88 research outputs found
PENGARUH DURASI PEMBERIAN TEPUNG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale var. Amarum) TERHADAP PERFORMA AYAM KAMPUNG SUPER
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi pemberian tepung jahe
emprit terhadap performa ayam kampung super yang dipelihara selama 10 minggu.
Sebanyak 100 ekor ayam kampung super umur sehari (DOC) dengan rata-rata bobot
badan 39,14 +4,89 g dibagi menjadi 20 unit percobaandan ditempatkan dalam kandang
litter. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung kuning, bekatul,
bungkil kedelai, poulty meat meal (PMM), premix dan tepung jahe emprit. Pemberian
ransum perlakuan dengan penambahan tepung jahe emprit 2% dimulai pada umur 3
minggu. Parameter yang diamati konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi
ransum. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5
ulangan (masing-masing 5 ekor ayam). Perlakuan yang diterapkan yaitu T0 (kontrol) =
ransum perlakuan tanpa tepung jahe emprit; T1 = ransum perlakuan dengan durasi
pemberian tepung jahe emprit 2 hari dalam seminggu; T2 = ransum perlakuan dengan
durasi pemberian tepung jahe emprit 4 hari dalam seminggu; T3 = ransum perlakuan
dengan durasi pemberian tepung jahe emprit 6 hari dalam seminggu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa durasi pemberian tepung jahe emprit tidak menunjukkan adanya
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum pertambahan bobot badan dan
konversi pakan. Kesimpulan penelitian adalah penambahan tepung jahe emprit 2, 4 dan 6
hari perminggu sebanyak 2% dalam ransum belum mampu meningkatkan konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan
Kata kunci : ayam kampung super, tepung jahe emprit, perform
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM PEMBIBIT FASE PRODUKSI DI PT. CHAROEN POKPHAND JAYA FARM UNIT : FARM SEMARANG 5 - KABUPATEN BREBES
PENGARUH TINGKAT KANDANG DAN PENGGUNAAN AMPAS TEH HITAM DALAM RANSUM TERHADAP PROFIL DARAH PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi interaksi antara sistem kandang
bertingkat dan penggunaan ampas teh hitam dalam ransum terhadap profil darah puyuh
petelur. Ternak yang digunakan adalah 225 ekor puyuh petelur jenis Cortunix-cortunix
japonica dengan bobot badan rata-rata 122 + 8,56 g (CV = 7,03%). Bahan penyusun
ransum terdiri dari bekatul, jagung kuning, bungkil kedelai, poultry meat meal, tepung
kerang, premix, dan ampas teh hitam. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
pola split plot dengan tiga ulangan. Kandang (L) sebagai petak utama terdiri dari 5
tingkat,yaitu tingkat ke-1 (L1), tingkat ke-2 (L2), tingkat ke-3 (L3), tingkat ke-4 (L4), dan
tingkat ke-5 (L5), sedangkan level penggunaan ampas teh (T) sebagai anak petak terdiri
dari T1: 1,5%, T2: 3%, T3: 4,5%. Parameter yang diamati adalah jumlah eritrosit,
hemoglobin, leukosit, dan rasio heterofil/limfosit. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
interaksi (P>0,05) antara tingkat kandang dan penggunaan ampas teh dalam ransum
terhadap parameter yang diamati. Demikian pula baik tingkat kandang maupun ampas teh
secara parsial tidak berpengaruh nyata. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan ampas
teh hitamdalam ransum belum mampu memperbaiki profil darah puyuh petelur yang
dipelihara pada kandang bertingkat,ditandai dengan rendahnya jumlah eritrosit,
hemoglobin, leukosit, dan meningkatnya rasio heterofil/limfosit.
Kata kunci: puyuh petelur; tingkat kandang; ampas teh hitam; profil dara
KUALITAS FISIK PAKAN LENGKAP ITIK BENTUK PELET YANG DIPERKAYA Lactobacillus salivarius
Tujuan penelitan adalah mengkaji kualitas fisik pakan lengkap bentuk pelet yang
diperkaya Lactobacillus salivarius. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah 3 perlakuan 5 ulangan. perlakuan R0 =
pakan lengkap + 0 % Lactobacillus salivarius, R1 = pakan lengkap + 2 % Lactobacillus
salivarius dan R2 = pakan lengkap + 4 % Lactobacillus salivarius. Parameter yang diamati
adalah kualitas fisik (Kadar Air / KA, kekerasan dan durabilitas) pakan lengkap itik bentuk
pelet yang diperkaya Lactobacillus salivarius. Hasil menunjukkan bahwa pakan lengkap
itik bentuk pelet yang diperkaya probiotik BAL mempunyai kualitas fisik: rata-rata KA=
12 %, kekerasan = 65 kg/cm
2
dan durabilitas = 73 β 74%. Kesimpulan penelitian adalah
pakan lengkap itik bentuk pelet yang diperkaya probiotik BAL mempunyai kualitas fisik (
KA, kekerasan dan durabilitas) yang sama dengan pakan itik bentuk pelet tanpa
penambahan Lactobacillus salivarius.
Kata Kunci : Lactobacillus salivarius, teknologi pakan pelet, itik, kualitas fisi
Manajemen Pemberian Pakan dan Kontrol Bobot Badan Awal Peneluran di Breeding Farm PT. Patriot Intan Abadi Farm Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Praktek kerja lapangan dilaksanakan pada 28 Februari 2017 sampai
tanggal 29 Maret 2017 di PT. Patriot Intan Abadi Farm Cicurug, Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. Tujuan praktek kerja lapangan adalah mengetahui dan
mempelajari secara langsung manajemen pemberian pakan dan kontrol bobot
badan ayam pembibit fase awal peneluran (layer) di PT. Patriot Intan Abadi Farm
Cicurug, Kecamatan Wangun Jaya Kabupaten Sukabumi. Manfaat dari kegiatan
praktek kerja lapangan adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di
bidang usaha peternakan khususnya unggas pada aspek manajemen pemberian
pakan dan kontrol bobot badan pada perusahaan ayam pembibit.
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah Ayam
Pembibit di PT. Patriot Intan Abadi Farm Cicurug, Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat. Metode yang digunakan berpartisipasi secara aktif mengikuti kegiatan rutin
farm. Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah data primer
dan data sekunder. Pengambilan data sekunder dengan observasi secara langsung
dan wawancara yang mencangkup seluruh aspek manajemen pemeliharaan
fase layer. Data sekunder diperoleh dari recording yang ada di PT Patriot Intan
Abadi, berupa data pakan, air minum, kandang, kontrol penyakit (biosecurity dan
vaksinasi), bobot badan, keseragaman (uniformity) serta produksi telur. Hasil yang
diperoleh dianalisis secara diskriptif kemudian dibandingkan dengan tatalaksana
pembibitan yang baik menurut buku dan peraturan menteri.
Manajemen Pemberian Pakan dan Kontrol Bobobt Badan pada awal
peneluran di Breeding Farm PT. Patriot Intan Abadi Farm Cicurug menggunakan
sistem semi modern dimana kandang sudah dibuat semi closed house. Sistem semi
modern di buat agar memudahkan pemeliharaan, menjaga kemanan dan
kenyamanan ayam. Manajemen pemberian pakan dilakukan dengan metode
pemberian point feed. Penimbangan dilakukan satu minggu sekali pada hari
tertentu sesuai dengan jadwal, penimbangan dilakukan agar mengetahui bobot
badan mingguan dan keseragaman.
Manajemen pemberian pakan pada farm sudah baik, pemberian pakan
disesuaikan dengan kebutuhan ayam untuk setiap periode yang dijalani serta
kandungan dalam pakan cukup untuk pertumbuhan dan produksi ayam. Kontrol
bobot badan ayam dilakukan cukup baik Karena standar yang ada pada farm
sesuai dengan target perusahaan dan menghasilkan keseragaman yang bai
Manajemen Pakan Ayam Broiler di farm Tambiluk PT. Surya Unggas Mandiri Desa Tambiluk, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang Banten
Tugas Akhir (TA) disusun berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan
yang dilaksanakan pada tanggal 01 Februari sampai 16 Maret 2014 di PT. Surya
Unggas Mandiri Desa Tambiluk Kecamatan Petir Kabupaten Serang, Banten.
Kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui manajemen pakan ayam
broiler mulai fase starter hingga finisher. Data yang didapatkan dibandingkan
dengan pustaka yang sudah ada.
Materi yang digunakan adalah unit farm Tambiluk. Metode yang digunakan
dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah dengan berpatisipasi aktif dalam
pemeliharaan ayam broiler di farm Tambiluk. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara wawancara langsung dengan karyawan, pimpinan perusahaan, dan
pihak terkait lain berdasarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data
perusahaan. Data yang diperoleh akan diolah, dianalisis, dibandingkan dengan
pustaka dan disusun menjadi Tugas Akhir (TA).
Hasil Praktek Kerja Lapangan menunjukkan bahwa pakan berasal dari
Perusahaan Charoen Pokphand Indonesia dan terdiri dari empat jenis yaitu S00,
S10, S11, dan S12. Pemberian pakan dibedakan berdasarkan umur ternak. S00
untuk minggu I, S10 untuk minggu II, S11 untuk minggu III, dan S12 untuk
minggu IV. Pakan S00 dan S10 memiliki bentuk mash, S11 berbentuk crumble
dan S12 berbentuk pellet. Pemberian pakan menggunakan sistem ad libitum dan
dilakukan enam kali sehari dan berangsur-angsur menurun hingga tiga kali sehari.
Distribusi pakan dari persusahaan menggunakan truk sedangkan distribusi pakan
dari gudang ke tempat pakan menggunakan mesin otomatis. Farm Tambiluk
memiliki konsumsi energi pakan per ekor per hari untuk minggu I hingga minggu
IV adalah 74,16 kkal; 157,74 kkal; 273,3 kkal; 415,8 kkal. Konsumsi Protein
6,23 gram; 12,15 gram; 21,06 gram; 28,38 gram. Konsumsi Calsium 0,22 gram;
0,46 gram; 0,80 gram; 1,18 gram. Konsumsi Posfor 0,14 gram; 0,31 gram; 0,53
gram; 0,79 gram. Konsumsi Serat Kasar (SK) 1,24 gram; 2,58 gram; 4,48 gram;
6,60 gram.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa manajeman
pakan ayam broiler di farm Tambiluk PT. Surya Unggas Mandiri cukup dan tidak
optimal. Kandungan nutrien pakan sudah sesuai standar untuk pertumbuhan dan
produksi. Konsumsi pakan tinggi sehingga kebutuhan ternak akan tercukupi.
Kata kunci : ayam broiler, manajemen paka
Manajemen Perkandangan Ayam Pebibit Broiler Di P.T. Japfa Comfeed Unit 15 - Belik, Desa Kalisaleh Pemalang
Laporan Tugas Akhir (TA) ditulis berdasarkan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai 28 Maret 2016 di P.T. Japfa Comfeed Unit 15 β Belik, Desa Kalisaleh, Kecamatan Belik, Pemalang, bertujuan untuk mengetahui manajemen peerkandangan yang diterapkan pada ayam pembibit broiler di P.T. Japfa Comfeed. Manfaat yang diharapkan adalah mahasiswa mampu memperoleh pengalaman dan informasi mengenai manajemen perkandangan ayam pembibit broiler serta dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kuliah dengan praktek di lapangan secara langsung. Materi yang diamati adalah sistem pemeliharaan dan perkandangan yang terdapat di P.T Japfa Comfeed dengan jumlah kandang 12 fase layer umur 64 minggu dengan jumlah ayam sejak awal pelaksanaan kegiatan sebanyak 65.000 ekor hingga akhir pelaksanaan 0 ekor dengan mengambil sampel pada kandang 10. Peralatan yang digunakan adalah sapu, egg tray, lori, tempat pakan dan minum, sangkar dan alat tulis. Metode yang digunakan adalah observasi dan berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data yang ada dalam lingkup peternakan tersebut dengan fokus pada bidang manajeman perkandangan di P.T Japfa Comfeed data yang dikumpulkan diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa ayam yang dipelihara adalah ayam Indian River. Pakan yang diberikan berupa konsentrat, tipe kandang colse house dinding menggunakan kawat ram yang ditutup tirai, atap menggunkan bahan garvalum, alas lantai berupa slat dan litter serutan kayu, ventilasi menggunakan exhaust fan dan coolling pad. Tempat pakan dan minum berupa fun fedeer, throw dan niple. Simpulan dari hasil laporan Tugas Akhir yaitu peternakan menggunakan tipe close house dimana suhu dan kelembapan dapat diatur sesuai dengan standart kebutuhan peternakan dengan produksi telur 98,00%. Kata Kunci : manajemen perkandangan, ayam pembibi
KARAKTERISTIK KEBERHASILAN KEGIATAN KELOMPOK PETERNAK ITIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHA TERNAK DI KABUPATEN BREBES
Keberadaan ternak itik sebagai unggas air lokal Indonesia terus dikembangkan,
antara lain melalui pembentukan Kelompok Peternak Itik. Peternak sebagai anggota
Kelompok Peternak Itik mempunyai latar belakang sosial budaya tradisional. Tujuan
penelitian ini adalah mempelajari karakteristik keberhasilan kegiatan kelompok peternak
itik dalam meningkatkan produktivitas usaha ternak di Kabupaten Brebes. Penelitian
menggunakan metode survey dengan 123 responden dari anggota aktif pada kelompok
peternak itik di Kabupaten Brebes. Data dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa peternak rata-rata memiliki 677,65 ekor itik dengan rata-rata
produktivitas itik sebesar 63,58%. Kegiatan kelompok peternak itik, meliputi kegiatan
peningkatan pendapatan, kredit usaha, produksi telur dan jasa. Sebanyak74,80% dan
54,47% peternak berpendapat ragu-ragu bahwa peningkatan pendapatan dan kredit usaha,
masing-masing merupakan keberhasilan kegiatan kelompok peternak itik. Sebanyak
76,24% peternak berpendapat tidak setuju bahwa peningkatan produksi telur karena
keberhasilan kegiatan kelompok peternak itik.
Kata kunci : itik lokal, karakteristik keberhasilan, kepompok peternak, produktivita
PENGARUH FREKUENSI PENYAJIAN RANSUM YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyajian
ransum yang berbeda terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan
konversi ransum ayam kampung super, dilaksanakan pada tanggal 14 Desember
2015 hingga 3 Maret 2016 di kandang Laboratorium Produksi Ternak Unggas
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Materi
yang digunakan adalah 120 ekor ayam kampung super unsex umur 3 minggu hasil
persilangan F1 ayam Bangkok jantan dengan betina ras petelur dengan bobot rata
β rata 97,49 Β± 5,40 gram/ekor (CV= 12, 4%). Digunakan ransum dengan kadar
protein 18% dan energi metabolis 3.100 kkal/kg ransum. Bahan pakan penyusun
ransum terdiri dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, poultry meat meal
(PMM), tepung ikan dan premix. Model rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 5 ulangan, setiap unit
percobaan terdiri dari 6 ekor ayam kampung super dengan perlakuan T1 =
penyajian ransum 1 kali sehari pada pukul 06.00 WIB; T2 = penyajian ransum 2
kali sehari pada pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB; T3 = penyajian ransum 3 kali
sehari pada pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB dan 18.00 WIB; T4 = penyajian ransum
4 kali sehari pada pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB, 18.00 WIB dan 00.00 WIB. Data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan uji F pada taraf
5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penyajian ransum yang
berbeda pada ayam kampung super tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05)
terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah frekuensi penyajian ransum 1 kali, 2 kali,
3 kali dan 4 kali dalam sehari pada ayam kampung super memberikan performans
yang sama. Frekuensi penyajian ransum 1 kali dalam sehari lebih efisien dalam
penggunaan waktu
- β¦