4,440 research outputs found

    Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Berdasarkan Aspek Persepsi Pengguna

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan 2015 ABSTRAK Novita Yuliani Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Berdasarkan Aspek Persepsi Pengguna xv + 104 halaman + 19 tabel + 3 gambar + 23 lampiran Sistem informasi rumah sakit (hospital information system /HIS) turut berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta pada tahun 2013 telah mengaplikasikan SIMRS berbasis komputer, yang awalnya sistem pelaporannya masih manual. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif dengan pendekatan cross sectional, instrumen penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Metode evaluasi sistem informasi yang ada di BBKPM Surakarta adalah menggunakan metode PIECES yang dari Performance, Information/Data, Economic, Control/Security, Efficiency, Service. Hasil penelitian ini adalah, persepsi pengguna berdasarkan aspek performace dikategorikan persepsi baik47,5% dan persepsi kurang baik 52,5%, aspek informasi dikategorikan baik 50% dan kurang baik 50%, aspek ekonomi dikategorikan persepsi baik 60% dan persepsi kurang baik 40%, aspek kontrol dikategorikan persepsi baik 47,5% dan persepsi persepsi kurang baik 52,5%%, serta aspek efisiensi dikategorikan persepsi baik 47,5% dan persepsi kurang baik 52,5%, kemudian aspek servis dikategorikan persepsi baik 60% dan persepsi kurang baik 40%. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa persepsi pengguna berdasarkan aspek secara keseluruhan (aspek performance, informasi, ekonomi, kontrol, efisiensi, dan servis) yaitu dikategorikan baik 52,08% dan kurang baik 47,92%. Saran untuk Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta adalah perlu adanya pembenahan dalam aspek performan dan kontrol serta melibatkan user dalam pengembangan sistem informasi. Pembenahan aspek efisiensi dan pelatihan menggunakan sistem informasi manajemen rumah sakit. Kata Kunci : Kinerja, sistem informasi, persepsi pengguna, metode PIECES Pustaka : 27 (1994-2013) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Health Management Information System 2015 ABSTRACT Novita Yuliani Performance Evaluation of Management Information System at Council of Public Lung Health in Surakarta based upon Aspect of User’s Perception xv + 104 pages + 19 tables + 3 figures + 23 enclosures Hospital information system (HIS) developed together with information technology. Council of Public Lung Health in Surakarta in 2013 had applied HIS based on computer, previously done manually. This was descriptive-evaluative study with cross sectional approach. Research instrument used a questionnaire. Evaluation method of information system available at Council of Public Lung Health in Surakarta was PIECES (Performance, Information/Data, Economic, Control/Security, Efficiency, and Service). The results of this research showed that in terms of the aspect of performance, users had good perception (47.5%) and bad perception (52.5%); aspect of information, users had good perception (50%) and bad perception (50%); aspect of economic, users had good perception (60%) and bad perception (40%); aspect of control, users had good perception (47.5%) and bad perception (52.5%); aspect of efficiency, users had good perception (47.5%) and bad perception (52.5%); and for aspect of service, users had good perception (60%) and bad perception (40%). In conclusion, users’ perceptions of all measured aspects (performance, information, economic, control, efficiency, and service) were categorised as good (52.08%) and bad (47.92%). As suggestions, the Council needs to improve the aspects of performance and control that involves users in development of information system. In addition, improvement of efficiency aspect and training uses HIS. Key Words : Performance, Information System, Users’ Perceptions, PIECES method Bibliography : 27 (1994-2013

    Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kecamatan Genuk Semarang

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak 2017 ABSTRAK Santy Sundari Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kecamatan Genuk Semarang xvii + 101 halaman + 32 tabel + 3 gambar + 17 lampiran Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek sebagai akibat pertumbuhan linier yang terhambat, ditandai dengan z-score panjang badan menurut umur kurang dari -2 SD. Prevalensi stunting di jawa tengah mencapai 25%. Prevalensi kejadian stunting tertinggi di Semarang di Kecamatan Genuk (20,93%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun di wilayah kerja kecamatan Genuk, Semarang. Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Sampel dipilih dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel 61 subjek untuk masing-masing kelompok. Stunting diukur berdasarkan z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) dianalisis dengan software WHO Anthro 2005. Data identitas subjek dan responden diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data tinggi badan anak dan tinggi badan orang tua diukur dengan menggunakan stadiometer. Data asupan makanan diperoleh menggunakan kuesioner frekuensi makanan semi kuantitatif. Analisis bivariat menggunakan Chi-Square dan continuity correction. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko stunting pada anak usia 2-3 tahun adalah tinggi badan ayah <162 cm (p=0,004, OR=11,147), pemberian ASI yang tidak eksklusif (p=0,004, OR=9,347), riwayat ISPA (p=0,032, OR=5,939), dan asupan energi kurang (p=0,000 , OR=43,411. Faktor risiko yang tidak terbukti mempengaruhi kejadian stunting adalah tinggi badan ibu, pemberian MP-ASI, riwayat diare, riwayat campak, status imunisasi, asupan protein, asupan kalsium dan asupan zat besi. Disimpulkan bahwa tinggi badan ayah yang pendek, pemberian ASI yang tidak eksklusif, riwayat ISPA, dan asupan energi yang kurang merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun. Kata kunci : Stunting, Faktor Risiko Kepustakaan : 95 (1988-2015)Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Maternal and Child Health 2017 ABSTRACT Santy Sundari Risk Factors for Stunting on Children aged 2-3 Years Old at Genuk Subdistrict in Semarang xvii + 101 pages + 32 tables + 3 figures + 17 appendices Stunting is a problem of linear growth retardation shown by a condition of very low height for age signed by an index of z score of height for age below -2 Standard Deviation. A prevalence of stunting in Central Java was 25%. Genuk Subdistrict was the highest prevalence of stunting in Semarang (20.93%). This study aimed at analysing risk factors for stunting on children aged 2-3 years old at Genuk Subdistrict in Semarang. This was an observational study using case-control approach. Samples were selected using a technique of consecutive sampling with number of samples for each group were 61 children. Stunting was measured based on an index of z score of height for age (H/A) analysed using software of WHO Anthro 2005. Data of subjects’ identities and respondents were collected by conducting interview using a questionnaire. Height of children and their parents were measured using stadiometer. Data of food intake were collected using a semi-quantitative food frequency questionnaire. Bivariate analyses used Chi-Square and Continuity Correction tests. Multivariate analysis used a Multiple Logistic Regression test. The results of multivariate analysis showed that risk factors for stunting on children aged 2-3 years old were father’s height <162 cm (p=0.004; OR=11.147), providing non-exclusive breastfeeding (p=0.004; OR=9.347), a history of acute respiratory tract infection (ARTI)(p=0.032; OR=5.939), and a lack of energy intake (p=0.000; OR=43.411). In contrast, risk factors that were not significant were mother’s height, providing complementary foods of breastfeeding, a history of diarrhea, a history of measles, status of immunisation, protein intake, calcium intake, and iron intake. To sum up, a short father, non-exclusive breastfeeding, a history of ARTI, and the lack of energy intake were the risk factors for stunting on children aged 2-3 years old. Keywords: Stunting, Risk Factor Bibliography: 95 (1988-2015

    Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Klasifikasi Kualitas Kacang Hijau Berdasarkan Warna Dan Ukuran

    Get PDF
    Kebutuhan kacang hijau terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menyebabkan penyimpanan kacang hijau di gudang sangat dibutuhkan. Penyimpanan kacang hijau di gudang akan memperngaruhi kualitas kacang sehingga perlu mendapat perhatian serius. Parameter untuk penentuan kualitas kacang hijau diantaranya dinilai berdasarkan warna dan ukurannya dan biasanya dilakukan oleh pengamat. Faktor kelelahan dan perbedaan persepsi pada masing-masing pengamat menyebabkan proses klasifikasi kualitas kacang hijau tidak optimal. Jaringan syaraf tiruan yang di padu dengan pengolahan citra mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, karena data hasil pengolahan citra lebih tepat dan obyektif, dan jaringan syaraf tiruan mampu memberikan keputusan kualitas kacang hijau karena telah dilatih mengenali pola data hasil pengolahan citra kacang hijau. Metode yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah tanya jawab, literatur, dan eksperimen. Dari metode tersebut akan dibuat sistem image processing yang dipadu dengan jaringan syaraf tiruan. Image processing digunakan untuk memproses gambar kacang hijau sehingga menghasilkan data yang akan digunakan sebagai input jaringan syaraf tiruan dan jaringan akan menentukan kualitas kacang apakah baik atau buruk. Metode jaringan yang digunakan adalah jaringan backpropagation dengan pembelajaran terbimbing (supervised learning). Model Jaringan Syaraf Tiruan (JST) yang digunakan terdiri dari tiga layer, layer input dengan 12 node input, layer tersembunyi dengan 800 node, dan layer output dengan 4 node keluaran. Hasil yang dicapai jaringan mampu mengenali 29% terhadap data baru yang belum dilatihkan

    Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kota Surabaya Tahun 2012

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak 2013 ABSTRAK Ika Mardiyanti Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kota Surabaya Tahun 2012 xv + 135 halaman + 16 tabel + 12 lampiran Difteri merupakan penyakit yang masuk dalam daftar KLB hampir di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur salah satunya Surabaya. Dari data tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa kasus difteri terus mengalami peningkatan. Berdasarkan survey pendahuluan didapatkan bahwa pelaksanaan penanggulangan KLB difteri belum sesuai standar. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana pelaksanaan penanggulangan KLB difteri di Kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Informan penelitian adalah petugas yang menangani KLB baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Sedangkan informan triangulasi adalah Asisten Kesra dan Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ka. Kecamatan, Ka. Kelurahan, Ibu Kader/PKK dan keluarga penderita. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dan selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan metode analisis isi (content analysis). Pelaksanaan penanggulangan difteri di Kota Surabaya menunjukkan bahwa paraturan perundangan untuk penanggulangan KLB belum memadai, SOP belum terdistribusi dengan baik, penelitian belum pernah dilakukan, pencegahan dan mitigasi, peringatan dini serta kesiapsiagaan belum dilakukan secara optimal. Saat tanggap darurat Puskesmas masih bersikap reaktif dan mengandalkan instruksi dari Dinkes Kota Surabaya. Pada saat pemulihan belum ada pengawasan profilaksis dan pemantauan status imunisasi ulang. Penelitian ini merekomendasikan beberapa saran yaitu bagi Dinas Kesehatan agar meningkatkan kerjasama lintas sektor maupun lintas program, mengadakan penilaian secara independen pada Tim Gerak Cepat, dan memastikan pendistribusian SOP KLB difteri hingga tingkat pelaksana di Puskesmas. Sedangkan bagi Puskesmas diharapkan lebih bertindak proaktif, melakukan koordinasi dan komunikasi secara intensif antar tim, pengawasan profilaksis, status imunisasi, dan kondisi pasien saat pemulihan. Kata kunci : Kejadian Luar Biasa Difteri, Surveilans, Imunisasi, Evaluasi Referensi : 36 (1991-2013) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Program in Public Health Majoring in Health Policy Administration Sub Majoring in Maternal and Child Health Management 2013 ABSTRACT Ika Mardiyanti Evaluation of the Implementation of Diphtheria Outbreak Intervention in Surabaya City in 2012 xv + 135 pages + 16 tables + 12 enclosures Diphtheria is one of the diseases on a list of outbreak in most of districts/cities in East Java including Surabaya City. Number of diphtheria cases rose gradually during the period of 2008-2013. The result of preliminary research showed that the implementation of diphtheria outbreak intervention had not met a standard. This research aimed to explain the implementation of diphtheria outbreak intervention in Surabaya City. This was descriptive qualitative research with cross-sectional approach. Informants were health workers who handled outbreak at either City Health Office or Health Center. Furthermore, informants for triangulation purpose were Community Welfare Assistant and Chairperson of Commission D at House of Representative in Surabaya City, Head of Subdistrict, Head of Village, Cadres, and patients’ families. Data were collected using indepth interview and analyzed using content analysis. The result of this research showed that there was no proper regulation to intervene the outbreak, Standard Operating Procedure had not been distributed well and there was no research. In addition, efforts of prevention, mitigation, early warning, and alertness had not been done optimally. In emergency situation, health center was very reactive and just waited for instructions from Surabaya City Health Office. During a recovery time, there was no monitoring activity for prophylaxis and reimmunization status. As a suggestion, City Health Office needs to improve cooperation with cross-sectors and cross-programs, independently assess quick response team, and ensure the distribution of diphtheria outbreak Standard Operating Procedure until level of health center. Additionally, health centers need to be more proactive, make coordination and communication intensively between teams, and monitor prophylaxis, immunization status and patients’ condition during the recovery period. Key Words: Diphtheria Outbreak, Surveillance, Immunization, Evaluation Bibliography: 36 (1991-2013

    Kajian Strategi Perekrutan Dokter Spesialis di RSUD Dr. R. Soetijono Blora

    Get PDF
    Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit 2016 ABSTRAK Puji Basuki Kajian Strategi Perekrutan Dokter Spesialis di RSUD Dr. R. Soetijono Blora xviii + 93 halaman + 6 tabel + 6 gambar + 28 lampiran RSUD Dr. R. Soetijono Blora mengalami kekurangan dan kekosongan beberapa dokter spesialis. Hal ini sudah berlangsung lama yaitu lebih dari 10 tahun dan belum terpenuhi sampai saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya strategis dalam perekrutan dokter spesialis di RSUD Dr. R. Soetijono Blora. Penelitan ini menggunakan metode kualitatif. Informan utama adalah Direktur rumah sakit, kepala bidang pelayanan, kepala seksi pelayanan medis rumah sakit Dr. R. Soetijono Blora, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, spesialis bedah, PPDS. Sedangkan informan triangulasi adalah asisten 3 sekretaris daerah kabupaten Blora dan ketua komisi D DPRD kabupaten Blora. Hasil wawancara mendalam dengan para informan dilakukan analisis isi untuk mendapatkan proses upaya rekrutmen dokter spesialis oleh manajemen RSUD Dr. R. Sotijono Blora. Berdasarkan hasil dari indepth interview telah dilakukan upaya- upaya rekrutmen dokter spesialis akan tetapi belum mendapatkan dokter spesialis untuk memenuhi kebutuhan jumlah dokter spesialis. Upaya yang sudah dilakukan masih normatif yaitu dengan cara memberikan penawaran kepada dokter spesialis baru lulus dengan kerjasama center pendidikan dan penawaran kepada PPDS yang menjalani stase di RSUD Dr. R. Soetijono Blora. Dan saat ini Pemerintah Kabupaten Blora telah berupaya dengan memberikan beasiswa kepada dokter PPDS yang telah MOU dengan Kabupaten Blora. Kompensasi yang telah diberikan belum memberi daya tarik bagi dokter spesialis yang ada di RSUD Dr. R. Soetijono Blora. Perlu ada upaya strategis dalam merekrut dokter spesialis dengan cara dukungan yang lebih riil oleh pemerintah kabupaten Blora melalui anggaran APBD dalam pemberian kompensasi terhadap dokter spesialis yang sudah ada dan yang mau masuk ke RSUD Dr. R. Soetijono Blora. Sehingga ada daya tarik tersendiri untuk merekrut dokter spesialis. Kata kunci : Upaya Rekrutmen, Seleksi, Dokter Spesialis Kepustakaan : 50(1984- 2016) Diponegoro University Faculty of Public Health Master’s Study Program in Public Health Majoring in Hospital Administration 2016 ABSTRACT Puji Basuki A Study of Recruitment Strategy of Medical Specialist at Dr. R. Soetijono Public Hospital in Blora xviii + 93 pages + 6 tables + 6 figures + 28 appendices Number of medical specialist at Dr. R. Soetijono Public Hospital in Blora is insufficient. This situation has happened since 10 years ago until now. The aim of this study was to figure out strategic efforts in recruiting medical specialist at the Dr. R. Soetijono Public Hospital in Blora. This was a qualitative study. Main informants consisted of director of a hospital, head of service department, head of medical service section, internist, paediatrician, surgeon, and PPDS. Informants for triangulation purpose consisted of three regional secretaries of Blora District and head of commission D at parliament of Blora District. Data were analysed using content analysis. The results of indepth interview showed that there was any effort to recruit medical specialists. Notwithstanding, medical specialists who met criteria had not been obtained. Some normative efforts were made by offering fresh graduate medical specialists cooperating with the centre of education. In addition, the offer also was provided to medical specialist students who undertook stase at the hospital. The local government of Blora District had provided scholarships for medical specialist students that had made MoU with Blora District. Provided compensation had not attracted medical specialists who worked at the Dr. R. Soetijono Public Hospital. Some strategic efforts need to be made for recruiting medical specialists by providing real support from the local government of Blora District like allocating regional budget for compensation for medical specialists who have been working at the hospital or those who are just interested in working at the hospital. These efforts are expected to attract medical specialists. Keywords : Recruitment Effort, Selection, Medical Specialist Bibliography: 50 (1984-2016

    Peran Bank Sentral Dalam Stabilitas Sistem Keuangan (Ssk) Dan Implementasi Jaring Pengaman Sektor Keuangan (Jpsk)

    Full text link
    The Government and Bank Indonesia developed a framework for the Draft Law on theFinancial System Safety Net. The framework clearly specifi ed the tasks and responsibilities of the relevantinstitutions involved in the operation of the Safety Net. In principle, the Ministry of Finance wasresponsible for drafting legislation for the fi nancial sector and providing funds for crisis resolution.BI, the central bank, was responsible for safeguarding monetary stability, maintaining a sound bankingsystem and ensuring the secure and robust operation of the payment system. The DIC (DepositInsurance Corporation), on the other hand, had responsibility for guaranteeing bank customer depositsand resolution of problem banks. The Financial System Safety Net framework was set out in theDraft Law on the Financial System Safety Net, which was currently undergoing a consultation process.In this way, the Financial System Safety Net Law would provide a strong foundation for the fi nancialsystem stability policies and regulations to be established by the relevant authorities. The Draft Lawspecifi ed all components of the FSSN: (1) effective bank regulation and supervision; (2) lender of lastresort; (3) adequate deposit insurance scheme; and (4) effective mechanism for resolution of crisis

    Neural Networks, ARIMA and ARIMAX Models for Forecasting Indonesian Inflation

    Full text link
    The objective of this study is to apply Neural Networks (NN) model for forecasting Indonesian inflation and to compore a result with ARIMA ond ARIMAX models. The Feedforward Neural Networks model used for forecasting, particularly in economics and finance
    corecore