13 research outputs found

    PENGARUH MWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA LOW BACK PAIN AKIBAT SPONDYLOSIS LUMBAL DI RSU HAJI MAKASSAR

    Get PDF
    Spondylosis is a type of osteoarthritis that attacks the spine caused by a degenerative process that disrupts the function and structure of the spine. This is because the lumbar area receives the greatest load when the body moves and when it supports weight. Besides that, the movement of carrying or lifting very heavy objects can also trigger lumbar spondylosis.This type of research uses a quasi-experimental one group pre_test and post_test design which aims to determine the effect of Micro Wave Diathermy (MWD) and William Flexion Exercise on reducing pain in low back pain due to lumbar spondylosis. While the sampling technique uses Total Sampling, namely by determining the inclusion and exclusion criteria set by the researcher. This research was conducted at the physiotherapy clinic of RSU Haji Makassar from 10 May to 10 July 2015, the samples were lumbar spondylosis patients with a total sample of 10 people who fit the inclusion criteria, namely aged 30-60 years, male and female, there were no contraindications of the two therapeutic applications, willing to be routinely treated 3 times within 2 months, and willing to be a respondent.The results showed that Microwave Diathermy (MWD) and William Flexion Exercise can reduce pain in Lumbar Spondylosis with an average pain reduction of 2.4700. Meanwhile, the results of the Paired t test obtained a value of ρ = 0.000 <α 0.05 which means that H1 is accepted so that it can be concluded that Microwave Diathermy (MWD) and William Flexion Exercise have a significant effect on reducing pain in low back pain due to spondylosis.It can be concluded that the administration of MWD and William Flexion exercise can produce a significant reduction in pain in patients with Lumbar Spondylosis and therefore it is suggested to physiotherapists in the practice area and in hospitals to use the MWD and William Flexion Exercise modalities as one of the main modalities in Lumbar Spondylosis conditions Keywords: MWD, William Flexion Exercise, Lumbar Spondylosis

    BEDA PENGARUH ECCENTRIC EXERCISE DAN PASSIVE STRETCHING PADA PENERAPAN ULTRASOUND TERHADAP PENURUNAN NYERI PENDERITA TENNIS ELBOW TIPE II DI KAMPUS JURUSAN FISIOTERAPI POLTEKKES MAKASSAR

    Get PDF
    Background : Tennis Elbow is a complaint of pain in the forearm which usually radiates to the dorsum of the hand due to inflammation or non-specific degeneration of the extensor carpi radialis brevis (ECRB) muscle in the lateral epicondyle of the humerus. It is diagnosed clinically by the sensation of pain and tenderness over the lateral epicondyle of the humerus which is aggravated during dorsiflexion of the restricted wrist.Methods: This type of research is a quasi experiment with a ramdomized pre test-post test two group design. This study consisted of 2 sample groups, namely treatment group 1 which was given Eccentric Exercise and Ultrasound interventions and treatment group 2 which was given Passive Streaching and Ultrasound interventions. The sample of this study were students of the Makassar Health Ministry Polytechnic majoring in Physiotherapy who suffered from Type II Tennis Elbow with inclusion and exclusion criteria in sampling.Results: the mean value of tennis elbow in the First Treatment group (Ultrasound and Eccentric Exercise) is the value of P = 0.012 <0.05 where the pre test is 6.650 ± 1.046 and the post test is 4.150 ± 0.594 with an average difference of 4.49 ± 1.035 which means there is an increase the average Tennis Elbow is 4.49 after intervention (Ultrasound and Eccentric Exercise). The mean value of the Tennis Elbow pre test in the Treatment Two group (Ultrasound and Passive Stretching) had a value of P = 0.022 <0.05 and the pre test value was 4.180 ± 0.925 and the post test was 2.490 ± 1.080 with an average difference of 2.69 ± 1.178, which means that there was an average increase in Tennis Elbow by 2.69 after the intervention (Ultrasound and Passive Stretching). The results of the Mann-Withney test were p <0.05 which means that there was a significant difference in the mean between the first treatment group (Ultrasound and Eccentric Exercise) and the second treatment group (Ultrasound and Passive Stretching). This shows that Ultrasound and Eccentric Exercise are significantly more effective than Ultrasound and Passive Stretching in reducing VAS in Type II Tennis Elbow sufferers.Conclusion: Ultrasound Intervention and Eccentric Exercise have a more significant effect than Ultrasound and Passive Stretching on Reducing Pain in Patients with Type II Tennis Elbow.Keywords: Ultrasound, Eccentric Exercise, Passive Streaching, Type II Tennis Elbow

    PENGARUH BRIDGING EXERCISE TERHADAP SPASTISITAS PADA PASIEN PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI MAKASSAR

    Get PDF
    troke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak. Stroke terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Stroke Non Hemoragik (NHS) dan Stroke Hemoragik (HS). Stroke Non Hemoragik (NHS) adalah jenis stroke yang disebabkan oleh trombosis akibat plak arterosklerosis dari arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu embolus dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak.Tujuanpenelitianadalahuntuk mengetahui pengaruh antara pemberian bridging exercise terhadap spastisistas pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik  di  Makassar.Penelitian ini merupakan penelitian  pra-eksperimental  dengan  Desaign  One Group Pretest – Post Test  untuk mengetahui perbedaan spastisitas sebelum dan sesudah pemberian  bridging exercise pada pasien pasca Stroke Non-Hemoragik di Makassar.  Populasi dalam  penelitian ini adalah seluruh pasien Stroke Non Hemoragik yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Daya Kota Makaassar, Klinik Physio Sakti dan Klinik Medisakti.Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan Uji Wilcoxon ditunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik antara pengukuran pre test, dan setelah 6 kali pemberian bridging exercise. Jadi dengan pemberian bridging exercise pada pasien pasca Stroke Non Hemoragik dapat memberikan efek perubahan penurunan spastisitas.Setelah 6 kali pemberian bridging exercise, penurunan spastisitas semakin nyata,  3 orang responden dengan kategori  Modified Skala Ashwort normal(17,6%) , 12 orang responden dengan kategori Modified Skala Ashwort sangat ringan (70,6%), dan 2 orang  responden dengan kategori Modified Skala Ashwort ringan (11,8%). Kata kunci : Bridging exercise, Spastisitas, Pasca Stroke Non-Hemoragik

    PENGARUH LATIHAN PNF TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI PASIEN POST STROKE DI RSUD SALEWANGANG MAROS

    Get PDF
    Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering setelah penyakit jantung coroner dan kanker. prevalensi penduduk Amerika yang terserang stroke adalah 2,6% atau sekitar 5.839.000 orang. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah dengan intervensi fisioterapi yang berupa pemberian latihan-latihan diantaranya pemberian Proprioceptive Neuromuscular Fasilitation (PNF). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan PNF terhadap kemampuan daya tahan otot tungkai pasien post stroke. Penelitian ini adalah pra eksperimen dengan disain pretest-posttest one group design. Populasi adalah pasien post strok yang datang berobat di bagian fisioterapi RSUD Salewangan Maros yang berusia 45 – 65 tahun. Sampel penelitian adalah pasien post sroke yang memenuhi syarat mampu berdiri dan berjalan tanpa alat bantu, bukan merupakan kontraindikasi untuk diberikan latihan PNF dan bersedia menjadi responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan kemampuan daya tahan otot tungkai pasien post stroke sebelum dan setelah diberikan latihan PNF sebanyak 2 kali seminggu selama 4 minggu dengan nilai p=0,000<0,05 dengan nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 78,10 + 14,47 detik dan setelah pemberian PNF diperoleh rata-rata half squat sebesar 141,60 + 21,28 detik dengan selisih rata-rata sebesar 63,50 + 22,09 detik. Kesimpulan pemberian PNF sebanyak 2 kali seminggu selama 4 minggu dapat mempengaruhi daya tahan otot tungkai pasien post stroke. Kata Kunci: PNF, Daya Tahan Otot, Strok

    INCREASING COMMUNITY KNOWLEDGE AND SKILLS ON THE FINE MOTOR DEVELOPMENT OF STUNTING TODDLERS

    Get PDF
    Stunting merupakan kondisi dimana balita memiliki tinggi badan kurang dibanding pada umur normal yang terjadi pada usia 0 – 59 bulan akibat kekurangan gizi yang kronis di 1000 hari pertama kehidupan. Stunting memiliki dampak terhadap perkembangan terutama pada kemampuan gerak motorik halus maupun kasar. Pengetahuan ibu sangat menentukan dalam mengatasi secara dini gangguan motorik. Praktek senam otak dan pijat bayi terhadap anak sangat ditentukan oleh pengetahuan ibu untuk dapat melakukannya. Kebaruan kegiatan pengabdian ini karena memberikan penyuluhan tentang senam otak dan pijat bayi dilakukan dengan metode ceramah dan demonstrasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mitra atau kader posyandu dalam melakukan senam otak dan pijat anak balita sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan motorik halus pada balita dengan stunting. Kegiatan ini dilaksanakan di puskesmas Tamalate dan Sudiang Raya Kota Makassar. Sebanyak 60 kader posyandu terlibat sebagai peserta. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode penyuluhan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi. Evaluasi dilakukan dengan teknik pre dan posttest. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan, yang memiliki pengetahuan baik 20 orang atau 33,3% dan pengetahuan kurang baik 40 orang atau 66,7%, sedangkan pada pengukuran posttest pengetahuan baik 54 orang atau 90% dan pengetahuan kurang 6 orang atau 10%. Sedangkan untuk keterampilan pada pengukuran pretest diperoleh yang terampil 11 orang atau 18,3% dan yang tidak terampil 49 orang atau 81,7% dan setelah diberikan penyuluhan diperoleh yang terampil 56 orang atau 93,3% dan yang tidak terampil 4 orang atau 6,7%. Kesimpulan pemberian penyuluhan berupa ceramah dan demonstrasi memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu sebagai mitra dalam membantu ibu-ibu yang anaknya mengalami gangguan motorik akibat stunting melalui upaya pemberian senam otak dan pijat bayi.Kata Kunci: Pengetahuan; Keterampilan;  Motorik halus;  Balita;  Stunting.AbstractStunting is a condition where toddlers have a height less than an average age which occurs at 0-59 months due to chronic malnutrition in the first 1000 days of life. Stunting impacts development, especially the ability to move fine and gross motor movements. The mother's knowledge is decisive in early overcoming motor disorders. The practice of brain gymnastics and baby massage of the child is primarily determined by the mother's knowledge to do it. The novelty of this devotion activity is that it provides counseling on brain gymnastics and baby massage carried out by the method of lectures and demonstrations. This community service activity aims to increase the knowledge and skills of partners or posyandu cadres in doing brain gymnastics and massages for toddlers to prevent the occurrence of acceptable motor disorders in toddlers with stunting. This activity was carried out at the Tamalate and Sudiang Raya health centers in Makassar City. A total of 60 posyandu cadres were involved as participants. This activity is carried out by the counseling method through lectures and demonstrations. Evaluation is carried out by pre and post-test techniques. The results of measuring the level of knowledge before counseling was given had good knowledge of 20 people or 33.3%, and poor knowledge of 40 people, or 66.7%, while in post-test measurements, knowledge was good 54 people or 90%, and knowledge were less 6 people or 10%. As for the skills on the pretest measurement, 11 people, or 18.3%, and the unskilled 49, or 81.7%were unskilled, and after counseling were obtained 56 people, or 93.3%, skilled and 4 unskilled people, or 6.7%. The conclusion of providing counseling in the form of lectures and demonstrations has a good influence on increasing the knowledge and skills of posyandu cadres as partners in helping mothers whose children have motor disorders due to stunting through efforts to provide brain gymnastics and baby massage.Keywords: Knowledge; Skills; Fine motor;  Toddler;  Stunting

    OPTIMALISASI PIJAT BAYI CARA JOHNSON DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULUROKENG MAKASSARDAN INDIA PADA PETUGAS KESEHATAN DAN KADER POSYANDU

    Get PDF
    Angka kematian bayi merupakan salah satu indicator RPJMN dan SDGs. Tujuan yang dimaksud adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 24/1000 KH. Wilayah kerja Puskesmas Bulurokeng belum optimal melakukan pijat bayi. &nbsp;Salah satu upaya untuk &nbsp;meningkatkan kualitas hidup bayi yaitu melakukan pijat bayi. Kegiatan pengabdian dimaksudkan untuk mengoptimalkan&nbsp; pijat bayi cara Johnson dan India di wilayah Puskesmas tersebut melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas Kesehatan dan kader posyandu serta menjadi Inovasi dan kegiatan rutin posyandu. Kegiatan pelatihan dengan metode ceramah, Simulasi, Praktik di lapangan. Tahapannya adalah Pretest-Posttest pengetahuan, dilanjutkan dengan simulasi menggunakan boneka, dilanjutkan dengan demonstrasi menggunakan bayi oleh pengabdi. Hasil post test keterampilan pijat bayi, yaitu semua&nbsp; petugas dan kader Kesehatan yang ikut pelatihan semua mahir pijat bayi cara Johnson dan india, sehingga dicanangkan menjadi produk Inovasi Puskesmas Bulurokeng tahun 2019sampai sekaran

    Perbandingan Pengaruh Kombinasi Latihan Hold Relax Dan Open Kinetic Chain Dengan Latihan Hold Relax Dan Close Kinetic Chain Terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Pasien Osteoartritis Knee

    Get PDF
    Osteoartritis knee adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh faktor degenerasi yang paling sering dijumpai pada penyakit musculoskeletal. Keluhan yang sering dialami yaitu kombinasi antara nyeri sendi, kekakuan, ketidakstabilan, pembengkakan, dan kelemahan otot. Osteoartritis knee merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan kecacatan dan penurunan level fungsional seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh kombinasi latihan hold relax dan open kinetik chain dengan latihan hold relax dan close kinetic chain terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada pasien osteoartritis knee. Penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan one group pretest-postetst design. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 26 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Pada penelitian ini digunakan 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan 1 hold relax dan open kinetic chain sebanyak 13 orang, kelompok perlakuan 2 hold relax dan close kinetic chain sebanyak 13 orang. Kedua kelompok sampel diukur kemampuan fungsionalnya menggunakan WOMAC. Latihan dilakukan sebanyak 9 kali perlakuan selama 3 minggu. Analisis pengaruh dilakukan dengan uji paired sample T test pada kelompok 1 dan pada kelompok 2. Uji paired sample t-test pada kelompok 1 hold relax dan open kinetic chain diperoleh nilai p=0,000 ( p&lt;0,05 ). Sedangkan pada kelompok perlakuan 2 hold relax dan close kinetic chain diperoleh nilai p=0,000 (p&lt;0,05) yang berarti ada pengaruh pada kemampuan fungsional sebelum dan sesudah perlakuan. Dari hasil pengujian dengan Independent t-test didapatkan nilai p=0,000 (p&lt;0,05) yang berarti ada perbedaan pengaruh hold relax dan open kinetic chain dengan hold relax dan close kinetic chain terhadap peningkatan kemampuan fungsional pasien osteoartritis knee

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN DAN TUNGKAI AKIBAT HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGIK DI INGGIT MEDICAL CENTRE

    Get PDF
    ABSTRAK Hemiparase adalah sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresifnya secara cepat, dan berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung selama 24 jam atau  langsung menimbulkan kematian, disebabkan  gangguan pada peredaran darah di otak non-traumatic (Halim, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap gangguan fungsional lengan dan tungkai akibat Hemiparese Non Hemoragik dan meningkatkan fungsi aktivitas sehari-hari dengan menggunakan intervensi Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF.Hasil setelah melakukan penanganan selama 8 kali terapi didapatkan hasil meningkatan nilai aktivitas sehari-hari atau ADL pada pasien Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF dapat meningkatkan aktivas sehari hari atau ADL pada kasus Hemipare Non Hemoragik Post StrokeKata Kunci : Hemiparese Non Hemoragik , Passive dan Aktif Exercise,  Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF

    PENERAPAN PEMERIKSAAN POSTUR ANAK DAN KOREKSI POSTUR ANAK DI SDN DAYA I MAKASSAR TAHUN 2018

    Get PDF
    Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional (Widianawati, 2011). Salahsatu aspek tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan adalah masalah masalah postur. Masa anak-anak merupakan masa emas (golden age) bagi setiap orang. Dimasa ini, mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi emosi, kognitif, psikososial maupun fisik. Masalah tumbuh kembang anak yang sering dialami oleh anak adalah masalah postur seperti skoliosis, lordosis, kiposis, asimetris bahu. Pada masa ini akan terbawa sampai usia dewasa apabila tidak segera diatasi. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini masalah postur anak untuk megidentifikasi masalah yang dialami oleh anak-anak. Disamping itu sangat perlu untuk memberikan koreksi postur apabila ditemukan masalah psostur pada anak. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengadakan pengabdian masyarakat tentang  pemeriksaan postur pada anak. Disamping itu sangat perlu untuk memberikan koreksi postur apabila ditemukan masalah gangguan postur pada anak. Dari Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilaksanakan di SD Daya 1 Kec Biringkanaya Kota Makassar diperoleh hasil dari 113 siswa 17 orang yang mengalami kelainan postur ringan (19,21%  ),  yang diperiksa 10 anak scoliosis, 2 anak  hiperekstensi elbow 5 anak  lordosis, semuanya (100%) dapat melakukan latihan yang diajarkan. Setelah diberikan intervensi selama 2-3 kali beserta home program edukasi dan pemberian alat koreksi postur yang dilakukan anak yang skoliosis dan lordosis semuanya membaik sedangkan hiperekstensi elbow belum mangalami kemajuan yang berarti. Kondisi hiperekstensi elbow memerlukan waktu yang lama untuk kembali normal, sedangkan tujuan utama penanganan pada hiperekstensi elbow adalah mencegah keadaan makin memburu
    corecore