12 research outputs found
Keragaan Dan Potensi Hasil Karet Dari Beberapa Genotipe Hasil Persilangan Antar Tetua Tanaman Berkerabat Jauh
Kemajuan pemuliaan dan seleksi tanaman karet sangat bergantung kepada potensi dan ketersediaan sumber keragaman genetik. Keragaman genetik dapat dihasilkan melalui kegiatan persilangan antar tetua yang memiliki hubungan kekerabatan jauh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaan tanaman dan potensi hasil karet kering dari genotipe hasil persilangan berkerabat jauh di pengujian evaluasi semaian. Sebanyak 62 genotipe hasil persilangan digunakan dalam penelitian ini. Sebagai tetua betina digunakan klon yang berasal dari populasi Wickham yaitu RRIM 600, IAN 873, IRR 111, PB 260, RRII 105, PM 10, IRR 104, dan IRR 220, sedangkan sebagai tetua jantan digunakan genotipe yang berasal dari ekspedisi IRRDB 1981 di antaranya PN 4267, PN 3508, PN 4143, PN 3760, PN 3763, PN 5009, PN 1682 dan PN 1527. Populasi genotipe F1 tersebut ditanam di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet pada tahun 2003 dengan menggunakan jarak tanam 2 x 2 m. Evaluasi dilakukan terhadap karakter pertumbuhan tanaman, anatomi kulit, dan potensi hasil karet. Hasil analisis menunjukkan keragaman yang cukup signifikan pada lima sifat yang diamati dengan koefisien keragaman hasil karet kering 77,10%, lilit batang 29,32%, ukuran tebal kulit 26,47%, jumlah cincin pembuluh lateks 27,44%, dan diameter sel pembuluh lateks 17,16%. Genotipe G-17 dan G-80/2 merupakan tanaman yang memiliki potensi hasil karet paling tinggi dibandingkan genotipe lainnya, masing-masing sebesar 37,00 g/p/s dan 22,50 g/p/s. Kedua genotipe tersebut juga memiliki pertumbuhan tanaman paling jagur, dengan ukuran lilit batang tanaman yaitu 67 cm dan 71,5 cm pada umur sepuluh tahun. Diterima : 25 November 2015; Direvisi : 18 Januari 2015; Disetujui : 15 Maret 2015 How to Cite : Sayurandi., & Woelan, S. (2015). Keragaan dan potensi hasil karet dari beberapa genotipe hasil persilangan antar tetua tanaman berkerabat jauh. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 1-10. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/16
Pendugaan Aksi Gen Pada Karakter Komponen Hasil Dan Daya Hasil Lateks Beberapa Genotipe Karet Hasil Persilangan Tetua Klon Ian 873 X Pn 3760
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pendugaan aksi gen karakter komponen hasil dan daya hasil lateks pada genotipe hasil persilangan klon IAN 873 X PN 3760. Penelitian dilakukan di Pengujian Evaluasi Semaian F1 dan Laboratorium Agronomi Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet yang berada di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sebanyak 35 genotipe dan 2 tetua digunakan dalam penelitian ini. Karakter komponen hasil yang diamati yaitu lilit batang, tinggi tanaman, jumlah cabang pertama, tinggi cabang pertama, tebal kulit, jumlah ring pembuluh lateks, diameter sel pembuluh lateks, volume kayu, dan daya hasil lateks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik dari sembilan karakter yang diamati dengan nilai keragaman fenotipik antara 11,4 β 66,3%. Berdasarkan aksi gen, epistasis komplementer ditemukan pada karakter lilit batang, tinggi tanaman, jumlah cabang utama, tebal kulit, jumlah ring pembuluh lateks, volume kayu, dan hasil lateks yang artinya ketujuh karakter tersebut sangat dikendalikan oleh banyak gen, sedangkan epistasis dominan ditemukan pada karakter tinggi cabang utama dan diameter sel pembuluh lateks yang artinya kedua karakter tersebut dikendalikan oleh sedikit gen
Keragaan Materi Genetik Klon Karet Hasil Persilangan Tahun 2001-2003
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan progeni tanaman karet terbaik berdasarkan karakteristik potensi produksi lateks dan kayu dari hasil persilangan tahun 2001-2003. Analisis secara statistik dilakukan terhadap parameter lilit batang, tebal kulit, jumlah cincin pembuluh lateks, diameter cincin pembuluh lateks, produksi karet kering dan produksi kayu. Intensitas seleksi yang digunakan untuk memilih progeni tersebut yaitu 10% dan 1% terhadap 1013 tanaman hasil persilangan (F1) umur 9 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi yang cukup tinggi dari beberapa parameter diantaranya: produksi karet kering (99,03%), produksi kayu (74,98%), lilit batang (32,06%) dan jumlah cincin pembuluh lateks (25,27%). Besarnya keragaman materi genetik yang terbentuk ini memberikan peluang diperolehnya klon unggul baru. Hasil evaluasi berdasarkan pola distribusi populasi menunjukkan nilai koefisien kemiringan produksi karet kering sebesar 2,09 yang mengindikasikan bahwa sebagian besar potensi produksi karet kering rendah. Hal yang sama juga ditunjukan oleh karakter potensi produksi kayu dengan nilai koefisien kemiringannya sebesar 1,28. Jumlah progeni yang terpilih berdasarkan karakter lilit batang (10% = 116 tanaman, 1% = 16 tanaman), produksi karet kering (10% = 86 tanaman, 1% = 34 tanaman), produksi kayu (10% = 132 tanaman, 1% = 34 tanaman), jumlah cincin pembuluh lateks (10% = 94 tanaman, 1% = 22 tanaman). Hasil seleksi juga menunjukkan bahwa beberapa genotipe terseleksi berdasarkan lebih dari satu karakter
Uji Adaptasi Klon Karet Harapan Irr Seri 200 Pada Masa Tanaman Belum Menghasilkan Di Daerah Beriklim Basah, Kebun Aek Tarum β Kabupaten Asahan
Pada tanaman karet, kondisi curah hujan dan hari hujan bisa merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman secara optimal. Pada umumnya tanaman karet dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada kondisi curah hujan berkisar 1800-2500 mm/th dan jumlah hari hujan berkisar 115β150 hari/th. Dengan demikian, seleksi klon karet unggul yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi cekaman lingkungan tertentu seperti curah hujan tinggi sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaan klon karet unggul harapan IRR seri 200 pada wilayah beriklim cukup basah. Pengujian adaptasi klon unggul harapan IRR seri 200 dan klon pembanding PB 260 dibangun di Kebun Aek Tarum, Kabupaten Asahan pada tahun 2010. Rata-rata curah hujan selama delapan tahun di lokasi penelitian ini sebesar 2899 mm/th dengan jumlah hari hujan sebanyak 186 hari/th. Jumlah curah hujan dan hari hujan di lokasi penelitian ini tergolong tinggi, sehingga kurang optimal untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman karet. Pengamatan terhadap karakter pertumbuhan lilit batang dilakukan pada umur 1 - 4 tahun. Karakter tebal kulit dan anatomi kulit diamati pada umur 4 tahun. Intensitas serangan penyakit gugur daun Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora diamati pada umur 3 dan 4 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon IRR 205, IRR 210, IRR 215, IRR 219, dan IRR 220 memiliki pertumbuhan jagur. Klon IRR 205, IRR 210, dan 215 memiliki ukuran tebal kulit paling tinggi, sedangkan klon IRR 215 dan IRR 219 memiliki karakter anatomi yang cukup baik. Semua klon IRR seri 200 yang diuji tergolong moderat resisten sampai dengan resisten terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora.Diterima : 18 November 2014; Direvisi : 20 Desember 2014; Disetujui : 6 Mei 2015 How to Cite : Sayurandi., Suhendry, I., & Woelan, S. (2015). Uji adaptasi klon karet harapan IRR seri 200 pada masa tanaman belum menghasilkan di daerah beriklim basah, Kebun Aek Tarum β Kabupaten Asahan. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 11-24. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/16
Karakter Fisiologi, Anatomi, Pertumbuhan Dan Hasil Lateks Klon Irr Seri 300
Karakter fisiologi, anatomi kulit, pertumbuhan dan produksi karet merupakan parameter penting di dalam seleksi klon karet unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter fisiologi lateks, anatomi, pertumbuhan dan produksi lateks klon IRR Seri 300. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fisiologi Baai Penelitian Sngei Putih pada tahun 2011. Klon yang diuji dalam penelitian ini yaitu sebnayak 21 klon seri 300 dengan 3 klon pembanding (PB 260, RRIC 100, BPM 24) pada umur 12 tahun. Penelitiqn ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter fisiologi lateks (kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik, kadar tiol, panjang alur sadap, indeks penyumbatan, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi) memiliki perbedaan nyata diantara klon yang diuji. Demikian juga dengan karakter anatomi (jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks), pertumbuhan (lilit batang, tebal kulit), dan produksi lateks menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Hasil analisis korelasi menunjukkn bahwa indeks penyumbatan, indeks produksi, lilit batang, tebal kukit, jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh latejs mempunyai korelasi cukup nyata terhadap hasil lateks, sedangkan panjang alur sadap, kecepatan aliran lateks, kadar sukrosa, kadar tiol, kadar fosfat anorganik, dan kadar karet kering tidak berkorelaso nyata terhadap hasil lateks. Diterima : 21 Desember 2012; Disetujui : 8 Maret 2013 How to Cite : Woelan, S., Sayurandi., & Pasaribu, S. A. (2013). Karakter fisiologi, anatomi, pertumbuhan dan hasil lateks klon IRR seri 300. Jurnal Penelitian Karet, 31(1), 1-12. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/12
High Latex Yielding and Disease Resistance of Rubber Clones Irr 200 Series
Rubber clones of Indonesian Rubber Research (IRR) 200 series have been produced from intensive breeding program started in 1985. Some clones showed superior characteristics such as high latex yielding, vigorous, and disease resistant. This study aimed to test their performances in a field trial conducted since 1999 at Sungei Putih Experimental Garden, North Sumatra. The experiment was designed in a randomized block, using twelve IRR clones as treatment and PB 260 clone as control, three replications. Planting distance was 5 m x 4 m and plot size was 10 rows x 50 trees. Observations were made on girth size of the 2, 3 and 4 year-old trees, dry rubber yield following the 1/2S d/2 and 1/2S d/3.ET2.5% tapping systems, bark thickness, rings number and diameter of latex vessels, as well as leaf fall diseases intensities of 3-5 year-old trees. The results showed four IRR 200 clones, i.e. IRR 207, IRR 208, IRR 211 and IRR 220 produced high latex. Using the 1/2S d/2 tapping system, three clones with highest dry rubber yield were obtained, namely IRR 208 (49.8 g tree-1 tapping-1 or g t-1 t-1), IRR 211 (48.8 g t-1 t-1) and IRR 220 (52.0 g t-1 t-1), whereas that using the 1/2S d/3. ET2.5% tapping system, their yields were 63.2 g, 64.3 g, and 66.2 g t-1 t-1, respectively. At four year-old, these clones had girth size of 41.4-51.0 cm, girth increment 9.7-11.6 cm year-1, bark thickness 6.3-7.2 mm, latex vessel rings number 6.8-7.0, and diameter of latex vessels 23.75-26.57 mm. All of the clones were moderately resistant to Colletotrichum, Oidium and Corynespora leaf fall diseases. This study suggests that IRR 207, IRR 208, IRR 211 and IRR 220 rubber clones are suitable for commercial stake holders and the recommended tapping system is 1/2S d/3.ET2.5%.Bahasa IndonesiaKaret klon IRR (Indonesian Rubber Research) seri 200 dihasilkan melalui program pemuliaan yang intensif mulai tahun 1985. Beberapa klon menunjukkan karakteristik unggul sebagai penghasil lateks tinggi, jagur, dan tahan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja klon pada percobaan lapangan yang dibangun tahun 1999 di Kebun Percobaan Sungei Putih, Sumatera Utara. Percobaan dirancang dalam acak kelompok dengan perlakuan dua belas klon IRR dan kontrol klon PB 260, tiga ulangan. Jarak tanam 5 m x 4 m dan luas plot 10 baris x 50 pohon. Pengamatan dilakukan terhadap ukuran lilit batang pada umur 2, 3 dan, 4 tahun, hasil karet kering dengan sistem sadap 1/2S d/2 dan 1/2S d/3.ET2,5%, tebal kulit, jumlah cincin, dan diameter pembuluh lateks. Intensitas serangan penyakit gugur daun diamati pada tanaman berumur 3 dan 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan empat klon karet IRR seri 200 yaitu IRR 207, IRR 208, IRR 211, dan IRR 220 menghasilkan lateks yang tinggi. Dengan sistem sadap 1/2S d/2, tiga klon memiliki hasil karet kering paling tinggi, yaitu IRR 208 (49,8 g pohon-1 sadap-1 atau g p-1 s-1), IRR 211 (48,8 g p-1 s-1), dan IRR 220 (52,0 g p-1 s-1), sedangkan menggunakan sistem sadap 1/2S d/3. ET2,5%, hasil masing-masing klon adalah 63,2 g, 64,3 g, dan 66,2 g p-1 s-1. Pada umur empat tahun, klon-klon ini memiliki ukuran lilit batang 41,4-51,0 cm, pertambahan lilit batang 9,7-11,6 cm tahun-1, ketebalan kulit 6,3-7,2 mm, jumlah cincin pembuluh lateks 6,8-7,0, dan diameter pembuluh lateks 23,75-26,57 mm. Semua klon tahan terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum, Oidium, dan Corynespora. Dengan demikian, klon karet IRR 207, IRR 208, IRR 211, dan IRR 220 cocok dikembangkan secara komersial dan sistem sadap yang dianjurkan adalah Β½S d/3.ET2,5%
Optimasi Produksi Klon Irr Seri 200 Dengan Menggunakan Beberapa Sistem Sadap Di Pengujian Plot Promosi
Suatu pengujian dilakukan untuk mengetahui potensi produksi masing-masing klon IRR Seri 200 melalui penerapan beberapa sistem sadap. Disamping untuk mengoptimalkan produksi, hasil pengujian ini juga berguna sebagai salah satu pertimbangan dalam pengelompokan klon nantinya. Pengujian dilaksanakan pada areal pengujian plot promosi di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, Deli Serdang β Sumatera Utara mulai tahun 2004 sampai tahun 2011. Lokasi pengujian berada pada ketinggian sekitar 54 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah ultisol. Material yang digunakan dalam pengujian ini adalah 1% genotipe terbaik dari klon IRR seri 200 (PP/03/96) tahun tanaman 1995. Sejumlah 21 klon IRR seri 200 diuji dan 3 klon pembanding masing-masing BPM 24, PB 217, dan PB 260. Sistem sadap yang diuji cobakan adalah S/2 d2 dan S/2 d3.ET2.5% Ga1 18/y(2w) (Apr β Des) pada tahun 2004 β 2008 dan dilanjutkan dengan sistem sadap ganda S/2 d3+S/4U d3. ET2.5% Ba1(1.5) 18/y(2w) (Apr β Des) pada tahun 2009 β 2011. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat sembilan klon IRR seri 200 (IRR 200, IRR 202, IRR 207, IRR 209, IRR 210, IRR 215, IRR 218, IRR 219) yang memiliki pertumbuhan lilit batang lebih jagur dari ketiga klon pembanding sehingga potensial dapat disadap pada umur sekitar 3,5 tahun dengan rata-rata lilit batang sebesar 73,6 cm dan rata-rata laju pertambahan lilit batang sebesar 2,14 cm/tahun. Hasil pengamatan terhadap produktivitas tanaman menunjukkan terdapat delapan klon yang memiliki potensi produksi tinggi pada sistem sadap S/2 d2 dan S/3 d3.ET2.5% Ga1 18/y(2w) (Apr β Des) yaitu IRR 202, IRR 205, IRR 207, IRR 208, IRR 213, IRR 214, dan IRR 220. Kedelapan klon tersebut berpotensi sebagai klon unggul baru. Pengelompokkan klon IRR seri 200 berdasarkan tipologi klon menunjukkan bahwa klon IRR 202, IRR 208, IRR 210, dan IRR 220 cenderung sebagai klon quick starter karena memiliki metabolisme tinggi dan kurang responsif terhadap pemberian stimulant sedagkan IRR 213 dan IRR 214 cenderung sebagai klon slow starter karena memiliki metabolisme rendah dan lebih responsif terhadap pemberian stimulant. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan sampai satu siklus tanaman (20 tahun sadap) dan dilengkapi dengan data analisis diagnosis lateks. Diterima : 21 April 2012; Disetujui : 12 Agustus 2012 How to Cite : Woelan, S., Junaidi., & Pasaribu, S. A. (2012). Optimasi produksi klon IRR seri 200 dengan menggunakan beberapa sistem sadap di pengujian plot promosi. Jurnal Penelitian Karet, 30(2), 75-85. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/12