359 research outputs found
KARYA MUSIK “TIWUL” DALAM TINJAUAN HARMONI MUSIK
Karya musik “Tiwul” ini bercerita tentang sejarah komunitas alat musik tiup di universitas negri surabaya, yang digarap dalam jenis musik baru dalam idiom musik barat. dengan gaya klasik barat dan menggunakan metode tinjauan Harmoni Musik. Berangkat dari fenomena munculnya komunitas baru yang mengusung instrument musik tiup sebagai dominasi karya musik ini, muncul ketertarikan dan mendorong komposer untuk mewujudkan sebuah konsep tentang fenomena tersebut ke dalam sebuah karya musik.Dalam mengerjakan karya musik ini, banyak ilmu harmoni yang dapat digunakan, namun dalam karya musik “Tiwul”, komposer menggunakan beberapa ilmu harmoni, seperti jenis akord triad, dan extended chord dalam penggarapan harmoni musik karya tersebut.Karya musik berjudul Tiwul ini merupakan karya musik dengan formasi ensemble campuran. karya musik orisinil ini berdurasi selama 10 menit, dengan jumlah total birama 163. Karya ini diawali dengan solo alto saxophone selama 16 birama mengguknakan sukat 4/4, tempo adagio rubato, dan tanda mula dua mol (Bbmajor/gminor), Karya musik “Tiwul” ini memiliki empat bagian utama dengan pembuka dan penutup, bagian tersebut terdiri dari introduction, bagian 1, 2, 3, dan 4 sekaligus outroduction.Melalui karya musik “Tiwul” diharapkan mampu menjdai karya musik inspiratif bagi mahasiswa dan tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat luas, karena bermusik dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan cara yang berbeda sekaligus menyenangkan, selain itu diharapkan dapat menumbuhkan rasa apresiasi tinggi terhadap suatu karya seni khususnya dalam seni musik.Kata Kunci : tiwul, harmoni music
PENGARUH PEMBERIAN MELATONIN TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS WISTAR MODEL SEPSIS
Background : Melatonin was a free radical frequently used as an antioxidant. Melatonin played a role in increasing immune response, and supporting cytoprotective process. On some animal models, melatonin has been identified to be able to resist bacteria infections, viruses, and parasites through some mechanisms such as immunomodulation or antioxidant activities. Melatonin could decrease the level of inflammation cytokine, oxidative stress, and mitochondria dysfunction. Melatonin was one of medicine developed as a sepsis therapy.
Objective : this research was to find out the melatonin influence on the amount of white blood cells of a wistar rat sepsis model and to obtain the information that melatonin could decrease the number of white blood cells.
Methods : this research was an experimental research with a randomized control group using pre and post test. The samples were 12 male wistar rats with certain criteria divided into 2 groups. The first group was given an intraperitoneal injection of lipopolysaccharide (LPS) and was not given melatonin as control group. The second group was given an intraperitoneal injection of lipopolysaccharide (LPS) and was given melatonin by oral sonde as treatment group. After a week, in the eighth day, the blood of each rat was taken from the retro-orbital blood vessel. The statistical test used paired t-test, independent t-test, and Mann Whitney test.
Results : In the independent test, the average score of the amount of white blood cells from control group was higher than the experimental group. In the paired t-test, the control group underwent a significant change (p<0,05) compared to experimental group which showed a meaningless result. In the Mann Whitney test, the result of pre-post 1 and post 2 from the control group got a significant increase while the result of pre LPS – post 1 and post 2 from the experimental group got a significant decrease (p<0,05).
Conclusion : The melatonin treatment did not cause a significant decrease of the amount of white blood cells.
Keywords : Sepsis,The amount of white blood cells, Melatonin, Lipopolysaccharide
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT)
Program Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) dilaksanakan guna memberikan kesempatan kepada mahasiswa UNY untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang pendidikan maupun sebagai upaya persiapan untuk terjun ke dalam kehidupan masyarakat. PLT ini dilaksanakan dari bulan September-November 2017. Kegiatan PLT dimaksudkan untuk memberikan pengalaman mengajar di sekolah, memahami seluk-beluk sekolah dengan segala permasalahannya, serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang telah dimiliki dalam proses pembelajaran.
PLT dilaksanakan di SDN 3 Pengasih, Pengasih, Kulon Progo dimulai tanggal 15 September sampai 15 November 2016. Kegiatan yang dilakukan dalam PLT ini adalah mengajar di kelas serta mengikuti program non mengajar dari sekolah. Program kerja PLT diawali dengan kegiatan observasi baik fisik maupun nonfisik yang meliputi perangkat pembelajaran, pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kondisi lembaga. Praktikan menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, beserta kelengkapan pembelajaran lain. Berdasarkan observasi, dilakukan penyusunan perangkat persiapan pembelajaran, praktik mengajar terbimbing, praktik mengajar mandiri, menyusun dan mengembangkan alat evaluasi, menerapkan inovasi pembelajaran, mempelajari administrasi guru, pengembangan media, dan kegiatan lain yang menunjang kompetensi mengajar.
Berdasarkan pelaksanaan PLT di SD Negeri 3 Pengasih mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi mengajarnya sebagai calon pendidik atau tenaga kependidikan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengenal segala permasalahan di sekolah yang terkait dengan proses pembelajaran maupun administrasi sekolah, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata di sekolah, serta dapat meningkatkan hubungan kemitraan yang baik antara UNY dengan sekolah terkait, yaitu SDN 3 Pengasih, Pengasih, Kulon Progo
ANALISIS PEMIDANAAN DALAM TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI PUTUSAN NOMOR: 418/PID.B/2008/PN.SKA)
Semakin tingginya nilai sebuah peradaban dari masa ke masa tentunya
mampu memberikan kemajuan bagi kehidupan manusia, namun tidak dapat
dilupakan juga bahwa di sisi lain dari kemajuan yang ditimbulkan akan membawa
dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat
pada tempatnya. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala sosial yang
biasa dan bersifat umum serta merupakan proses penyesuaian masyarakat
terhadap kemajuan jaman. Perkembangan tersebut membawa dampak yang luar
biasa yang dapat dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat tersebut termasuk
tuntutan hidup.
Mengingat bahwa pembangunan nasional berjalan seiring dengan
kemajuan budaya dan iptek, perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multi kompleks. Perilaku
demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat
dikategorikan sesuai dengan norma dan ada yang tidak. Terhadap perilaku yang
sesuai norma tidak menjadi masalah, namun terhadap perilaku yang tidak sesuai
norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan
merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2000: 1).
Seseorang akan cenderung berusaha memenuhi kebutuhannya dalam
rangka mempertahankan hidup. Bagi mereka yang memiliki keahlian di bidang
tertentu dan ditunjang dengan tingkat pendidikan yang memadai akan cenderung
memiliki tingkat ekonomi yang lebih mapan karena mereka dapat memperoleh
pekerjaan berdasarkan keahlian yang dimilikinya tersebut. Lain halnya bagi
mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatakan rendah dan tidak
memiliki keahlian tertentu. Mereka cenderung memiliki tingkat ekonomi yang
menengah ke bawah. Seiring kemajuan jaman, kebutuhan mereka akan terus
bertambah sedangkan di sisi lain perekonomian mereka semakin terpuruk. Hal
tersebut dapat memicu seseorang untuk mengambil jalan pintas demi memenuhi kebutuhannya dengan melakukan tindakan yang dapat merugikan masyarakat,
yaitu kejahatan.
Masyarakat perlu lebih jeli dan peka terhadap lingkungan. Perlu
disadari bahwa kejahatan dapat dilakukan oleh siapapun dan terhadap siapapun.
Setiap orang dapat menjadi sasaran kejahatan, baik itu orang dewasa maupun anak
di bawah umur. Maraknya kejahatan kesusilaan dewasa ini berkenaan dengan
“Behaviour in relation sexual matter” biasanya berbentuk pencabulan baik yang
dilakukan oleh sepasang orang dewasa atau sesama orang dewasa maupun dengan
anak dibawah umur. Pelaku kejahatan tersebut merasa bahwa anak-anak dapat
menjadi salah satu sasaran untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Hal ini
dipengaruhi oleh pendapat bahwa anak-anak tidak cukup mampu untuk mengerti
bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana atau anak-anak tidak mempunyai
keberanian untuk menolak keinginan pelaku.
Pencabulan yang dilakukan terhadap anak di bawah umur tentunya
akan berdampak pada psikologis maupun perkembangan lainnya terhadap anak
tersebut. Dampak psikologis pada anak-anak akan melahirkan trauma
berkepanjangan yang kemudian dapat melahirkan sikap tidak sehat, seperti
minder, takut yang berlebihan, perkembangan jiwa terganggu, dan akhirnya
berakibat pada keterbelakangan mental. Keadaan tersebut kemungkinan dapat
menjadi suatu kenangan buruk bagi anak korban pencabulan tersebut. Peran aktif
dari para aparat penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan kesusilaan
sangat diperlukan. Eskalasi kekerasan terhadap anak setiap hari terus meningkat,
padahal di dalam KUHP (Kitap Undang-Undang Hukum Pidana) telah termaktub
aturan hukum tentang pencabulan.
Semakin meningkatnya kejahatan terhadap anak harus diantisipasi
dengan memfungsikan instrumen hukum pidana secara efektif melalui penegakan
hukum dengan cara mengupayakan penanggulangan terhadap perilaku yang
melanggar hukum yang bersifat preventif dan represif. Hal ini merupakan tujuan
pemidaan yang tercantum dalam Konsep Rancangan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) Tahun 2008 Bab III Pasal 51 ayat (1) yaitu: 1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan penegakan norma hukum demi
pengayoman Negara dan masyarakat.
2. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan
membimbing agar terpidana insyaf dan menjadikannya sebagai anggota
masyarakat yang berbudi berguna.
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Salah satu dari pelaksana hukum yaitu hakim. Hakim diberi wewenang
oleh undang-undang untuk menerima, memeriksa serta memutus suatu perkara
pidana. Oleh karena itu hakim dalam menangani suatu perkara harus dapat
berbuat adil. Seorang hakim dalam memberikan putusan kemungkinan
dipengaruhi oleh hal yang ada pada dirinya dan sekitarnya karena pengaruhi dari
faktor agama, kebudayaan, pendidikan, nilai, norma, dan sebagainya sehingga
dapat dimungkinkan adanya perbedaan cara pandang sehingga mempengaruhi
pertimbangan dalam memberikan keputusan (Oemar Seno Aji, 1997: 12).
Hakim dalam mengambil suatu keputusan atau vonis, memang bukan
suatu masalah yang sulit. Pekerjaan membuat suatu putusan merupakan pekerjaan
rutin yang setiap hari dilakukan. Namun demikian, justru karena rutinitas tersebut
seringkali hakim mengabaikan standar normatif yang harus ditempuh untuk
membuat suatu putusan. Kondisi tersebut bisa dilihat pada pertimbangan hukum
yang diambil para majelis hakim ketika mengambil suatu putusan. Banyak
pertimbangan hukum yang dibuat secara asal-asalan, bahkan apabila hal tersebut
hanya menyangkut perkara-perkara pasaran yang setiap hari ditanganinya. Hal ini
menyebabkan di lingkungan pengadilan masih sedikit ditemukan putusan hakim
yang mempunyai kualitas ilmiah untuk dapat dikaji secara akademik bagi
pengembangan hukum (Satjipto Rahardjo, 2000:20).
Putusan dari hakim merupakan sebuah hukum bagi terdakwa pada
khususnya dan menjadi sebuah hukum yang berlaku luas apabila menjadi sebuah
yurisprudensi yang akan diikuti oleh para hakim dalam memutus suatu perkara
yang sama. Apabila suatu perkara yang diputus sudah keliru dan pada akhirnya
menjadi sebuah yurisprudensi, maka yang terjadi adalah tidak terciptanya keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa seperti yang dicantumkan dalam setiap
putusan hakim, khususnya dalam pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak
korban pencabulan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. umur seharusnya hakim memperhatikan akibat-akibat yang timbul dari
adanya suatu perbuatan tersebut baik aspek psikis maupun aspek psikologis dari
korban, sehingga dalam putusannya dapat memuaskan rasa keadilan bagi korban
dan masyarakat. Melihat kenyataan tersebut maka sudah seharusnya hukum
pidana memberikan sanksi yang setimpal bagi pelaku kejahatan tersebut sehingga
supremasi hukum benar-benar ditegakkan dan tercipta ketertiban dalam
masyarakat. Disamping itu, sanksi tersebut diharapkan memberikan efek jera bagi
pelaku kejahatan sehingga tidak akan mengulangi perbuatannya dimasa
mendatang serta mencegah orang lain agar tidak melakukan kejahatan tersebut
karena suatu ancaman sanksi yang cukup berat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
masalah tersebut dengan judul : ANALISIS PEMIDANAAN DALAM
TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DI BAWAH
UMUR (STUDI PUTUSAN NOMOR: 418/PID.B/2008/PN.SKA)
The Effect Of Work Culture Change Program And Employee Motivation On Employee Performance At The Bank Indonesia Representative Office (Kpwbi) Purwokerto
This study analyzes the effect of the program of changing work culture and employee motivation on employee performance at KPwBI Purwokerto. Every employee is required to be able to perform high through changes in organizational culture that are carried out as an effort to achieve the organization's vision and mission. However, internalization carried out for all employees received different responses and responses so that it affected employee motivation and performance.The method used in this study is through data collection which is carried out using a questionnaire or questionnaire technique, namely the method of data collection carried out by asking respondents to answer a list of questions that have been prepared and the type of research conducted in the form of causal associative, namely research that aims to analyze the relationship or influence between two or more variables and analyze the influence between variablesThese various responses will have an impact on the organization so that the success of the organization will depend on the results of the changes in work culture carried out. Based on the analysis, the influence of work culture on employee performance is positive and work motivation on employee performance is positive.Keywords:Â Work Culture, Work Motivation, Employee Performanc
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISIAN BARANG OTOMATIS MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL (PLC)
In General, the conveyor is a mechanical system which serves to move goods from one place to another. Weakness of the conveyor is not having flexibility as a location object is not fixed.
On this research made a charging system architecture and packaging automated objects using the Programmable Logic Controller (PLC). The purpose of the system is to produce optimum charging system performance and packaging items that are created automatically.
This system consists of 3 (three) parts based on the function and purpose of each, namely controllers, input, and output. Control system used is the PLC Omron CPM2A-type with a ladder diagram as an application program on the CX-Programmer. The input being used is an Infrared sensor that is able to detect the presence of objects. The output is dc motor and dc motor gearbox is used as activator of conveyor, and heaters used attach the plastic tool.
The test results show that the system works well and has a good sensor accuracy for detecting objects. PLC simulator system design expected this to provide ease of automation system in the study of the industry.
Keywords: Conveyor, Programmable Logic Controller (PLC), Input, Output,Ladder Diagrams, The CX-Programmer, Infrared, Motor, DC Motor Gearbox
Sentiment Analysis Tasks Menggunakan Metode Klasifikasi Machine Learning (Studi Kasus Repository Review Movie) Menggunakan Weka
Sebuah proses pengambilan informasi berkualitas tinggi dari sebuah teks yang akan diproses disebut sebagai text mining. Informasi tersebut biasanya diperoleh melalui peramalan pola dan berbagai kecenderungan melalui sarana seperti pembelajaran pola statistik. Adapun pada saat ini, jumlah arus informasi yang sangat besar telah tersedia dalam dokumen online. Penambangan teks (text mining) berkembang dari kebutuhan untuk memproses data tak terstruktur (unstructured data) dalam bentuk teks. Penambangan teks diturunkan dari penambangan data (data mining) dan karenanya banyak memiliki kesamaan metode dalam penerapannya. Sebagai bagian dari upaya untuk lebih mengatur informasi tersebut bagi pengguna, maka dilakukan penyelidikan masalah agar teks dapat terkategorisasi secara otomatis. Makalah ini membahas tentang pemrosesan text mining menggunakan berbagai macam metode klasifikasi yang digunakan untuk dapat mengetahui seberapa besar tingkat peminatan pemirsa terhadap sebuah acara review film. Dataset yang digunakan pada penelitian ini berasal dari sebuah data berita. Dataset yang disediakan terdiri dua direktori yakni direktori pos dan neg pada direktori data_review_film dalam penelitian ini. Data ini merupakan data opini publik tentang sebuah proses review film yang kemudian akan dilakukan prediksi berapakah jumlah opini tersebut yang merupakan kombinasi kemungkinan dari review positif dan negatif. Pada bagian pembahasan dilakukan perbandingan untuk masing-masing metode klasifikasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini, algoritma klasifikasi NaĂŻve Bayes merupakan algoritma yang paling efektif dibandingkan dengan algoritma lainnya
PENINGKATAN KUALITAS KOPI PINANGGIH MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PASCAPANEN GREEN HOUSE
Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% kopi arabika dan 26% kopi robusta, sisanya jenis lain. Ada empat jenis kopi, yaitu kopi arabika, robusta, liberika, dan kopi ekselsa. Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang merupakan salah satu desa yang mempunyai potensi lokal yang sangat menarik, salah satunya adalah kopi robusta. Salah satu produk olahan kopi yang ada di desa tersebut adalah Kopi Pinanggih. Kopi Pinanggih memiliki aroma yang khas dibandingkan kopi-kopi lainnya, yaitu beraroma gula aren. Hal ini karena di sekitar tanaman kopi juga tumbuh tanaman aren. Kopi ini dijadikan sebagai produk unggulan desa oleh masyarakat setempat. Sebagai produk unggulan desa, peningkatan kualitas kopi perlu diperhatikan. Hal yang perlu dilakukan adalah penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen dapat dilakukan dengan penerapan teknologi pascapanen dalam proses pengeringan kopi, yaitu teknologi green house. Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan teknologi pascapanen pada pengeringan kopi buah cerry merah. Sedangkan metode yang diterapkan adalah pelatihan penanganan pascapanen dan pembuatan green house kopi. Adapun hasil yang diperoleh adanya green house dapat memberikan dampak yang baik, yaitu proses pengeringan berjalan lebih cepat dan merata, daya tampung yang relative banyak, dan kualitas kopi yang dihasilkan lebih baik.Kata kunci : Kopi Pinanggih, Teknologi Pascapanen, Green Hous
Juridical Review of Notary Deeds Signing which not Performed Simultaneously by Appearing before Notary
In carrying out the authority, duties and functions of a Notary, as an authentic deed maker, the problem of reading, and signing the parties has been regulated in the Law that regulates . However, in practice, sometimes the parties are unable to attend or cannot attend at the same time because the parties are running urgent business. This study aims to find out the provisions regarding the signing of the deed according to the Notary Position Act, and to find out the legal consequences if the notary deed does not meet the Verlijden principle. The approach method in this research is a normative juridical research method. The method of data analysis using the law is carried out by examining library materials or mere secondary materials. Based on the research, it can be concluded that the implementation of the provisions for signing the deed which is not carried out simultaneously in practice often occurs as long as it is done on the same day, whereas if the day and date of the signing are different, the Notary asks for a power of attorney from parties who are not present by including the contents of the power of attorney
- …