (FCR), absolute weight and length growth, feed utilization efficiency (EPP). There was no significant effect (P>0.05) on the specific growth rate (SGR) and the survival rate (SR). The best time feeding interval was achieved by fish in treatment D (every three days feeding with rGH) indicated by better values of TFC (105.52 ± 4.32), FCR (1.22 ± 0.05), EPP (79.50 ± 3.88), SGR (4.90 ± 0.39), absolute weight gain (1.80 ± 0.12), absolute length gain (2.68 ± 0.01), and SR (93.33 ± 4.16)
PENGARUH MINYAK CENGKEH (Eugenia aromatica) DAN PENGGUNAAN ES DALAM TRANSPORTASI SISTEM TERTUTUP TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)
AbstrakProduksi budidaya pada komoditas ikan mas meningkat, ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap ikan mas bertambah, sehingga perlu tersedianya benih yang berkualitas. Kebanyakan pembudidaya hanya fokus pada pembesaran sehingga mengandalkan pembelian benih ikan mas. Salah satu tahapan krusial dalam pembesaran ikan mas adalah transportasi pada benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh anestesi minyak cengkeh (Eugenia aromatica) dan penggunaan es dalam transportasi sistem tertutup terhadap kelulushidupan dan kadar glukosa darah benih ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari dua perlakuan dan faktor kedua terdiri dari empat perlakuan, serta dilakukan ulangan tiga kali. Faktor pertama adalah minyak cengkeh dengan perlakuan 0 ppm dan 25 ppm, dan faktor kedua adalah es dengan perlakuan 0 kg, 1 kg, 2 kg, dan 3 kg es. Kepadatan yang digunakan adalah 20 ekor/liter dan menggunakan air 1 liter tiap perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam box dan diberikan es tiap perlakuan. Transportasi dilakukan selama 12 jam menggunakan mobil bak terbuka dan ditutup dengan terpal. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik adalah A2B3 dengan menggunakan minyak cengkeh 25 ppm dan es 2 kg yang memiliki nilai kelulushidupan 98.33±2.89%, kadar glukosa 85.00±17.35mg/dL, nilai kelulushidupan setelah dilakukan pemeliharaan 3 hari bernilai sama yaitu 98±2.89% yang menunjukkan bahwa tidak adanya kematian setelah dilakukan pemeliharaan selama tiga hari, lama waktu pemingsanan 56.67±5.77 menit, lama waktu pemulihan 5.33±0.42 menit.Kata kunci: ikan mas; Cyprinus carpio; transportasi; minyak cengkeh; Eugenia aromatica; es
Efek Pemberian Ethinylestradiol Dosis Berbeda Terhadap Performa Reproduksi Induk Lele (Clarias gariepinus Burchell) Betina
Proses induk lele (Clarias gariepinus Burchell) betina menjadi matang gonad secara alami memakan waktu hingga 2-3 bulan, dengan tingginya permintaan benih lele diperlukan percepatan proses pematangan gonad agar permintaan benih dapat terpenuhi, salah satunya melalui pemberian hormon ethinylestradiol. Kandungan hormon optimum ethinylestradiol pada tubuh induk lele betina akan mempercepat proses vitellogenesis sehingga memacu pertumbuhan oosit dan mempercepat kematangan gonad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan hormon ethinylestradiol dosis berbeda terhadap performa reproduksi dan mengetahui dosis terbaik terhadap kecepatan pematangan gonad induk lele betina. Penelitian ini dilakukan tanggal 11 Januari – 25 Februari di Teaching Factory Undip. Ikan uji menggunakan induk lele betina dengan bobot 1-1,1 kg. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yakni perlakuan A (minyak jagung 0,2 ml/kg induk), perlakuan B (0,3 ml ethinylestradiol/kg induk), perlakuan C (0,5 ml ethinylestradiol/kg induk), dan perlakuan D (0,7 ml ethinylestradiol/kg induk). Data yang diamati yaitu kecepatan pematangan gonad, histologi gonad, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan, derajat kelulushidupan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan dosis terbaik yaitu perlakuan D (0,7 ml ethinylestradiol/kg) dengan kecepatan pematangan gonad selama 22 ± 1 hari, pengamatan histologi menunjukan matang gonad di TKG IV, nilai fekunditas 47.600 ± 2424, derajat pembuahan (FR) sebesar 88,60 ± 1,52%, derajat penetasan (HR) sebesar 82,50 ± 1,80%, dan derajat kelulushidupan (SR) 84,50 ± 1,32%. Hasil pengukuran kualitas air variabel suhu adalah 24,1- 27,5ºC, DO 3,27 - 4,37 ppm dan pH 7,34 – 8,43. Hasil penelitian menunjukan penyuntikan ethinylestradiol berpengaruh nyata terhadap performa reproduksi induk lele betina dengan perlakuan D (0,7 ml ethinylestradiol/kg induk) sebagai dosis terbaiknya. Kata kunci : Estradiol, hormon, kematangan gonad, reproduksi, vitellogenesi
Pengaruh lama perendaman larutan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap daya tetas telur ikan mas (Cyprinus carpio)).
Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan mas dalam usaha pembenihannya adalah derajat penetasan telur masih rendah yaitu 32,67% (Setyono, 2009). Hal ini disebabkan karena telur ikan mas yang bersifat adhesif telur saling menempel dengan lendir yang lengket dan menutupi seluruh permukaan telur. Gumpalan telur dan lendir dapat menghambat masuknya oksigen sehingga, perkembangan telur terhambat yang mengakibatkan daya tetas telur ikan mas rendah. Salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan merendam telur menggunakan larutan daun belimbing yang mempunyai kandungan zat tanin berperan dapat mengurangi lendir yang menghambat proses respirasi dan dapat mempercepat proses penetasan telur ikan mas.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2021 di Balai Benih Ikan (BBI) Mijen, Semarang, Jawa Tengah. Telur uji yang digunakan untuk penelitian berasal dari pemijahan buatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekperimental denga Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 Perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dilakukan yaitu perendaman dengan larutan ekstrak daun belimbing wuluh 4ml/L selama A (0 menit), B (5 menit), C (10 menit) dan D (15 menit). Data yang dikumpulkan meliputi daya tetas telur, survival rate dan kualitas air. Hasil dari penelitian lama perendaman dengan menggunaka larutan ekstrak daun belimbing wuluh berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tetas telur ikan mas. Perlakuan C dan D memberikan hasil yang sama pada daya tetas telur dan survival rate. Daya tetas telur pada perlakuan C (10 menit) yaitu 76,67±2,31% dan perlakuan D (15 menit) yaitu 79,33±2,31%. Survival rate perlakuan C yaitu 71,24±3,85% dan D yaitu 73,11±3,85%. Nilai kualitas air masih dalam kisaran layak yaitu DO pada kisaran 5,0-6,2 mg/L. Suhu pada kisaran 26,0oC - 28,6oC dan pH yaitu 8
IBM KECAMATAN UNGARAN BARAT, KABUPATEN UNGARAN MELALUI PENGKAYAAN MADU DALAM PAKAN UNTUK MENGHASILKAN BENIH MONOSEK DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PEMBENIH NILA LARASATI
Mitra merupakan dua kelompok pembudidaya ikan dari Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mina Makmur Abadi dan Pokdakan Siwarak Mina Sejahtera yang masing-masing berkedudukan di Dusun Blanten, DesaNyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Kebutuhan benih ikan nila yang tinggi dan terus bertambah dari tahun ke tahun tentunya harus diimbangi dengan ketersdiaan benih yang unggul dan bermutu. Potensi yang dimiliki oleh kedua mitra sangat besar khususnya untuk usaha pembenihan ikan nila, terutama lahan yang sangat layak untuk budidaya serta kualitas dan kuantitas air yang tersedia. Akan tetapi potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal dikarenakan pengetahuan dan teknologi penyediaan benih yang dimiliki masih rendah.Salah satu teknologi yang dapat aplikasikan adalah dengan pembuatan benih monosek dengan penambahan madu dalam pakan pertumbuhannya yang cepat serta harga yang lebih tinggi dari benih campuran. Hasil Ipteks bagi Masyarakat kepada Kelompok Pembudidaya Ikan Siwarak Mina Sejahtera dan Pokdakan Mina Makmur Abadi yaitu bertambahnya pengetahuan tentang produksi benih ikan nila monosek sehingga produksi benih meningkat. Pada pemijahan tahap I di Kelompok Pembudidaya Ikan Siwarak Mina Sejahtera telah dapat memproduksi benih nila monosek sebanyak 45.000 ekor benih dan di Pokdakan Mina Makmur Abadi sebanyak 30.000 ekor benih ukuran ± 5 cm. Tahapan pemijahan/siklus ini berlangsung selama 2-2,5 bulan, sehingga dalam 1 tahun produksi benih dapat berlangsung 5-6 siklus. Harga rata-rata benih ukuran 5 cm Rp. 100,00 sehingga dalam 2 bulan mendapatkan penerimaan Rp.3.000.000- Rp.4.500.000