113 research outputs found
Studi Implementasi Konsep Keunggulan Kompetitif Negara pada Industri Pengolahan Susu di Indonesia
ANGGRAINI-SUKMAWATI. Studi Implementasi Konsep Keunggulan
Kompetitif Negara pada Industri Pengolahan Susu di Indonesia. Dibawah
bimbingan SETIADI DJOHAR dan M. SYAMSUL MA'ARIF
Lingkungan industri pengolahan susu di Indonesia memberikan prospek yang
cerah bagi pemsahaan pengolahan susu untuk tumbuh dan berkembang jika dikaitkan
dengan laju pertumbuhan penduduk, serta tingkat konsumsi susu per kapita di Indonesia
masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pengembangan pasar susu olahan di
Indonesia.
Implementasi GATT/WTO yang menghendaki dihapuskannya penghalang
perdagangan non-tarif dan penandatanganan nota kesepakatan antara IMF dan
pemerintah Indonesia yang melahirkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1998
mengenai pencabutan kebijakan rasio susu. Hal ini berarti bahwa IPS akan mempunyai
peluang dikaitkan dengan impor bahan baku, sekaligus mempunyai tantangan dalam
pertumbuhannya dikaitkan dengan kemungkinan masuknya susu olahan impor mulai
tahun ini.
Hingga kini, industti pengolahan susu (IPS) dinilai masih sangat tergantung
dengan pihak luar negeri, berbeda dengan industri lain yang rata-rata menghasilkan
devisa, IPS justru menyedot devisa dengan cara mengimpor bahan baku. Hal ini
tercermin dari tingginya impor bahan baku dan rendahnya produksi susu dalam negeri
yang diekspor. Sejauh ini, sebagian besar pabrikan susu nasional lebih berorientasi pada
pasar domestik.
Permasalahan dalam IPS ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam,
terutama setelah pemerintah menyatakan IPS terbuka bagi penanaman modal baru
dengan persyaratan khusus. Permasalahan utama yang harus dipecahkan adalah
bagaimana menganalisis determinan-determinan yang sangat berpengaruh dalarn
meningkatkan keunggulan kompetitif IPSdan mernilih strateginya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : (1) Melakukan analisis determinan-
determinan keunggulan kompetitif nasional industri pengolahan susu di Indonesia dan
(2) Memberikan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh penyusun kebijakan untuk
meningkatkan keunggulan bersaing industri pengolahan susu di Indonesia.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi telaahan awal tentang keunggulan
kompetitif negara bagi industri pengolahan susu di Indonesia dan menjadi rnasukan
bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Penelitian ini menggunakan metode survei dalam lingkungan Industri Pengolahan
Susu (IPS) di Indonesia. Industri Pengolahan Susu yang dimaksud adalah industri yang
menghasilkan produk-produk susu olahan yang termasuk dalam golongan susu bubuk,
susu cair, susu kental manis, dan susu formulasi.
�
Pengumpulan data primer dilakukan dengan kuesioner dan wawancara dengan
pihak-pihak tertentu sebagai pengambil keputusan pada perusahaan di lingkungan IPS
dan dengan para pakar. Sedangkan data sekunder dan informasi terkait dari
Departermen Perindustrian dan Perdagangan serta Ditjen Peternakan Depmtemen
Pertanian.
Berdasarkan pendapat para responden dari pengisian kuesioner didapatkan hail
rataan penilaian mengenai tingkat kepentingan suatu sub faktor dari masing-masing
determinan, yaitu sumberdaya, permintaan, indusrti pendukung dan terkait, strategi
perusahaan, struktur dan persaingan, kesempatan dan pemerintah yang dibedakan
berdasarkan waktu, yaitu sebelum krisis, saat krisis sebelum dikeluarkannya Instruksi
Presiden No. 4 tahun 1998, saat krisis setelah dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 4
tahun 1998 dan era pasar bebas. Dari hasil pemeringkatan proporsi penilaian oleh
responden diurutkan dan dipilih sampai urutan kelima terbesar dari-masing-masing
determinan. Pemeringkatan hasil berdasarkan proporsi tersebut mempzikan nilai dari
determinan yang bersanghtan.
Industri pengolahan susu di Indonesia saat ini ternusat di ~ulau Jawa. Total
kapasitas prod;ksij~~
pada tahun 1996 yang lalu mencapi 695.133.io0 kg setara susu
segar. Dari jumlah tersebut 35,64 % mempakan kapasitas produksi IPSyang berlokasi --
di-~JSl ~akaaa, sementara Jawa Barat iemen~- 13,74%, Jawa Timur 23,94 %,
sedangkan 3,79 % dan 19,29 % sisanya berturut-turut dipenuhi dari Yogyakarta dan
Jawa Tengah.
Perkembangan produksi susu olahan di Indonesia tampak terus meningkat selama
5 tahun terakhir dengan peningkatan 10,83% per tahun, kecuali tahun 1996 yang sediit
mengalami penman. Demikian pula produksi tahun 1998 diperkirakan mengalami
penurunan akibat menurunnya konsumsi susu olahan dalam negeri.
Pendapat responden mengenai tingkat kepentingan sub faktor dari keenam
determinan keunggulan kompetitif IPS dibedakan berdasarkan waktu, sebelum krisis,
saat krisis sebelum, saat krisis setelah Inpres No.4 tahun 1998 dan era pasar bebas untuk
mengetahui ada tidaknya pergeseran tingkat kepentingan diantara keenam determinan
pada kondisi yang berbeda.
Determinan sumberdaya menempati urutan pertama pada saat sebelum krisis, saat
krisis sebelum dan sesudah diberlakukanwa In~res Nomor 4 tahun 1998 serta ~ada era
pasar bebas. Hal ini menunjukkan bahk ketekediaan sumberdaya mempakk faktor
penting bagi keunggulan kompetitif industri suatu negara pada keempat situasi yang
digambarkan.
Pada saat sebelum krisis responden menilai determinan permintaan menempati
urutan kedua. Pada saat setelah krisis sebelum clan sesudah diberlakukannya Inpres
Nomor 4 tahun 1998 determinan ini berada pada urutan ketiga, sedangkan pada era
pasar bebas, permintaan kembali turun berada di urutan peringkat kelima. Hal ini
berarti peran determinan ini akan lebih menurun dibanding sebelum krisis dalam
membentuk keunggulan kompetitif industri pengolahan susu.
Responden menilai determinan industri terkait dan industri pendukung
menempati urutan kelima pada saat sebelum krisis. Pada saat setelah krisis sebelum
dan sesudah diberlakukannya Inpres Nomor 4 tahun 1998 serta pada era pasar bebas,
�
permintaan berada diurutan kedua. Hal ini berarti determinan ini akan semakin penting
kontribusinya dalam membentuk keunggulan kompetitif IPS.
Sebelum krisis, determinan strategi perusahaan, struktur dan persaingan berada
di urutan ketiga, sedangkan krisis sebelum dan sesudah berlakunya Inpres No. 4 tahun
1998, determinan ini berada di urutan keempat. Namun pada era pasar bebas
determinan ini dianggap makin penting sehingga berada di urutan ke tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa penghapusan beberapa ketentuan yang memproteksi industri
pengolahan susu, menjadikan strategi perusahaan, stTuktur dan persaingan dalam
industri semakin penting.
Responden menilai detenninan kesempatan menduduki urutan terakhir pada saat
sebelum krisis. Pada saat krisis sebelum maupun sesudah Inpres No.4 tahun 1998
determinan ini menempati urutan kelima. Pada era pasar bebas determinan permintaan
menempati urutan keempat. Hal ini menunjukkan bahwa peran kesempatan dalam
membentuk keunggulan kompetitif IPS dianggap makin penting dibandiig waktu-
waktu sebelurnnya.
Pada waktu sebelum krisis peran pemerintah dianggap cukup penting, sehingga
menduduki urutan keempat. Hal ini menunjukkan peran pemerintah cukup dominan
dengan berbagai kebijakan yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam membentuk keunggulan kompetitif IPS. Pada saat krisis sebelum dan
sesudah Inpres No. 4 tahun 1998 serta pada era pasar bebas peran pemerintah dianggap
menurun dalam upaya membentuk keunggulan kompetitif bagi IPS. Hal ini
ditunjukkan dengan penilaian responden yang menempatkannya diurutan terakhir. Hal
ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang melepas proteksi bagi petemak sapi perah
dalam negeri. Namun demikian peran pemerintah tetap penting bagi perliidungan
konsumen dan mendukung upaya peningkatan keunggulan kompetitif IPS dengan
kebijakan-kebijakan baru sesuai dengan perkembangan pasar intemasional.
Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif bagi IPS, rnaka perlu :
1) Menempatkan IPS di Indonesia pada posisi tahapan pembangunan keunggulan
kompetitif dengan tepat. Indonesia 'saat ini berada pada tahap factor driven
(digerakkan oleh sumberdayalfakor produksi dasar), antara lain ketersediaan
sumberdaya alam dan tenaga ke rja tidak terampil.
2)
Memformulasikan strategi untuk masing-masing determinan berdasarkan sub
determinan yang selalu muncul dan sub determinan yang muncul pada era pasar
bebas
Implikasi strategi bagi pemerintah adalah :
1)
Mendukung industri dengan kebijakan a low cost of capital bagi investasi pada
industri pendukung dan industri terkait maupun industri pengolahan susu untuk
meningkatkan produkstivitasnya. Di samping itu kemudahan akses terhadap sumber
permodalan dengan mekanisme yang efisien dalam alokasi modal.
2) Membangun infiastruktur (transportasi dan telekomunikasi) yang memadai, karena
ketiadaan inikastruktur yang memadai sangat menghambat upaya pencapaian
keunggulan kompetitif.
�
3)
Membangun seperangkat kebijakan yang mend* pengembangan sumberdaya
manusia unuk menjamin tersedianya tenaga terampil, dan dalam jangka panjang
untuk membentuk keunggulan melalui pengembangan ilrnu pengetahuan dan
teknologi.
4)
Memberi kemudahan bagi investor dalam industri pengolahan susu setengah jadi
dan membentuk kluster pengembangan atau sentra produksi bahan baku
5)
Untuk strategi jangka panjang adalah pengembangan bioteknologi dengan rekayasa
genetika untuk meningkatkan produktivitas sapi perah mengarah pada pembentukan
strain sapi iokal, sehingga mehutus rantai ketergantungan impor sapi.
Impliiasi strategi bagi industri adalah :
1)
Aliansi dengan industri pemasok yang telah mencapai keunggulan biaya rendah
2)
Efisiensi komponen impor
3)
Membuka pasar baru
4)
Integrasi dengan saluran pemasaran, sehingga dapat memangkas sebagian biaya
distribusi.
KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI KAWASAN PERDESAAN MELALUI USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN MALANG
AbstrakKabupaten Malang memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar. Produksi perikanan budidaya daerah ini tahun 2016 mencapai mencapai 20,562.55 ton. Komoditas utama budidaya yaitu ikan lele dan nila dengan produksi masing-masing 9,593.97 ton dan 8,940,13. Jenis usaha budidaya yang dikembangkan meliputi budidaya pembenihan, budidaya pendederan dan budidaya pembesaran. Pengembangan usaha perikanan budidaya di kawasan pedesaan di kabupaten ini dijadikan salah satu upaya pengentasan kemiskinan. Tujuan kajian ini yaitu untuk menganalisis kebijakan pengentasan kemiskinan di kawasan perdesaan melalui pengembangan usaha budidaya perikanan di Kabupaten Malang. Metode analisis kajian ini menggunakan analisis hierarki proses (AHP) dengan menggunakan perangkat lunak expert choice 2000. Dari hasil analisis diketahui bahwa usaha budidaya pembesaran merupakan alternatif kebijakan prioritas dengan bobot 0,402; alternatif kebijakan kedua usaha budidaya pembenihan (0,357) dan ketiga usaha pendederan (0,239). Hal ini karena usaha budidaya pembesaran memberikan tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi dibanding usaha pembenihan dan pendederan. Satu hal yang harus diperhatikan apabila alternatif kebijakan ini diterapkan yaitu perlu bantuan modal yang lebih besar karena usaha pembesaran memerlukan modal usaha yang lebih besar dibanding usaha pembenihan dan pendederan
Analisis Komitmen Organisasi Melalui Faktor Quality of Work Life (Studi Kasus Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor)
The purpose of this study were (1) to analyze the Quality of work life (QWL)condition in FEM, (2) to analyze the relationship between organizational commitment with the Quality of work life (QWL) in FEM, (3) to analyze Quality of Work Life (QWL) factors was the most influential on organizational commitment in the FEM. Type of data used in this study are primary and secondary data. Census method was the sampling method was used in this research. Processing and data analysis in this study was using SPSS software, Minitab, and Microsoft Excel. Results from this study indicated that the WQL has been pretty good in the FEM IPB. The relationship between quality of work life with organizational commitment has been good with a Spearman correlation showed a positive relationship, significant and rather strong. Quality of work life factors that most influence on organizational commitment is the integration of work environment factors with coefficients of a high standard compared to other factors that QWL
Faktor-Faktor Kunci Kesuksesan Implementasi Manajemen Pengetahuan Pada PT Unilever Indonesia Tbk.
Social environment provides organization capability in knowledge creation, transfer and implementation which leading the company into successful knowledge management by providing competitive human capital. PT. Unilever Indonesia, Tbk as successful Indonesian company in Knowledge Management was awarded the Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) in Asia from 2005 until 2009. The study objectives are 1) to identify knowledge management implementation 2) to analyze the gap between perceived and actual implementation factors in knowledge management 3) to analyze social environment success factor in knowledge management implementation. The primary data collection methods were using questionnaires from 86 respondents and in depth interview with Learning Specialist of PT. Unilever Indonesia, Tbk, and secondary data were collected from journals, books, company annual year reports and other related literatures. There were five knowledge management implementation approaches used by the company: human resources development, learning environment as a culture, stakeholders\u27 knowledge as one of resources, community education and supported infrastructure and facilities. Statistical analysis showed there is no gap between perceived and actual implementation factors in knowledge management. And trust, autonomy, involvement and empowerment were the social environment key success factors in knowledge management implementation
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DAN TURNOVER INTENTION: STUDI KASUS PADA HOTEL DI BOGOR
Employee turnover could be prevented by identifying the factors causing employee intention to leave the company. This study aimed to analyze the effect of leadership style on the turnover intention with job satisfaction as the mediator. Data were collected through questionnaires distributed to 130 employees in a three-star hotel in Bogor. The sampling method was a census. This study used the descriptive analysis method and Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM) modeling to analyze the influence between variables. The results showed that authentic leadership style has a strong and significant influence on job satisfaction. It was reflected in the leaders who focus on goals, encourage open communication, and have the attitude to supervise and monitor irregularities and take corrective actions. Job satisfaction had a strong and significant influence on employee turnover intentions, reflected on supervision, working situation, recognition and appreciation, and promotion. Authentic leadership style had an insignificantly and weak influence on employee turnover intention. Authentic leadership style significantly influenced turnover intentions through job satisfaction.
Keywords: authentic leaderhip, communication, competency, partial least square (PLS-SEM), recognition and appreciatio
THE EFFECT OF EMPOWERMENT AND EMPLOYEE ENGAGEMENT ON JOB SATISFACTION, ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND ITS IMPACT ON PERFORMANCE OF PTPN V
The study aims to test and empirically prove the effect of empowerment and employee engagement on job satisfaction and organizational commitment and its impact on performance at PT Perkebunan Nusantara V. The study focused on employees who worked in the plantation area, especially those in the afdeling PT Perkebunan Nusantara V Riau. Afdeling or division is the smallest unit of the plantation management, which is an administrative area that manages agronomic plantations with an area of between 500-1000 hectares. The sample in this study were 360 respondents who are staff employees and non-staff employees at the supervisor level. The research sample was taken by purposive sampling. Data was collected by providing questionnaires and interviews, then analyzed using descriptive analysis and processed using the Structural Equation Model (SEM) with Partial Least Square (PLS) programs. The latent variables in this study are empowerment, employee engagement, job satisfaction, organizational commitment and performance. The results of this study indicated that: (1) empowerment has no significant effect on job satisfaction (2) empowerment has no significant effect on organizational commitment; (3) employee engagement has a significant effect on job satisfaction (4) employee engagement has a significant effect on organizational commitment; (5) job satisfaction has no significant effect on performance; and (6) organizational commitment has no significant effect on performance.
Keywords: empowerment, employee engagement, job satisfaction, organizational commitment, performanc
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai: Studi Kasus Bank XYZ
The purpose of this study was to analyze the effect of competency, training, and leadership style on the performance of employee of PT Bank XYZ in Wilayah Medan. The research population is all employees of PT Bank XYZ in the Medan Region. Total number of data surveyed were 75 employees. The Questionnaires were distributed with purposive sampling techniques method. The data obtained processed by using SEM-PLS to determine the effect of the variables tested. The results of the study indicate that training has a significant influence on competencies but does not have a direct influence on employee performance. Leadership has a significant influence on competencies and has a significant influence on employee performance. Competence has a significant influence on employee performance. The results of determining the Performance Improvement Strategy using the Analytical Hiercy Process obtained that the company needs to improve the criteria for quality improvement and the company compatible reward system
Analisis Tingkat Penerapan Manajemen Pengetahuan Dalam Membangun Organisasi Berbasis Pengetahuan (Studi Kasus PT Trubus Mitra Swadaya SE-JABODETABEK)
PT Trubus Mitra Swadaya is a company engaged in the agribusiness industry that sells a wide range of agricultural goods. The development of the agribusiness industry, particularly agricultural stores are now increasing to fiercer competition. The objectives of this research were (1) Identify the level of knowledge management at PT Trubus Mitra Swadaya, (2) Identify the level of the activities associated with knowledge management at PT Trubus Mitra Swadaya, and (3) Analyzing the perceptions of employees regarding the application of knowledge management at PT Trubus Mitra Swadaya. The data that used in this research were primary data and secondary data. Collecting the respondences was done by quota sampling technique, database examine was done by descriptive analysis, average value calculation analysis, and chi-square analysis.The result of average value calculation analysis showed level implementation of knowledge management was excellent (67,01%), represented from strongly agree answered 20,75% and agree answered 46,26%. Moreover, employees said bad, represented from less agree answered 19,97% and disagree 13,02%. In this research, found at least two components which employees feel valued and still yet to be repaired, that was 1) knowledge and 2) work time. The result average value calculation showed level of activity associated with knowledge management was less good (42,78%), represented five to ten times answered 22,78% and more than ten times 20%. Moreover, employees answered never 30% and less than five times 20%. The result chi-square showed employees' perception about knowledge management based on employee characteristics where the majority of employees agreeing with the implementation of knowledge management
- …