39 research outputs found
Strategi Pemasaran Usaha Mikro Pengolahan Kulit Manggis KWT Sri Lestari Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
ABSTRAK
Strategi pemasaran diperlukan dalam penyusunan perencanaan pemasaran agar dapat bersaing dalam bisnis. Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi segmenting, targeting dan positioning Marishtone dan strategi bauran pemasaran olahan kulit manggis KWT Sri Lestari.
Metode penelitian yang digunakan studi kasus. Lokasi penelitian di KWT Sri Lestari. Pemilihan lokasi secara purposive sampling. Sample diambil dari pengurus KWT Sri Lestari sebagai informan kunci dan anggota sebagai informan biasa. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisis.
Segmentasi secara geografis tidak ada pengkhususan, namun baru melayani pasar Purworejo, Magelang dan Yogyakarta. Segmentasi demografis adalah konsumen dewasa sampai lanjut usia, tidak membedakan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan kelas sosial. Segmentasi psikologis adalah konsumen yang ingin sembuh dari penyakit kanker dengan mengkonsumsi obat herbal.
Segmen pasar yang dilayani adalah penderita kanker yang memerlukan obat herbal berbahan kulit manggis, dewasa sampai lansia, laki-laki maupun perempuan. Positioning Marishtone berdasarkan manfaat. Bauran pemasaran dari strategi produk adalah produk herbal alami berbahan kulit manggis. Strategi harga yang dilakukan dengan menetapkan harga yang terjangkau semua kalangan. Strategi distribusi yang dilakukan dengan distribusi langsung dan melalui pengecer (toko obat herbal). Promosi dilakukan dengan mengikuti pameran, menyebarkan leaflet, melalui radio, dan promosi word of mouth
Pengenalan Digital Marketing dalam Pemasaran Produk Pertanian Untuk Petani Milenial Desa Wonotulus Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo
Abstrak: Saat ini era digital telah menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan termasuk bisnis di bidang pertanian. Ada keprihatinan besar terkait dengan kondisi petani saat ini. Produk pertanian berlimpah tetapi harga produk pertanian dan kebutuhan pokok terus mengalami peningkatan. Sedangkan di sisi lain petani sebagai produsen mendapatkan harga jual yang rendah. Penyebab rendahnya harga jual di tingkat petani adalah panjangnya rantai distribusi dan ketergantungan petani pada tengkulak. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan upaya untuk meningkatkan posisi tawar petani dengan cara menghubungkan petani langsung kepada konsumen. Cara tersebut adalah pemasaran secara online. Tujuan pengabdian masyarakat adalah memperkenalkan digital marketing kepada petani milenial desa Wonotulus. Dengan adanya kegiatan ini, petani diharapkan lebih memahami pentingnya penggunaan sosial media untuk mendukung kegiatan pemasaran produk pertanian. Metode pengabdian masyarakat dilakukan dengan penyuluhan dilanjutkan dengan diskusi. Kegiatan pengabdian masyarakat diberikan kepada pengurus dan anggota Karang Taruna desa Wonotulus kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo. Karang Taruna desa Wonotulus sebagai objek pengabdian karena beranggotakan petani muda yang aktif dalam mengelola pertanian dengan baik. Peserta cukup antusias terhadap kegiatan ini dan mengharapkan dilakukan tindak lanjut pelatihan dan pendampingan.Abstract: The digital era has touched all aspects of life including agricultural business. Concern about the fate of farmers because the product is abundant but the price is getting more expensive. Likewise food prices have also increased. On the other hand, farmers get a low selling price. The reason for the low selling price at the farm level is the long distribution chain, farmers' ability to sell products is low and highly dependent on middlemen. In order to increase the bargaining position of farmers, it is necessary to establish a sales system from farmers directly to consumers. That system is online marketing. The purpose of this activity is to introduce digital marketing to millennial farmers in Wonotulus village. Thus farmers understand the importance of using the social media in marketing. The method used is counseling and discussion. The object of activity is the manager and members of Karang Taruna Wonotulus village. It was chosen as the object of activity because it consists of young farmers who are active in managing agriculture. The participants' responses were very enthusiastic, and requires digital marketing training and mentoring
Risiko Pendapatan Dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Pada Usahatani Pepaya California Di Dataran Tinggi Kabupaten Purworejo
This study aims to determine: (1) the amount of production and income of California papaya farming; (2) the magnitude of the risk of production and income risk of California papaya farming; (3) farmer's behavior in facing the risk of California papaya farming income. The method used in this research is the descriptive method with the research location selected Cepedak Village, Bruno District. The number of research samples was 48 farmers who cultivated California papayas and at least harvested the papaya once. The research data were obtained using the method of observation, interviews, recording, and documentation. The results showed that the average production of the California papaya was 9109 kilograms. The average income of California papaya farming is IDR 19,585,850.00. The risk of California papaya farming production was 19.75% and the income risk of California papaya farming was 18.83%. The risk of production and income of California papaya farming is in the low-risk category because the CV value is <1 (production CV is 0.197 and income CV is 0.188). California papaya farmers have 25 risk lover behavior (52.08%), 19 risk-neutral behavior (39.58%), and 4 risk averter behavior (8.34%). This shows that most of the California papaya farmers have risk lover behavior in taking risks.
 
Distribusi Benih Jagung Manis “VIRGINIA” Pada Masa Pandemi Covid-19 di PT Tunas Agro Persada Kabupaten Boyolali
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui penjualan benih jagung manis Virginia sebelum dan saat pandemic covid-19; 2) mengetahui saluran distribusi benih jagung manis Virginia pada masa pandemi covid-19; dan 3) mengetahui kendala dan solusi distribusi benih jagung manis Virginia di masa pandemi covid-19. Metode penelitian adalah studi kasus di PT Tunas Agro Persada Kabupaten Boyolali. Pemilihan sampel lokasi secara purposive sampling. Responden yang dijadikan sampel adalah Kepala Cabang, Manajer Pemasaran, Manajer Produksi, Staf Pemasaran, dan Bagian Personalia. Analisis data secara deskriptif analitis. Data yang diambil adalah data penjualan tahun 2019 (sebelum pandemic covid-19) dan data penjualan tahun 2020 (masa pandemi covid-19). Hasil analisis menunjukkan bahwa penjualan benih jagung manis Virginia sebelum pandemi dan masa pandemi mengalami kenaikan dengan daerah penjualan tertinggi Jawa Timur. Saluran distribusi yang digunakan PT Tunas Agro Persada adalah saluran distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung. Kendala yang dihadapi PT Tunas Agro Persada adalah keterlambatan pengiriman, kemacetan lalu lintas, dan infrastruktur yang kurang baik. Solusi untuk mengatasi kendala dengan menggunakan penyedia kurir distribusi yang tersedia di daerah penjualan, sosial media, dan melalui jalan tol yang bebas hambatan agar barang lebih cepat sampai ke konsumen.
Kata Kunci: benih jagung manis Virginia, masa pandemi, distribus
Pelatihan Business Model Canvas (BMC) Untuk Pengembangan Startup Mahasiswa
Abstrak: Perguruan Tinggi diharapkan berkontribusi dalam menghasilkan lulusan yang berperan dalam penyerapan tenaga kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Hal tersebut dapat terwujud melalui kegiatan kewirausahaan yang dijalankan mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Purworejo melakukan pendampingan startup mahasiswa melalui Inkubator Bisnis. Hasil survei menunjukkan bahwa belum semua startup mahasiswa melakukan strategi pengembangan bisnis. Salah satu cara untuk menyusun perencanaan dan pengembangan bisnis dapat dilakukan dengan BMC. Namun demikian belum semua startup membuat BMC untuk pengembangan bisnis. Berdasarkan hasil brainstorming dengan startup mahasiswa maka pengabadian masyarakat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa menyusun BMC untuk pengembanagn bisnis. Metode pelaksanaan kegiatan adalah pelatihan dengan peserta mahasiswa yang memiliki startup bisnis. Jumlah peserta 25 orang. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang BMC, kemampuan menjelaskan komponen BMC, dan mengisi 9 blok BMC sesuai bisnis yang dijalankan. Mahasiswa memerlukan pendampingan berkelanjutan, pelatihan ilmu bisnis yang lain serta jejaring bisnis agar startup lebih cepat berkembang. Abstract: Universities are expected to contribute to producing graduates who play a role in the absorption of labor so as to reduce the problem of unemployment in Indonesia. This can be realized through entrepreneurial activities run by students. Muhammadiyah University of Purworejo provides assistance to start-up students through the Business Incubator. The survey results show that not all start-ups have implemented a business development strategy. One way to develop a business plan can be done with BMC. However, not all start-ups make BMC for business development.The method of implementing the activity is training with student participants who have business start-ups. The number of participants is 25 people. The results of community service show an increase in student knowledge about BMC, the ability to explain the components of BMC, and fill in 9 BMC blocks according to the business being run. Students need ongoing assistance, training in other business knowledge and business networks so that start-ups can grow faster. Abstrak: Perguruan Tinggi diharapkan berkontribusi dalam menghasilkan lulusan yang berperan dalam penyerapan tenaga kerjasehingga mengurangi masalah pengangguran di Indonesia. Hal tersebut dapat terwujud melalui kegiatan kewirausahaan yang dijalankan mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Purworejo melakukan pendampingan startup mahasiswa melalui Inkubator Bisnis. Hasil survei menunjukkan bahwa belum semua startup mahasiswa melakukan strategi pengembangan bisnis. Salah satu cara untuk menyusun perencanaan dan pengembangan bisnis dapat dilakukan dengan BMC. Namun demikian belum semua startup membuat BMC untuk pengembangan bisnis. Berdasarkan hasil brainstorming dengan startup mahasiswa maka pengabadian masyarakat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa menyusun BMC untuk pengembanagn bisnis. Metode pelaksanaan kegiatan adalah pelatihan dengan peserta mahasiswa yang memiliki startup bisnis. Jumlah peserta 25 orang. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang BMC, kemampuan menjelaskan komponen BMC, dan mengisi 9 blok BMC sesuai bisnis yang dijalankan. Mahasiswa memerlukan pendampingan berkelanjutan, pelatihan ilmu bisnis yang lain serta jejaring bisnis agar startup lebih cepat berkembang. Abstract:Universities are expected to contribute to producing graduates who play a role in the absorption of labor so as to reduce the problem of unemployment in Indonesia. This can be realized through entrepreneurial activities run by students. Muhammadiyah University of Purworejo provides assistance to start-up students through the Business Incubator. The survey results show that not all start-ups have implemented a business development strategy. One way to develop a business plan can be done with BMC. However, not all start-ups make BMC for business development.The method of implementing the activity is training with student participants who have business start-ups. The number of participants is 25 people. The results of community service show an increase in student knowledge about BMC, the ability to explain the components of BMC, and fill in 9 BMC blocks according to the business being run. Students need ongoing assistance, training in other business knowledge and business networks so that start-ups can grow faster
Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Manggis Di Kelompok Wanita Tani Sri Lestari Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
The purpose of this study 1) the process of making mangosteen peel tea, pure mangosteen peel powder, instant mangosteen peel powder, mangosteen peel powder capsules, and mangosteen fruit juice in Somongari village, Kaligesing district, Purworejo district, 2) the magnitude of the added value of processed mangosteen skin powder into mangosteen skin powder mangosteen, mangosteen peel capsules, pure mangosteen peel powder, instant mangosteen peel powder and mangosteen juice in the Sri Lestari Farmer Women's Group Somongari Village Kaligesing District Purworejo District. The research method used was a case study, data were analyzed using descriptive analysis. A sample of 5 people consisted of key informants and ordinary informants. Value-added analysis using the Hayami Method. The results showed that the process: 1) Mangosteen skin tea is fresh mangosteen then split (take the skin), washed, chopped, dried, sorted and finally packaged (packaged), 2) Mangosteen skin capsules are fresh mangosteen (take soft skin), washed, dried, grinded, sifted, put the powder into capsules and finally packaged, 3) Mangosteen skin pure powder that is fresh mangosteen split (take soft skin), washed, dried, ground, sifted, sifted and packaged (packaged), 4) Instant skin powder mangosteen, namely fresh mangosteen (take soft skin), washed, dried, ground, sifted, cooked powder with added brown sugar and water to form crystals and finally packing (packing), 5) Mangosteen juice namely mangosteen freshly washed, split take meat fruit and separate seeds, boiling (cocktail) then blender and boil back to the last packing. The added value of mangosteen skin tea is IDR 32,177.03, mangosteen skin capsule is IDR 315,190.96, pure mangosteen skin powder is IDR 64,598.85, instant mangosteen skin powder is IDR 72,484.21 and mangosteen juice is IDR 37,926.81
Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Kasus: P-IRT Tempe Syafira Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo)
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui besarnya Break Even Point di IRT Tempe Syafira, 2) Mengetahui berapa persen tingkat Margin Of Safety di IRT Tempe Syafira, 3) Mengetahui Perencanaan Laba di IRT Tempe Syafira. Metode penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan di Industri Rumah Tangga Tempe Syafira Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Penentuan daerah penelitian secara purposive (sengaja). Sampel industri ditentukan dengan teknik samping purposive. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan break even point. Hasil penelitian bahwa Break Even Point unit dan Break Even Point sales selama 10 bulan terhitung dari bulan Agustus tahun 2021 hingga bulan Mei tahun 2022 mengalami fluktuatif. Break Even Point unit tertinggi pada bulan Mei yaitu 11.817 dan terendah bulan Januari yaitu 7.689 dengan rata-rata 98.405 unit. Break Even Point sales tertinggi pada bulan Mei yaitu Rp 75.680.373 dan terendah pada bulan Januari yaitu Rp 31.491.045 dengan rata-rata Rp 414.209.417. Perhitungan Margin Of Safety tertinggi pada bulan Januari yaitu 77% dan terendah pada bulan Mei yaitu 36% sedangkan rata-rata dalam 10 bulan yaitu 66%. Perencanan laba tertinggi pada bulan Januari sebesar Rp 88.947.896,00 dan terendah pada bulan Mei yaitu Rp 28.679.422,00 sedangkan rata-rata selama 10 bulan yaitu Rp 66.180.974,00. Berdasarkan hasil analisis break even point membuktikan bahwa Industri Rumah Tangga Tempe Syafira dinyatakan telah mencapai titik impas atau hasil produksi dan hasil penjualan melebihi break even point unit dan break even point sales.
Kata Kunci: BEP, Margin Of Safety, Perencanaan Lab
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Usahatani Sayuran di Desa Babadsari Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen
This study aims to determine: (1) the pattern of farming yard (2) the cost, revenue, profitability and feasibility of each commodity vegetable farming, (3) the feasibility of each commodity, (4) comparison of the feasibility of each commodity vegetables to household incomes of farmers, (5) contribution to total revenues of all vegetable crops against household income of farmers. The method used in this research is a survey. The study population was 76 farmers, and a sample of 43 farmers was taken with an error rate of 10%. Sampling using proportional random sampling method. Data analysis used descriptive analysis, farming analysis, farming feasibility, and contribution. The results of the analysis show that: (1) The cropping pattern used is crop rotation, (2) The costs incurred for cultivating pulled spinach Rp. 1,034,073.66, income Rp. 7,471,120, 97 and profit Rp. 6,934,693.78. Costs incurred for green mustard cultivation amounted to Rp. 1,041,226.26, income Rp. 6,598,702.20 and profit Rp. 6,042,122.58. Costs incurred for cultivating kale Rp. 958,295.61; income Rp. 4,001,934.82 and profit Rp. 3,468,797.41, (3) Farming all types of vegetables in the yard in Babadsari Village is feasible to cultivate, (4) The contribution value obtained from the cultivation of spinach is 93.62%, the contribution value obtained from cultivation green mustard is 82.69%, while the contribution value obtained from kale cultivation is 50.20% and (5) The contribution value obtained by Babadasari Village farmers from yard land cultivation is 56.70%, so the contribution of home garden farming is categorized as high.
Keywords: optimization, contribution, land yard, farm vegetables
 
PELATIHAN ANALISIS USAHA BUMDESA DESA BANJARSARI KABUPATEN PURWOREJO
ABSTRAKBadan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dibentuk dengan maksud dan tujuan meningkatkan perekonomian desa dengan cara mengelola potensi produkstif desa sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. BUMDesa diharapkan mampu menjadi penggerak utama ekonomi desa sekaligus mempercepat pemerataan pembangunan di desa. Oleh sebab itu, upaya serius perlu dilakukan oleh pengurus BUMDesa dan Pemerintah Desa agar pengurusan BUMDesa berjalan dengan efektif, efisien, professional, dan mandiri. Melalui mekanisme self help dan member-based, BUMDesa membuka peluang partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan dalam mendayagunakan potensi produktif desa. Akan tetapi, pengurus bersama dengan Pemerintah Desa juga perlu menciptakan aturan main bersama dengan stakeholders lainnya agar usaha BUMDesa tidak dikuasai oleh kelompok tertentu di tingkat desa. Sebagai salah satu BUMDesa yang ada di Kabupaten Purworejo, BUMDesa Banjarsari baru mempunyai satu jenis usaha, yaitu penyewaan Gedung. Akan tetapi, pengurusan Gedung sebagai asset produktif milik BUMDesa belum dilakukan dengan baik sebab kemampuan manajerial pengurus BUMDesa Desa Banjarsari Kecamatan Purwodadi belum memadai. Pengurus BUMDesa belum melakukan analisis usaha maupun analisis keuangan dalam menjalankan usahanya tersebut. Kondisi tersebut memotivasiTim pengabdian masyarakaat untuk memberikan pelatihan analisis usaha serta penyusunan laporan keuangan agar usaha yang dikelola BUMDesa Desa Banjarsari dapat berjalan dengan baik, menghasilkan keuntungan, dan berkelanjutan. Pelatihan yang diberikan diharapkan memperkuat kapasitas kelembagaan BUMDesa Desa Banjarsari. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan bahwa pengurus BUMDesa sangat bersemangat dalam mengikuti pelatihan. Hal ini diketahui selama sesi diskusi dan tanya jawab. Peserta yang merupakan pengurus BUMDesa bahkan mengharapkan agar kegiatan pelatihan semacam ini diberikan secara terjadwal dan terprogram agar pengurus benar-benar paham dan kemudian percaya diri dalam mengelola usaha BUMDesanya. Kesimpulan yang diambil di akhir sesi pelatihan, BUMDesa Banjarsari perlu diberikan pendampingan, pelatihan, dan transfer Ipteks pengurusan BUMDesa secara berkesinambungan serta menjalin kemitraan dengan pelaku bisnis lain agar bisnisnya lebih cepat berkembang. Kata kunci: BUMDesa; pengurusan badan usaha; analisis usaha; laporan keuangan ABSTRACTVillage-Owned Enterprises (VOEs) were formed to improve the village economy by managing the productive potential of the village by the needs of the community. Therefore, serious efforts need to be made by the VOEs administrators and the Village Government so that the administrators of VOEs run effectively, efficiently, professionally, and independently. Through self-help and member-based mechanisms, VOEs open opportunities for the participation of the village community as a whole in utilizing the productive potential of the village. However, the administrators along with the Village Government also need to create rules of the game together with other stakeholders so that the VOEs business is not controlled by certain groups at the village level. As one of the VOEs in Purworejo Regency, the VOEs Banjarsari just has one type of business, namely building rentals. However, the management of the building as a productive asset belonging to VOEs has not been carried out properly because the managerial capabilities of the VOEs administrators, Banjarsari Village, Purwodadi District are not yet adequate. The VOEs administrators have not conducted a business analysis or financial analysis in running the business. The condition motivates the community service team of Universitas Muhammadiyah Purworejo to provide training in business analysis and preparation of financial reports for the administrators so that they can run the business well, generate profits, and be sustainable. The training provided is expected to strengthen the institutional capacity of the Banjarsari village-owned enterprise. The results showed that they were very enthusiastic about participating in the training as well as they expect more that such training activities are provided on a scheduled and programmed basis so that they get better to understand and also be confident in managing the business. The findings show that administrators need to be provided with assistance, training, and transfer of science and technology to manage VOE on an ongoing basis and establish partnerships with other business actors so that the business will be able to grow faster. Keywords: village-owned enterprises; business entity management; business analysis; financial report
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Anyaman Bambu (Lambar) di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen
(Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) proses pembuatan anyaman bambu lambar di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen, 2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi lambar Di desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif. Sampel sejumlah 75 orang, ditentukan dengan mengaplikasikan rumus Yamane dengan presisi sebesar 10 %. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis faktor produksi menggunakan uji regresi linear berganda. Analisis data menggunakan analisis fungsi produksi, analisis biaya produksi dan analisis kelayakan. Hasil penelitian diketahui bahwa proses pembuatan anyaman bambu lambar yaitu proses pengulitan dan pembelahan bambu, membuat iratan, penghalusan iratan, penjemuran iratan dan penganyaman (pembuatan lambar). Faktor produksi yang berpengaruh signifikan pada produksi lambar adalah iratan pendek, iratan panjang, modal kerja dan tenaga kerja dalam keluarga, sedangkan pengalaman usaha dan umur responden tidak berpengaruh signifikan