337 research outputs found
ESTETIKA
Abstract: In this article some scholars and their perspective on aesthetic are presented, from the beginning of the term to the 20th century (Contemporary aesthetic), althought postmodern aesthetic is not include. The devoloping phases og aesthetic. The Implementation follow the need of aesthetic, wether it is for an evaluation or for other needs. For example, it may be use for the shake of knowledge, to criticize, to deconstruct, and recontruct the work of art. This presentation is hopefully understood and can be implemanted according to the need of aesthetic philosophy.
Key word : Filsafat, Estetika dan Sejarah
KENCRENGAN SUATU KOLABORASI MUSIK BANYUWANGIAN
Kencrengan adalah suatu bentuk seni musik yang mengalami beberapa kali perubahan (evolusi) yang memiliki latar belakang budaya agama berbeda, dapat memberikan nuansa yang sangat dinamis dalam dunia seni musik, dengan segala kreatifitas dan kemampuan para seniman, nuansa-nuansa muncul secara estetis dan sangat beragam bentuk dan jenis musik kencrengan di Banyuwangi. Kolaborasi dimulai dari proses evolusi, mulai dari bentuk seni musik Hadrah, Hadrah Kuntulan, Kundaran (Kuntulan Dadaran) dan terakhir seni musik Kencrengan (Kolaborasi musik). Perubahan atau evolusi seni musik ini tidak hanya pada bentuk estetika musiknya saja, melainkan juga fungsi dan makna dari seni musik itu sendiri, dari yang bersifat religius sampai dengan bentuk hiburan murni, tanpa adanya suatu sisipan atau pesan dari salah satu agama (dakwah). Dinamika musik hadrah sampai dengan seni musik Kencrengan, disesuaikan dengan jaman dan keberanian seorang seniman yang mendukung seni musik ini, walaupun mengalami beberapa kali perubahan yang menjurus pada perubahan estetika, namun karaketristik estetisnya akan tetap terpelihara, terlihat dari sajian seni musik kencrengan yang berlatar belakang dari salah satu agama, akan memberikan nuansa agamanya kental dalam penyajiannya
BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA CAMPURSARI BANYUWANGI SELATAN
Campursari merupakan percampuran dua unsure berlainan dari rasa estetis yang berbeda, yaitu diatonis dan pentatonic dalam satu bentuk pertunjukan. Di Banyuwangi Selatan ada beberapa kelompok Campursari, yang kebanyakan memiliki dasar estetisnya dari gamelan yang berlaras pelog lima nada yang sering disebut music iringan Janger. Alat Iringan Janger sebenarnya gamelan-gamelan Kebyar (Bali), ditambah beberapa alat dari music campursari Islami “Hadrah”. Repertoar lagu yang dibawakan terdidi atas lagu-lagu yang bernuansa Islami “lagu-lagu hadrah”, lagu-lagu Jawa, lagu-lagu pop daerah, dan lagu-lagu pop nasional. Iringan music yang dipergunakan dalam menyertai lagu-lagu disesuaikan dengan estetis lagu yang disertai, seperti dalam lagu-lagu yang bernuansa Islami, menggunakan rebana sebagai mayoritas estetis, kemudian untuk lagu-lagu pop daerah dengan musik gamelan Kebyar atau dengan alat-alat untuk Balaganjur yang didominasi dengan alat atau instrument ceng-ceng. Campursari di Banyuwangi tidak hanya sekedar percampuran dua estetis dasar antara Diatonis dan Pentatonis, namun berbagai latar budaya yang tercover dalam estetika campursari tersebut. Campursari difungsikan dalam berbagai event, baik dalam berbagai upacara hajatan maupun upacara yang sifatnya social. Disamping itu juga untuk mendukung seni pertunjukan wayang kulit, pertunjukan drama (Janger), dan pertunjukan lain yang sifatnya menggunakan iringan music, sehingga memberikan makna plural bagi kehidupan masyarakat Banyuwangi
Motif-Motif Kendang Gupekan Nunggal
Setelah melakukan pelatihan ada beberapa kata kunci yang dapat diungkapkan dalam penguasaan kendang Gupekan Nunggal oleh Gung Aji Mangku Dalem. Secara basix yang dikuasai adalah style kendang Gupekan Nunggal gaya Batubulan. Kekayaan motif-motif kendang gupekan diolah dan dimodifikasi serta ditranspormasikan menjadi bentuk dan motif-motif yang sangat menarik dan terstruktur sesuai dengan warnanya tersendiri. Namun dalam pelatihan ini, Gung Aji Mangku Dalem juga memberikan disamping dasar-dasar juga pengembangan-pengembangan atau improfisasi, sebagai latihan pengembangan per motif kekendangan
Pembinaan Karawitan Kelompok Karawitan Ngesti Laras Paguyuban Ngeksi Gondo Dibawah Naungan Yayasan Adi Budaya Denpasar Tahun 2009
Sebagaimana umumnya keberadaan Perguruan Tinggi di Indonesia, di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, pembinaan kesenian khususnya dibidang seni karawitan merupakan bentuk implementasi dari salah satu dharma bagi komunitas di perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Darma ini diartikan sebagai pengamalan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, dilakukan oleh perguruan tinggi secara melembaga melalui metode ilmiah, langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam upaya mensukseskan dan mengembangkan manusia pembangunan (Adiputra, 1997:295). Karenanya adalah kewajiban bagi setiap insan akademik untuk melaksanakan kegiatan ini seiring dengan darma pendidikan dan penelitian.
Dalam pelaksanaannya, pengabdian kepada masyarakat terfokus pada suatu wilayah tertentu, utamanya yang kurang berkembang seperti pada kelompok karawitan Ngesti Laras pada Yayasan Adi Budaya. Diadakannya pembinaan-pembinaan dalam rangka pelestarian dan penguatan ketahanan nilai-nilai budaya (budaya Jawa), sebagai salah satu upaya mensejajarkan budaya Jawa dengan budaya lokal (Bali) dalam menunjang dunia pariwisata dan sebagai wujud preventif guna mencegah pengaruh negatif yang muncul dari dampak kepariwisataan.
Kelompok karawitan Ngesti Laras adalah bagian dari suatu Yayasan Adi Budaya di bawah naungan keluarga besar Paguyuban Ngeksi Gondo di Denpasar. Selain karawitan, wujud dari pelestariannya meliputi adat budaya ”nganten Jawa”, seni tari, dan seni pedalangan. Dengan demikian, sungguh berat apa yang diemban oleh kelompok karawitan Ngesti Laras, karena harus juga mendukung dari semua jenis seni yang membutuhkan peran serta dari karawitan sebagi pendukung pertunjukannya. Seperti dalam upacara pernikahan yang masih ingin melestarikan adat seperti apa yang berkembang di Jawa, maka perlu juga dukungan dari karawitan sebagai pengiring upacara pernikahan tersebut. Selai itu juga dalam pementasan seni pertunjukan lainnya seperti, pertunjukan seni Tari dan seni Pedalangan yang masih membutuhkan iringan langsung, juga perlu dukungan dari karawitan.
Dilaksanakannya sistem pembinaan terhadap kelompok karawitan Ngesti Laras secara berkelanjutan, hal ini disebabkan oleh karena adanya keinginan anggota kelompok karawitan dan masyarakat pendukung (Paguyuban Ngeksi Gondo) untuk senantiasa dapat meningkatkan apa yang telah dicapai dapat diandalkan dalam berbagai aktivitas yang melibatkannya. Kebanggaan kelompok karawitan terhadap aktivitas yang disertainya, menimbulkan antusiasme yang sangat tinggi dimana salah satu keinginan yang belum mereka gapai adalah memiliki sarana dari jenis-jenis pakaian tari, dan wayang sebagai sarana pentas pedalangan. Sedangkan untuk gamelan sudah diberi dari Pemerintah Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juni 2006, meskipun masih berwujud gamelan Kuningan, namun dari pihak Pemda TK I DIY memberikan sinyal untuk memberikan gamelan yang lebih layak untuk disandingkan dengan gamelan-gamelan yang ada di Pulau Dewata ini yang serba gemerlapan.
Merasa dengan potensi yang dimiliki serta adanya dukungan dari masyarakat pendukung (Paguyuban Ngeksi Gondo), kelompok karawitan Ngesti Laras selalu ingin mengembangkan diri dengan berbagai hal yang ada kaitannya dengan adat budaya dan seni pertunjukan. Tidak menutup kemungkinan juga akan bisa menembus dalam ranah kepariwisataan di Pulau Dewata, melihat celah yang ada dan tidak menutup kemungkinan hal itu mudah untuk dijangkau. Untuk menjangkau itu, maka kelompok karawitan ini selalu ingin berbenah diri untuk menambah perbendaharaan materi baik untuk konser, untuk iringan adat budaya, iringan tari, dan iringan pedalangan.
Sesuai dengan keadaan yang dihadapi kelompok karawitan Ngesti Laras ini, adalah terbagi dalam dua jenis, yaitu untuk konser dan untuk iringan Tari. Sedangkan untuk iringan tari pada kesempatan ini akan dibagi dalam dua kategori yaitu untuk iringan tari Gaya Yogyakarta dan iringan tari gaya Surakarta. Pada kegiatan yang akan disampaikan pada kesempatan ini adalah sebagai berikut.
1. Materi gending untuk konser.
2. Materi iringan tari gaya Yogyakarta
3. Materi iringan tari gaya Surakart
MENGHAYATI DAN MENINDAKLANJUTI MAKNA SEKAR MACAPAT JAWA GAYA SURAKARTA YANG BERNUANSA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
I. Pendahuluan
Sebelum penuls mengungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan judul diatas, penulis mengajak untuk ,menyimak sebuah sekar Macapat Pucung yang isinya sebagai berikut :
Ngelnu Iku = Ilmu itu
Kelakone kunti laku = cara mendapatkan dengan laku atau budi daya
Lakase lawan kas = dari awal sampai akhir
Tegese kas Nyantosani = yang dimaksud kas (akhir) harus bertanggung jawab
Setya budya pangeksening = kehendak, bertindak tujuannya untuk mengendalikan
Dur angkara = hawa nafsu
Tembang di atas memiliki makna, bahwa kita mencari ilmu melalui jalan yang sangat panjang, dari mulai belajar dasar hingga setelah bias mengembangkannya dan yang terakhir mengamalkan yang disesuaikan dengan perilaku kehidupan di masyarakat lingkungannya
Teknik Kekendangan Gupekan Nunggal
Sesuai dengan program yang telah dijalankan dalam program ini, dapat dibahas beberapa hal penting dalam penguasaan kendang Nunggal Gupekan. Disadari betul bahwa penguasaan teknik dimaksud tidak saja hanya dapat dipraktekkan semata, tetapi bagaimana menterjemahkannya dalam berbagai konteks yang ada. Beberapa yang dapat diungkap antara lain:
1 Tategak/Sikap
Sebelum memulai mempraktekkan bermain Nunggal Gupekan, tategak/sikap pengendang menjadi hal yang harus dipahami betul karena bagaimanapun juga berpengaruh terhadap kandungan estetika. Fase ini menjadi bahasan paling awal karena bermain kendang tentu tidak hanya dinikmati secara audio saja, tetapi bagaimana seorang pengendang dapat tampil secara performan di atas pentas sesuai dengan kaidah-kaidah tukang kendang.
Berdasarkan proses latihan/magang yang dilakukan tersebut, untuk memainkan kendang Gupekan harus dipangku di atas paha dalam posisi duduk bersila dengan kaki kiri berada di luar/di depan
PENGARUH LIKUIDITAS DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. PARIWARA KOMUNIKASI INDONESIA DI TANGERANG
ABSTRACT Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Current Ratio dan Working Capital Turnover Terhadap Return on Asset pada PT. Pariwara Komunikasi Indonesia. Metode yang digunakan adalah mix method dengan sampling berupa laporan keuangan dan diolah menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif serta analisis statistik. Hasil penelitian Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset dengan kontribusi pengaruh sebesar 32,6%. Uji hipotesis diperoleh probability signifikansi 0,000 < 0,05. Working Capital Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset dengan kontribusi pengaruh sebesar 29,6%. Uji hipotesis diperoleh probability signifikansi 0,000 < 0,05. Current Ratio dan Working Capital Turnover secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset. Hasil ini dapat dilihat dari nilai probability signifikansi 0,000 < 0,05. Keyword : Likuiditas, Perputaran Modal Kerja dan Profitabilitas
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA FULL COSTING PADA UKM BERKAH MEBEL DI KOTA JEPARA
Penentuan harga pokok produksi sangat penting, karena semakin meningkatnya persaingan yang terjadi antara perusahaan dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang cukup bersaing. Penelitian ini dilakukan pada UKM Berkah yaitu UKM yang memproduksi barang-barang furniture. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengalokasian dan perhitungan harga pokok produksi di UKM Berkah dengan menggunakan metoda perusahaan dan metoda full costing. jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu berupa analisis dan data biaya produksi, sumber data yaitu data primer hasil wawancara yang dilakukan kepada pemilik UKM dan observasi, serta data sekunder bersumber dari studi pustaka beserta literatur lainnya yang mendukung penulisan penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan perhitungan harga pokok produksi sebagai penetapan harga jual menurut metoda full costing lebih baik dalam menganalisis biaya produksi, hal ini disebabkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan belum memasukkan seluruh unsur biaya seperti biaya penyusutan mesin, biaya pemeliharaan mesin, penyusutan bangunan dan pemeliharaan bangunan
PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta .60+15 - Sta. 60+550) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH
Stabilisasi pada tanah lempung merupakan upaya untuk memperbaiki daya dukung tanah dan mampu mendukung bangunan yang berada diatasnya dan juga bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah yang semula kurang baik menjadi lebih baik. Tanah dasar yang kurang baik, biasanya lempung (CL), terlihat dari harga batas cair (LL) > 50%, indeks plastis (PI) > 17% dan CBR < 6%. Hal ini mendasari dilakukan usaha stabilisasi dengan semen pada tanah dasar jalan Bangkalan – Ketapang agar sifat fisik tanah dapat diperbaiki.
Hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan pada ruas jalan Bangkalan – Ketapang menunjukkan bahwa sifat fisik tanah lempung ekspansif bisa diperbaiki dengan stabilisasi semen yaitu terlihat dari harga batas cair tanah asli yang semula 31,06% menjadi 17,94% pada campuran 5% semen, CBR tanah asli 48,84% setelah distabilisasi dengan penambahan 5% semen CBR menjadi 36,86% pada pemeraman 14 hari dan PI (indeks plastis) tanah asli 12,67% menjadi 0,76% pada campuran 5% semen.
Peningkatan harga CBR juga berpengaruh terhadap tebal perkerasan jalan, pada kondisi tanah asli dengan LHR 2012 tebal perkerasan 18 cm setelah distabilisasi dengan 5% semen tebal perkerasan menjadi 16 cm. Sedangkan dengan LHR 2032 semula tanah asli tebal perkerasannya 18 cm dengan
penambahan 5% semen tebal perkerasan menjadi 16 cm. Pada stabilisasi tanah dengan semen lama pemeraman sangat berpengaruh pada harga CBR.
Kata kunci : stabilisasi tanah, perkerasan kaku, Bina Marg
- …