11 research outputs found
STRATEGI PENINGKATAN MUTU SUSU KUDA DI KABUPATEN SUMBAWA
Susu kuda sumbawa merupakan produk pangan bergizi hasil perahan kuda yang diternak secaraekstensif dengan pemanfaatan lar oleh para peternak. Susu yang terkumpul kemudian dijual langsungtanpa proses pengolahan oleh peternak. Biasanya peternak menjual dan mengemas susu kuda dalambotol bekas air mineral. Proses pengolahan dan kemasan yang tidak sesuai standard dapat berakibatpada penurunan daya saing dan mutu produk. Menurut SNI 01-6054-1999, syarat mutu susu kudameliputi keadaan bau asam menyengat, rasa asam, warna putih, penampakan cair; tidak terdapat bendaasing; bobot jenis minimal 1,020; lemak minimal 1,3%; protein minimal 2%; pH minimal 3; tidak adapati; bahan padatan tanpa lemak minimal 5,5%; cemaran logam meliputi timbal (Pb) maksimalmaksimal 0,3 mg/kg, tembaga (Cu) maksimal 20 mg/kg, seng (Zn) maksimal 40 mg/kg, timah (Sn)maksimal 40 mg/kg, raksa (Hg) maksimal 0,03 mg/kg; arsen maksimal 0,1 mg/kg; cemaran mikrobabacteri coliform < 3 APM/ml; tidak ada bahan tambahan makanan. Tujuan penelitian ini adalah (1).Mengidentifikasi atribut-atribut mutu susu kuda di Kabupaten Sumbawa yang menjadi kebutuhan danharapan konsumen. (2). Mengevaluasi kesesuaian mutu susu kuda di Kabupaten Sumbawa denganStandard Nasional Indonesia (SNI). (3). Merumuskan strategi peningkatan mutu susu kuda yang tepatuntuk mencapai keunggulan daya saing susu kuda dari Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan penelitianini dihasilkan atribut-atribut mutu susu kuda di Kabupaten Sumbawa terdapat 10 atribut mutu yangmenjadi kebutuhan dan harapan konsumen diantaranya, yaitu: (1). Benda Asing, (2). Bau, (3). Rasa,(4). Warna, (5). Penampakan, (6). Harga, (7). Desain kemasan, (8). Daya tahan, (9). Mudah Didapatkan,(10). Keaslian Susu. Kemudian Hasil Evaluasi kesesuaian karakteristik mutu dengan membandingkansetiap nilai karakteristik mutu produk susu kuda sumbawa dengan SNI, diperoleh bahwa karakteristikmutu produk susu kuda sumbawa masih tinggi karena dari 12 karakteristik persyaratan mutu hanya 1yang belum memenuhi standar yang ditetapkan yaitu cemaran mikroba bakteri coliform. Prioritasalternative strategi dalam peningkatan mutu susu kuda di Kabupaten Sumbawa, yaitu: (1). Penyesuaianmutu produk dengan harapan konsumen dengan bobot penilaian 0,352, (2). Melakukan TransferTeknologi dengan bobot penilaian 0,252, (3). Meningkatkan proses pengolahan yang hygienis denganbobot penilaian 0,249 dan, (4). Pengujian dan pemeliharaan mesin serta alat produksi dengan bobot0,147
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK EKSTRAK BELIMBING WULUH (Averrhoa blimbi L.)
The Averrhoa Blimbi L. is spread all over in Indonesia as home garden plant. It has not been yet cultivated and developed its utilization. The utilization of this Averrhoa Blimbi L. that can be attempted is that as an instant powder. This fruit contains of chemical elements functioning as natural antioxidant. This study attempts to investigate the variation concentration of Averrhoa Blimbi L. extract on antioxidant activity by using DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) method and UV-Vis spectrophotometer. Based on the result of the antioxidant activity test, it is found that different treatment shows different antioxidant activity. At concentration of Averrhoa Blimbi L.: sugar, Y1 (1:1) is -7.8%, Y2 (2:1) is -3.4%, and Y3 (4:1) is 48.4%. This indicates that the more the extract of Averrhoa Blimbi L. is added, the higher antioxidant activity is. The organoleptic test in this study includes colour, aroma, texture, and taste. The most preferred treatment is Y3 (Averrhoa Blimbi L.: sugar: = 4:1). The level of panelist acceptance score on the test parameter is shown as follows: the colour is 2.34 (bright yellow), the aroma is 2.45 (a little bit of sour aroma), the texture is 2.21 (smooth), and the taste is 2.15 (sweet and a bit of sour).Averrhoa Blimbi L. tersebar di seluruh Indonesia sebagai tanaman kebun rumah. Belum dikembangkan dan dikembangkan pemanfaatannya. Pemanfaatan Averrhoa Blimbi L. ini yang bisa dicoba adalah sebagai serbuk instan. Buah ini mengandung unsur kimia yang berfungsi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki variasi konsentrasi ekstrak Averrhoa Blimbi L. pada aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan, ditemukan bahwa perlakuan yang berbeda menunjukkan aktivitas antioksidan yang berbeda. Pada konsentrasi Averrhoa Blimbi L .: gula, Y1 (1: 1) adalah -7,8%, Y2 (2: 1) adalah -3,4%, dan Y3 (4: 1) adalah 48,4%. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak ekstrak Averrhoa Blimbi L. ditambahkan, semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Tes organoleptik dalam penelitian ini meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Perawatan yang paling disukai adalah Y3 (Averrhoa Blimbi L .: gula: = 4: 1). Tingkat skor penerimaan panelis pada parameter uji ditunjukkan sebagai berikut: warnanya 2,34 (kuning cerah), aromanya 2,45 (sedikit aroma asam), teksturnya 2,21 (halus), dan rasanya 2,15 (manis dan sedikit asam)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MADU HUTAN DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN SUMBAWA BESAR
Madu merupakan zat alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar bunga dan sekresi tanaman. Madu mengandung mineral, protein, vitamin, asam organik, flavonoid, senyawa fenolik, dan enzim seperti katalase, peroksida, glukosa oksidasi, dan fitokimia lainnya, madu juga memiliki aktivitas antioksidan enzimatik dan non-enzimatik. Komposisi utama madu terdiri dari 80% karbohidrat, 17-20% air, 1-2% mineral dan senyawa organik. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kandungan antioksidan pada madu hutan di beberapa daerah di Kabupaten Sumbawa. Untuk identifikasi kandungan antioksidan dilakukan analisa aktivitas antioksidan, total fenol, ekstraksi senyawa fenolik, dan identifikasi senyawa fenolik pada madu. Jumlah sampel yang digunakan adalah sampel madu yang diperoleh dari 2 lokasi hutan di Kecamatan Batu Lanteh, 1 lokasi hutan Kecamatan Labuhan Badas dan 1 lokasi hutan Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa madu hutan di beberapa daerah tersebut mengandung senyawa fenol (asam galat) sebesar 0,0633 – 0,3875 mg/g dan memiliki aktivitas antioksidan antara 3,3365 – 30,9680% dengan nilai IC50 60,2 – 572,3 mg/mL
PEMBERDAYAAN PETANI JAGUNG ORBA (ORONG BAWA) MELALUI PENGEMBANGAN USAHA DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN JAGUNG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NILAI TUKAR PETANI
Target yang ingin dicapai dalam Program KKN-PPM ini adalah : (a) Peningkatan produksi diversifikasi olahan jagung ditingkat petani jagung khususnya di Desa Orong Bawa Kecamatan Utan (b) Meningkatkan efisiensi biaya olahan jagung karena penggunaan teknologi pengembangan diversifikasi produk olahan jagung yang relatif murah dan mudah diaplikasikan oleh petani jagung (c) Melakukan perbaikan pada sistem teknologi pengolahan jagung melalui pengembangan usaha diversifikasi produk olahan jagung guna meningkatkan nilai jual jagung. (d) Meningkatkan partisipasi masyarakat agar lebih bersemangat dalam melakukan diversifikasi produk olahan jagung. (e) Membangun kemitraan dan kerjasama yang efektif antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah dan masyarakat petani jagung di Kecamatan Utan sebagai salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Sumbawa. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Program KKN-PPM ini menggunakan metode pelatihan/penyuluhan dan pendampingan intensiv kepada kelompok tani Desa Orong Bawa. Adapun transfer IPTEK pada kegiatan pelatihan/penyuluhan antara lain : 1) Komposisi kimia, kandungan nutrisi dan unsur pangan fungsional (nilai tambah) pada jagung ; 2) Proses tahapan dalam pengembangan usaha diversifikasi produk olahan jagung; 3) Pelatihan dan praktek langsung dalam diversifikasi produk olahan jagung seperti teh celup bulu jagung, jeli dari bonggol jagung dan pakan ternak dari bonggol jagung”. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan mulai Bulan Juli hingga Agustus 2018. Hasil yang diperoleh menunjukkan masyarakat memahami dan terampil dalam membuat aneka produk yang berbahan dasar jagung dan bernilai ekonomi
IbM KELOMPOK USAHA BERSAMA “MAJU” DAN “SEJATI” DESA TENGAH DALAM PEMANFAATAN POTENSI BUAH SRIKAYA UTAN
Ketersedian buah Annona squamosa Linn atau srikaya sangat melimpah di Kecamatan Utan dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi aneka makanan yang bernilai secara ekonomi. Kurangnya Pemahaman kelompok mitra dalam manajemen usah
STUDI KUALITATIF DAN KUANTITATIF MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN OLEH PENJUAL GORENGAN DI KOTA SUMBAWA
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang digunakan oleh penjual gorengan sebagai media pengolahan gorengan. Akan tetapi, penggunaan minyak goreng secara berulang dapat mempengaruhi kualitas minyak goreng dan memberikan dampak negatif bagi tubuh apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mutu minyak goreng dan kelayakan konsumsi gorengan di Kota Sumbawa berdasarkan analisis fisiko-kimia meliputi uji warna, uji organoleptik bau , uji kadar air, bilangan asam, bilangan peroksida, dan cemaran logam menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Dari penelitian ini diperoleh hasil uji kualitas sampel minyak goreng untuk uji kadar air 0,1365-0,5156%, bilangan asam 0,482-3,444 mg KOH/gr, bilangan peroksida 6-30,8 mek O2/kg, cemaran logam Kadmium (Cd) 0,0001-0,0003 mg/kg dan cemaran logam Timbal (Pb) 0,0001-0,0011 mg/kg. Hasil penelitian terhadap 9 sampel yang diuji, menunjukkan bahwa semua sampel uji tidak memenuhi syarat mutu minyak goreng berdasarkan SNI 01-3741-2013, namun pada uji cemaran logam Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb), semuanya berada dibawah maksimal cemaran logam
Audio Visual Aid’s Development of Health Promotion Media With Design Thinking at Nutrition Care Center
Teaching Factory Nutrition Care Center (NCC) is a synergistic product of the Jember State Polytechnic and the world of business and industry (DUDI). The development of NCC supports student practice learning in conducting nutrition interventions. The research aims to develop an efficient and attractive NCC-promotive educational media. This research is a Research and Development (R&D) with the approach that is used design thinking. It requires a designer to be able to analyze a problem, express creative ideas, experiment in making a prototype, to collect the proper feedback regarding the media created. The study results show that the audio-visual media that will be developed are the NCC mascot, profile videos, and nutrition education videos. Through the ideate and prototype stages are an egg mascot called Si Nucca, an acronym for the Nutrition Care Center. The character of eggs describes foods with high nutritional value and are affordable by the community. The results of media validation by the material and media validators got good results ( score of 4.7). Acceptance test results show a score of 4.47 with a good interpretation on the aspects of effectiveness, attractiveness and efficiency. The conclusion is that the audio-visual media that has been developed is feasible to be tested on the public
The Effect of adding kepok banana peel flour (musa paradisiacal l.) on water content, crude fiber content and organoleptic properties of mocaf flour steamed brownies (cassava flour)
Tepung kulit pisang merupakan hasil samping dari olahan pisang yang belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit pisang kepok terhadap kandungan Kadar Air dan kadar serat pada brownies dan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit pisang kepok terhadap sifat organoleptik brownies. Rancangan penelitian menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan kemudian dianalisis menggunakan metode Independent Sample t-test dan one way analysis of variance (ANOVA) menggunakan aplikasi SPSS. Perlakuan dalam pembuatan brownies bervariasi yaitu P0 ( 100g tepung mocaf : 0g tepung kulit pisang kepok) (kontrol), P1 (50g tepung mocaf: 50g tepung kulit pisang kepok) P2 (60g tepung mocaf : 40g tepung kulit pisang kepok), P3 (40 g tepung mocaf : 60g tepung kulit pisang kepok).Hasil uji organoleptik brownies kukus tepung mocaf dengan penambahan tepung kulit pisang kepok Panelis lebih menyukai brownies kukus tepung mocaf dengan perlakuan P0 dimana P0 adalah perlakuan control menggunakan 100g tepung mocaf . Urutan keduan aspek kesukaan adalah perlakuan P2 dengan menggunakan 60 gram tepung mocaf : 40g tepung kulit pisang kepok. Dari keduan perlakuan yang paling disukai panelis, selanjutnya perlakuaan inilah yang akan di analisan kandungan zat gisinya berupa analisis kadar air dan kadar serat kasar. Hasil analisis kadar air brownies pada perlakuan P0 sebesar 21,86% dan P2 sebesar 27,36% dan Hasil analisis kadar serat kasar brownies pada perlakuan P0 sebesar 42,98% dan P2 sebesar 73,46%.
Banana peel flour is a by-product of processed bananas that have not been widely used. This study aims to determine the effect of adding kepok banana peel flour on the water content and fiber content in brownies and to determine the effect of adding kepok banana peel flour on the organoleptic properties of brownies. The research design used a Complete Randomized Design (RAL) pattern with 4 treatments and 3 repeats then analyzed using the Independent Sample t-test and one way analysis of variance (ANOVA) method using the SPSS application. The treatment in making brownies varies, namely P0 (100g mocaf flour: 0g kepok banana peel flour) (control), P1 (50g mocaf flour: 50g kepok banana peel flour) P2 (60g mocaf flour: 40g kepok banana peel flour), P3 (40 g mocaf flour: 60g kepok banana peel flour). Organoleptic test results of steamed brownies of mocaf flour with the addition of kepok banana peel flour Panelists prefer steamed brownies of mocaf flour with P0 treatment where P0 is the control treatment using 100g of mocaf flour. The second order of preference aspect is P2 treatment using 60 grams of mocaf flour: 40g of kepok banana peel flour. Of the two treatments most preferred by panelists, then this treatment will be analyzed in the form of water content analysis and crude fiber content. The results of brownie moisture content analysis in P0 treatment of 21.86% and P2 of 27.36% and the results of brownie crude fiber content analysis in P0 treatment of 42.98% and P2 of 73.46%.
 
Characterization and potential application of microspheres from sodium alginate cross-linked with pectin from Citrus depressa Hayata’s peels
Abstract Background Pectin from Taiwan Citrus depressa Hayata’s peels (CDH pectin) and sodium alginate (Na alginate) were mixed in neutral acidity to produce microhydrogel beads or microspheres. The potential use of the microspheres such as encapsulation materials for quercetin and nobiletin, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) scavenging activity, toxic elements absorption ability, and thermal characteristics were explored. Results Different ratios of CDH pectin and Na alginate produced microspheres of varying sizes and shapes. The highest yield (47.59%) with the broadest diameter was obtained at a Na alginate—CDH pectin ratio of 2:1, while the smallest yield was obtained from Na alginate—CDH pectin ratio of 1:3 (24.13%). Increasing the amount of Na alginate resulted in more spherical microspheres, higher heavy metals (cobalt and nickel) removal rates, yet a lower swelling ratio. A high pectin concentration also increased the encapsulation efficiency of quercetin and nobiletin, reaching 91.5% and 86.74%, respectively. Quercetin and nobiletin release analysis (in vitro) showed a slow release of drugs from the microspheres. Less than 20% quercetin and nobiletin were released from the microspheres in SGF (simulated gastric fluid) pH 1.2 solution after 2 h and more than 40% of the encapsulated drug was released in SIF (simulated intestinal fluid) pH 6.8 after 4 h. The strong DPPH scavenging activity of quercetin (99%) was not hindered by encapsulation materials. ICP-OES (inductively coupled plasma–optical emission spectrometry) analysis demonstrated that the biopolymer can absorb cobalt and nickel from water. Thermogravimetric analysis (TGA) result showed that the combination of CDH pectin and Na alginate produced a biopolymer that exhibited a weight loss of only 1.86–4.33% at 100 °C. Conclusions These findings suggest that microspheres produced from CDH pectin cross-linked with sodium alginate had potential in nobiletin and quercetin encapsulation. Moreover, the polymer could absorb heavy metals and exhibit an important characteristic for hot food and beverage packaging applications
Nutritional Comparison of Sacha Inchi (Plukenetia volubilis) Residue with Edible Seeds and Nuts in Taiwan: A Chromatographic and Spectroscopic Study
Sacha inchi is a source of quality commercial oil in Taiwan. Oil extraction results in sacha inchi residue have not been utilized and not much investigated. Different edible seeds and nuts have different levels of nutrients. This study aims (a) to determine the oil, moisture, ash, protein, carbohydrate, type of fatty acid, resveratrol, and type of sugar in edible seeds and nuts, including sacha inchi residue, and (b) to determine the model to predict the five macronutrients using NIR spectroscopy. The samples used were candlenut, peanut, sesame, sunflower, sacha inchi residue, and black bean. Determination was conducted using NIR spectroscopy, NMR spectroscopy, LC-MS/MS, and HPLC-ELSD. NIR spectroscopy prediction results show that candlenut is rich in oil, and sacha inchi residue is rich in minerals, protein, and moisture. The correct prediction model for oil and moisture is principal component regression, while partial least squares are for ash, protein, and carbohydrates. NMR spectroscopy results showed that all samples were rich in polyunsaturated fatty acids. Sacha inchi residue is rich in omega 3. LC-MS/MS results showed that all samples contained resveratrol, and its highest level was found in sesame. HPLC-ELSD results showed eight types of sugars in the samples. High sucrose was found in sacha inchi residue, sunflower, sesame, and candlenut. The results are expected to provide information on nutrient levels in seeds and nuts to consumers and people who deal with nutrition. Also, results are expected to increase the economic value of sacha inchi residue as a source of diversification of food products in Taiwan