5 research outputs found
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Background: Breastmilk (ASI) is milk produced by humans for consumption by infants and is the main source of nutrition for infants who cannot digest solid food. What is meant by exclusive breastfeeding here is breastfeeding for 6 months without other additional foods such as formula milk, oranges, honey, tea water, water and solid foods such as bananas, papaya,milkporridge, biscuits, rice porridge, and the team from birth to baby. 6 months old. Purpose: To determine the relationship between maternal knowledge and exclusive breastfeeding in Ringinsari Village, Kediri Regency. Methods: The study design was descriptive correlative with a cross sectional approach. The sample of the study was taken with the purposive Sampling technique. The independent variable is Mother's Knowledge. The dependent variable is exclusive breastfeeding. Data collection using a questionnaire. Statistical test using the Chi Square Correlation test. Results: Most of the respondents in Ringinsari Village, Kediri Regency have good knowledge, namely 21 people (39,6%) from a total of 53 people. Half of the respondents who did not provide exclusive breastfeeding were 34 people (64,15%) from a total of 53 people.
Conclusion: there is a relationship between maternal knowledge and exclusive breastfeeding.
Keywords: Mother's Knowledge, Exclusive Breastfeedin
Maternal health literacy and adherence to recommended ANC contact among pregnant women in Indonesian
Maternal health literacy (MHL) equips pregnant women to seek timely Antenatal care (ANC). Through ANC, health workers can provide education that contributes to reducing the maternal mortality rate. This research aims to investigate the relationship between MHL and adherence to recommended ANC contacts and explore how mothers experience accessing ANC. The study design was a mixed-method study. A total of 305 pregnant women with various characteristics participated in this study. Quantitative data analysis used simple linear regression, while qualitative used Collaizi's strategy. The research found a positive relationship between MHL and adherence to recommended ANC contact with R2 = 0.18; F(1, 303) = 6.533, p < 0.05. Three themes represented the phenomenon of pregnant women in carrying out ANC: 1) perceptions about ANC, 2) challenges faced by pregnant women in accessing recommended ANC contact, and 3) supporting factors in doing routine ANC contact. Pregnant women with higher MHL have higher adherence to ANC contact. Health workers and policymakers can involve the results of this research in efforts to revise or make policies related to increasing pregnant women's ANC contacts
Mencuci Tangan Yang Benar Di SDN Gempolan I dan II Gurah Kediri āPAK PUNG SACIPUTRIā
Berdasarkan hasil observasi SDN Gempolan sudan memiliki fasilitas untuk mencuci tangan, akan tetapi sebagian besar siswa tidak mengetahui prosedur mencuci tangan dengan benar. Pendataan yang kami lakukan jumlah anak usia sekolah 45 orang, anak usia sekolah tidak melakukan cuci tangan setelah bermain. Anak usia sekolah banyak yang tidak melakukan cuci tangan dengan baik dan benar terlebih dahulu dan setelah bermain tidak mencuci tangan. Anak usia sekolah juga banyak yang terlihat jajan sembarangan. Berdasarkan fenomena diatas maka kami tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan berbagai penyakit, salah satunya dengan cara mengajarkan teknik cuci tangan secara baik dan benar. Seluruh Siswa di SDN Gempolan I dan II Kab. Kediri. Target : Seluruh Siswa yang ada di SDN. Manfaat Mencuci Tangan Dengan Benar: Membuang kotoran yang menempel di tangan, Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan dan Mencegah penularan kuman penyakit/ infeksi pada orang lain. Waktu Yang Diharuskan Mencuci Tangan. Jika tangan terasa dan tampak kotor, Sebelum dan sesudah memegang anak, Sebelum dan sesudah makan/ memegang makanan atau minuman, Sesudah memegang benda-benda yang kemungkinan mengandung kuman penyakit seperti muntahan, darah, cairan tubuh lainnya, Sebelum memberikan / minum obat
Berdasarkan hasil observasi SDN Gempolan sudan memiliki fasilitas untuk mencuci tangan, akan tetapi sebagian besar siswa tidak mengetahui prosedur mencuci tangan dengan benar. Pendataan yang kami lakukan jumlah anak usia sekolah 45 orang, anak usia sekolah tidak melakukan cuci tangan setelah bermain. Anak usia sekolah banyak yang tidak melakukan cuci tangan dengan baik dan benar terlebih dahulu dan setelah bermain tidak mencuci tangan. Anak usia sekolah juga banyak yang terlihat jajan sembarangan. Berdasarkan fenomena diatas maka kami tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan berbagai penyakit, salah satunya dengan cara mengajarkan teknik cuci tangan secara baik dan benar. Seluruh Siswa di SDN Gempolan I dan II Kab. Kediri. Target : Seluruh Siswa yang ada di SDN. Manfaat Mencuci Tangan Dengan Benar: Membuang kotoran yang menempel di tangan, Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan dan Mencegah penularan kuman penyakit/ infeksi pada orang lain. Waktu Yang Diharuskan Mencuci Tangan. Jika tangan terasa dan tampak kotor, Sebelum dan sesudah memegang anak, Sebelum dan sesudah makan/ memegang makanan atau minuman, Sesudah memegang benda-benda yang kemungkinan mengandung kuman penyakit seperti muntahan, darah, cairan tubuh lainnya, Sebelum memberikan / minum oba
Penggunaan Gadget dengan kejadian stunting di TK Dharma Wanita II Desa Dukuh Kediri
Stunting adalah kondisi kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan( HPK). Kejadian stunting atau balita pendek ini dapat dilihat dari tinggi badan yang kurang apabila dibandingkan umurnya (Kemenkes RI, 2019). Tahun 2020 PBB tercatat sekitar 22% (149 juta) balita didunia mengalami stunting dan sekitar 6,3% terdapat di Indonesia (Kemenkes RI, 2019 ). Di Indonesia balita stunting sekitar 21,6% sedangkan target yang ingin dicapai pada tahun 2024 adalah 14% (KemenKes (2018). Dapat disimpulkan bahwa masalah Kesehatan stunting di Indonesia masih cukup tinggi (Q. Falmuariat, 2022). Akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama pada usia ini bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki. Semakin dini stunting dicegah maka akan semakin baik hasilnya dan ini perlu memerlukan perubahan perilaku. Fenomena yang terjadi sekarang beberapa orang tua sering memberikan gadget pada anak untuk membantu pekerjaan mengasuh anak (Ameliola. S. 2013). Dengan meningginya screen time viewing membuktikan sangat berpengaruhnya media elektronik dapat mempengaruhi status gizi Yang menjadi salah satu dampak negatif pemberian gadget pada anak karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak (Widiawati,2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan Gadget dengan kejadian stunting di TK Dharma Wanita II Desa Dukuh Kediri. Metode yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif dengan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control, sampel menggunakan 45 anak usia 4-7 tahun, instrument yang digunakan menggunakan data primer yang didapatkan melalui pengisian kuesioner dan pemeriksaan fisik (TB,BB,Lingkar lengan dan lingkar kepala). Hasil penelitian didapatkan nilai signifikansi (Sig) adalah 0,110 yang lebih besar dari nilai Ī± (0,05), oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan kejadian stuntin
Mainstreaming Smart Agroforestry for Social Forestry Implementation to Support Sustainable Development Goals in Indonesia: A Review
The increasing need for forest resources and cultivated land requires a solution in forest management to realize sustainable land use. Smart agroforestry (SAF) is a set of agriculture and silviculture knowledge and practices that is aimed at not only increasing profits and resilience for farmers but also improving environmental parameters, including climate change mitigation and adaptation, biodiversity enhancement, and soil and water conservation, while assuring sustainable landscape management. SAF, a solution for land management systems to reduce the rate of deforestation, is a smart effort to overcome the food crisis and mitigate climate change that is prospectively applied mainly in the social forestry area. Optimized forest land utilization could be achieved by implementing SAF and applying silvicultural and crop cultivation techniques to optimize productivity and meet sustainability and adaptability goals. This paper reviews the existing conditions, opportunities, and challenges in the mainstreaming of SAF in social forestry implementation to support the Sustainable Development Goals in Indonesia. Mainstreaming SAF should include policy innovation and regulation implementation, the use of appropriate technology, and compromises or trade-offs among benefits, risks, and resources. SAF is a strategy to revive the rural economy and community prosperity through the optimal use of local resources as well as a form of smart landscape and land-use management that has significant roles in soil and water conservation, bioenergy, climate change responses, and enhanced biodiversity conservation