45 research outputs found

    Pengembangan Keterampilan Santri dalam Pertanian Berbasis Hidroponik

    Get PDF
    Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan santri dalam budidaya tanaman sayuran secara hidroponik. Kegiatan ini dilakukan pada Oktober 2020 di PPP. Al-Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang Metode yang digunakan yaitu diskusi dan praktek. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar kuisioner untuk mengetahui respon peserta terhadap kegiatan pelatihan. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan kegiatan pelatihan budidaya hidroponik memberikan dampak yang baik bagi santri PPP. Al-Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang. Kegiatan ini telah memberikan pengalaman langsung kepada para santri dalam bercocok tanam secara hidroponik sehingga santri memperoleh tambahan keterampilan (lifesklill) diluar dari bidang keagamaan yang diajarkan di pondok pesantren pada umumnya. Selain itu program ini juga mampu menghidupkan kembali sarana green house di PPP. Al-Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu ikon unggulan bagi PPP. Al-Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang

    PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG DAUN SECARA ORGANIK MELALUI PENGATURAN KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH KAMBING

    Get PDF
    Sebuah penelitian lapang disusun untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan interval penyiraman pupuk organik cair terhadap serapan unsur hara tanaman dan hasil tanaman bawang daun serta kadar nitrogen pada media tanam. Penelitian ini merupakan percobaan Faktorial disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah Komposisi Media Tanam dengan 8 taraf yaitu : M1 (Tanah); M2 (Kompos); M3 (Arang Sekam); M4 (Tanah + Kompos (1:1)); M5 (Tanah + Arang sekam (1:1)); M6 (Kompos + Arang sekam (1:1)); M7 (Tanah + Kompos + Arang sekam (1:1:1)); dan M8 (Tanah + Kompos + Arang sekam (2:1:1)). Faktor kedua adalah interval penyiraman pupuk organik cair dengan 2 taraf yaitu: O1 (interval 4 hari) dan O2 (interval 7 hari). Dari kedua faktor perlakuan tersebut, diperoleh 16 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan komposisi media tanam dan interval penyiraman pupuk organik cair. Pada perlakuan tunggal komposisi media tanam, media tanam tanah + arang sekam 1:1 (M5) menghasilkan berat segar per tanaman paling tinggi sebesar 9,67 gram serta serapan unsur nitrogen per tanaman paling tinggi sebesar 6,52 gram. Kadar N-total tanaman yang sangat tinggi pada perlakuan media tanam kompos (M2) justru menghasilkan berat basah tanaman bawang daun yang paling rendah

    Subtitusi Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) dengan Pupuk Organik Kompos dan Pupuk Hijau

    Get PDF
    Sebuah percobaan lapang untuk mendapatkan pengaruh pupuk organik kompos dan pupuk hijau dalam meningkatkan hasil tanaman jagung dan mengurangi kebutuhan pupuk anorganik pada pertanaman jagung. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, meliputi 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah pupuk anorganik (A) yang terdiri atas pupuk NPK (15:15:15) dan pupuk urea (45% N) dengan 3 taraf yaitu: Pupuk anorganik 100 % (A1), Pupuk anorganik 75 % (A2), Pupuk anorganik 50 % (A3). Faktor kedua adalah pupuk organik (O) dengan 4 taraf yaitu: Tanpa pupuk organik (O0), Kompos 20 ton ha-1 (O1), pupuk hijau 20 ton ha-1 (O2), Kompos 10 ton ha-1 dan pupuk hijau 10 ton ha-1 (O3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos dan pupuk hijau pada kondisi pemupukan anorganik 100% nyata meningkatkan serapan N, P, K dan bobot pipilan kering tanaman jagung. Hasil pipilan  kering tanaman jagung pada perlakuan tanpa pupuk organik dengan dosis pemupukan anorganik 100% tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian Kompos 20 ton ha-1, Pupuk hijau 20 ton  ha-1, maupun Kompos 10 ton ha-1 + Pupuk hijau 10 ton ha-1 yang disertai dengan dosis pemupukan anorganik 75% dan 50%. Dengan demikian, pupuk organik Kompos 20 ton ha-1, Pupuk hijau 20 ton ha-1, maupun kombinasi Kompos 10 ton ha-1 + Pupuk hijau 10 ton ha-1 dapat mengurangi kebutuhan pupuk anorganik hingga 50%.   Kata Kunci: pupuk organik, kompos, pupuk hijau, pupuk anorgani

    KERAGAMAN DAN POTENSI PEMANFAATAN VEGETASI GULMA PASCA PERTANAMAN PADI DI DESA PENGGARON KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG

    Get PDF
    A field study aims to determine the diversity and potential utilization of weed vegetation that grows after rice planting. This research was carried out in paddy fields after monoculture rice planting in Penggaron Village, Mojowarno District, Jombang Regency in July - September 2020. Sampling was based on the quadratic sampling method with sample plots arranged randomly. In each plot the data taken is the name, number and canopy (area of ​​cover) of each plant species to determine density, dominance and frequency. Data analysis includes vegetation analysis to determine Summed Dominance Ratio (SDR) and biodiversity analysis calculated using the Shannon - Wienner diversity index. The results of this study were 26 types of weed vegetation were found in post-rice planting land. The dominant vegetation types include Oryza sativa L .; Limnocharis flava (L.) Buchenav; Phyllanthus urinaria L .; Monochoria vaginalis (Burm.f.) pressl; and Cleome viscosa L with an SDR value of ≥ 5.30%. A total of 15 types of weeds have the potential to be used as a source of food, animal feed, and traditional medicine

    UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon tanaman jagung terhadap pemupukan bokashi dan C. juncea. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei  hingga Oktober 2012 di kebun percobaan Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, meliputi 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor pertama ialah dosis pupuk hijau  C. juncea dengan 3 taraf, yaitu: Tanpa C. juncea (C0), 10 ton ha-1 (C1) dan 20 ton ha-1 (C2). Faktor kedua ialah dosis pupuk bokashi dengan 4 taraf, yaitu: Tanpa bokashi (B0), 5 ton ha-1 (B1), 10 ton ha-1 (B2) dan 15 ton ha-1 (B3). Hasil penelitian menunjukkan penambahan bokashi sampai taraf 15 ton ha-1 belum mampu mengurangi kebutuhan C. juncea pada area penanaman jagung. Penggunaan pupuk bokashi sebanyak 15 ton ha-1 nyata meningkatkan hasil tanaman jagung sebesar 23,86 % dibandingkan tanpa pupuk bokashi, hasil ini lebih besar dibandingkan peningkatan hasil jagung akibat penggunaan C. juncea 5 dan 10  ton ha-1 sebesar  11,90 % dan 18,09 %. Penggunaan pupuk hijau C. juncea sebanyak 20 ton ha-1 nyata meningkatkan hasil tanaman jagung sebesar 17,34 % dibandingkan tanpa C. juncea, hasil ini lebih baik dibandingkan peningkatan hasil tanaman jagung akibat penggunaan 10 ton ha-1 C. juncea yang mencapai 9,22 %

    Perbandingan Usahatani Bawang Merah Sistem Konvensional Dengan Sistem Automatic Solar Blue Light Trap

    Get PDF
    There are two types of shallot planting systems in Sudimoro Village: the conventional system and the Automatic solar blue light trap system. The conventional system is planting shallots with the general treatment being to apply only synthetic chemical pesticides, while the Automatic solar blue light trap system is planting shallots by applying synthetic chemical pesticides and applying Automatic solar blue light traps. The purpose of this study was to compare the conventional system of shallot farming and the automatic solar blue light trap application system in Sudimoro Village. The population of this study was all shallot farmers in Sudimoro Village, which amounted to 9 farmers, consisting of 5 conventional farmers and 4 farmers applying Automatic solar blue light traps. This study uses a quantitative descriptive approach. The results of this study can be seen that the value of the R/C ratio of the conventional system is 1.33, while the system applies the Automatic solar blue light trap 3.36. These results indicate that both shallot farming systems are feasible to cultivate. While the value of the B/C ratio for the conventional system is 0.33, while the system applies the Automatic solar blue light trap 2.36, these results indicate that the shallot farming in Sudimoro Village, the conventional system is not feasible to continue, while the system applying the Automatic solar blue light trap is feasible to be continued

    Inventory of Local Fruit Plants in Badang Village, Jombang Regency

    Get PDF
    Badang Village is one of the areas in Jombang Regency that has the potential for yards that are rich in biotic resources, one of which is fruit plants. This study aims to determine the diversity of fruit plant species in the yard area of Badang Village residents. This research was conducted from February to June 2022 in Badang Village, Ngoro District, Jombang Regency. The results showed that there were 22 types of fruit plants scattered in 6 hamlets of Badang Village, Ngoro Subdistrict, Jombang Regency, including: avocado, star fruit, durian, guava, orange, katilayu, longan, kersen/keres, mango, pineapple, jackfruit, papaya, banana, rambutan, salak, date palm, mustard, soursop, dragonfruit, grape, red pomegranate and sugar apple. The index of fruit plant diversity in Badang Village for each hamlet is different, for Badang Hamlet the diversity index value is 2.111, Wates Hamlet is 2.049, Wonoasri Hamlet is 1.973, Sukotirto Hamlet is 1.682, Wedani Hamlet is 1.443. The five hamlets are categorized as having a moderate diversity index. As for Watulintang Hamlet, the diversity index value is 0.957, so it is classified as low compared to other hamlets

    KONSORSIUM MIKROBA DAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR (CMA) SEBAGAI BIOFERTILZER TERHADAP BIJI KEDELAI

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian konsorsium mikroba dan cendawan mikoriza arbuskular (CMA) sebagai biofertilizer terhadap biji kedelai. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor 1 yaitu konsorsium mikroba dengan 4 taraf (konsentrasi 0; 10; 20 dan 30 mL) dan faktor 2 yaitu CMA dengan 4 taraf ( 0; 10; 20 dan 30 g/tanaman). Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Laboratorium Mikrobiologi, Dinas Pertanian jombang dan Lahan di desa denanyar jombang jawa timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 – Maret 2019. Pada penelitian ini, data produktivitas tanaman (meliputi, jumlah biji) dianalisis statistika dengan menggunakan ANOVA faktorial dengan derajat signifikansi 5% dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT) untuk membandingkan antar perlakuan. Sebelum dilakukan uji ANOVA, dilakukan pengujian normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan data analisis kesuburan tanah, analisis kimia tanah, Total Plate Count (TPC) dan kadar NP daun dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk pemberian konsorsium mikroba dan cendawan mikoriza arbuskular (CMA) sebagai biofertilizer berpengaruh (α<0,05) terhadap peningkatan jumlah biji (36.33±4.16) dan berat biji (7.33±0.58) yang memberikan hasil tertinggi pada dosis biofertilizer konsorsium 20 mL dan mikoriza 30mL. Perlakuan konsorsium mikroba dan cendawan mikoriza arbuskular (CMA) sebagai biofertilizer menunjukkan adanya pengaruh terhadap jumlah biji dan berat biji

    Uji Organoleptik terhadap Aplikasi Tepung Uwi sebagai Subtitusi Tepung Terigu dalam Pengolahan Kue Bolu

    Get PDF
    Kue bolu kukus umumya adalah kue yang berbahan dasar tepung terigu yang pengolahannya dengan cara dikukus. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemanfaatan tepung terigu, maka harus ada bahan alternatif pengganti umbi-umbian lokal, salah satunya adalah umbi uwi (Dioscorea alata). Tepung uwi sebagai subtitusi tepung terigu pada pembuatan kue bolu diharapkan dapat memperoleh kue bolu yang baik dan disukai. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan perbandingan konsentrasi tepung uwi sebagai subtitusi tepung terigu yang terdiri dari enam perlakuan, yaitu A (100%:0), B (80%:20%), C (60%:40%), D (40%:60%) E (20%:80%), F (100%:0). Penghimpunan data dalam penelitian ini menggunakan metode daftar pertanyaan kepada 9 panelis dengan 3 kali ulangan untuk setiap sampel. Data hasil kuesioner akan diubah dalam bentuk scoring dan dianalisis menggunakan metode analisis varians (ANOVA) dengan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kue bolu dari 6 perlakuan dari uji organoleptik warna, aroma, kegurihan, dan kemanisan mendapatkan nilai sama rata dari hasil pengujian panelis, kecuali pada tekstur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlakuan yang menggunakan tepung uwi lebih banyak maka hasil yang didapat akan semakin kurang bagus menurut panelis
    corecore