4 research outputs found

    PENGETAHUAN DAN IMPLEMENTASI CAREGIVER DALAM PENGASUHAN ANAK ADHD: STUDI KUALITATIF

    Get PDF
    Gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif pada anak, yang disebut Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), menyebabkan anak ADHD menghadapi kesulitan dalam segala aspek kehidupan. Namun, hal ini dianggap sebagai beban bagi anggota keluarga atau orang-orang di sekitarnya. Meskipun demikian, peran keluarga atau caregiver sangat berpengaruh dalam memperbaiki kondisi anak ADHD. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengetahuan caregiver dalam merawat anak ADHD. Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dilakukan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada bulan Juni hingga November 2022. Partisipan penelitian dipilih secara purposive sampling dan diperoleh 8 informan yang merupakan caregiver anak ADHD. Pada penelitian ini didapatkan empat tema utama mengenai pengetahuan caregiver dalam mengasuh anak ADHD, meliputi: sumber pengetahuan, definisi dan gejala ADHD, peran caregiver dalam merawat anak ADHD, dan penanganan ADHD. Semua informan tidak memiliki pengetahuan pasti tentang definisi ADHD tetapi mampu mengidentifikasi beberapa gejala dan penyebab ADHD. Informan juga memiliki pengetahuan tentang perannya dan menerapkannya dalam pengasuhan anak ADHD, meskipun mereka seringkali menghadapi beberapa kendala

    HUBUNGAN TINGKAT STRES TERHADAP EMOSI NEGATIF PADA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    Get PDF
    Stres dapat dialami oleh setiap orang tidak terkecuali mahasiswa kedokteran, khususnya mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa kedokteran juga merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi kualitas tidur buruk. Emosi negatif muncul ketika mahasiswa dihadapkan pada permasalahan selama perkuliahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres, gender, kualitas tidur terhadap emosi negatif mahasiswa kedokteran Universitas Syiah Kuala angkatan 2014. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sebanyak 60 responden diminta untuk mengisi tiga buah kuesioner yaitu, Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) yang dimodifikasi. Berdasarkan hasil analisis univariat, responden terbanyak adalah perempuan 66,7%, sebagian besar mahasiswa mengalami stres sedang 51,7% dengan penyebab stres terbanyak yaitu stres akademik (ARS), memiliki kualitas tidur buruk 71,7% dan emosi negatif tinggi 76,7%. Berdasarkan analisis bivariat dengan uji Spearman didapatkan hubungan bermakna antara tingkat stres terhadap emosi negatif dengan nilai P=0,018 (PBanda Ace

    Leiomyoma Ablation with Transvaginal Ultrasonography-Guided Radiofrequency: A Report of Four Cases : Ablasi Mioma dengan Radiofrekuensi Terpandu Ultrasonografi Transvaginal: Laporan Empat Kasus

    No full text
    Abstract Objective : To perform transvaginal ultrasound-guided radiofrequency ablation (RFA) to four women with symptomatic subserous and intramural leiomyomas using standard protocols. Methods : A report of four cases. Case : This article reports three of four women with leiomyomas had heavy menstruation bleeding. The first case was a premenopausal woman with pelvic discomfort. In the second case, the patient underwent curettage after being diagnosed with a blighted ovum, the third case with non-cyclic pain and irregular cycles, and the fourth case with 14-year-old infertility and repeated IVF failure. No significant side effects or complications occurred after treatment and during observation. Monitoring uterine leiomyoma size for one week and three months showed an average reduction of 56.9%, indicating a significant reduction in myoma volume. The reported symptoms also improved. Conclusion : Transvaginal ultrasound-guided radiofrequency ablation is an effective, non-invasive therapy with minimal side effects, so it may be the primary choice for leiomyoma therapy. Keywords : Leiomyoma, RFA, transvaginal ultrasonography Abstrak Objektif : Untuk melakukan radiofrekuensi ablasi (RFA) terpandu ultrasonografi transvaginal pada empat wanita dengan mioma intramural dan suberosa bergejala dengan menggunakan protokol yang standar. Metode : Laporan empat kasus. Kasus : Melaporkan tigas dari empat wanita dengan mioma uteri mengalami perdarahan menstruasi yang banyak. Kasus pertama adalah seorang wanita premenopause dengan keluhan rasa tidak nyaman pada panggul. Pada kasus kedua, pasien menjalani kuretase setelah didiagnosis dengan blighted ovum, kasus ketiga dengan nyeri non-siklus dan siklus tidak teratur, dan kasus keempat adalah infertilitas 14 tahun dan kegagalan IVF berulang. Tidak ada efek samping yang berarti atau komplikasi yang terjadi setelah tindakan dan selama pemantauan. Pemantauan ukuran mioma uteri selama satu minggu dan tiga bulan menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 56,9%, menunjukkan penurunan volume mioma yang signifikan. Gejala-gejala yang dilaporkan juga mengalami perbaikan. Kesimpulan : Radiofrekuensi ablasi terpandu ultrasonografi transvaginal merupakan terapi non-invasif yang efektif dengan efek samping minimal, sehingga dapat menjadi pilihan utama untuk terapi mioma uteri. Kata kunci : Mioma, RFA, ultrasonografi transvagina

    Hubungan Kecemasan Pra-Operasi dan Karakteristik Individu terhadap Intensitas Nyeri Pasca-Operasi Pasien Bedah Non Emergensi dengan Teknik Anestesi Spinal di Soerojo Hospital

    Get PDF
    Nyeri pascaoperasi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, mengganggu proses penyembuhan luka, pemulihan yang buruk, dan durasi perawatan lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kecemasan praoperasi dan karakteristik individu dengan intensitas nyeri pascaoperasi. Penelitian ini merupakan studi analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 40 pasien bedah non emergensi dengan teknik anestesi spinal. Penelitian dilakukan di Soerojo Hospital Magelang periode September 2022–Februari 2023. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kecemasan praoperasi dan intensitas nyeri pascaoperasi (ρ=0,000) dengan arah hubungan positif. Usia (ρ=0,003) dan jenis kelamin (ρ=0,017) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas nyeri pascaoperasi, meskipun arah hubungannya negatif, sedangkan tingkat pendidikan (ρ=0,845) dan pengalaman operasi sebelumnya (ρ=0,069) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap intensitas nyeri pascaoperasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecemasan sebelum operasi, semakin tinggi intensitas nyeri setelah operasi; perempuan dan usia muda cenderung mengalami respons nyeri yang berat setelah operasi dibanding dengan laki-laki dan orang dewasa. Angka kejadian nyeri pasca operasi dan intensitas nyeri yang cukup tinggi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, gangguan proses penyembuhan luka, pemulihan yang buruk, dan durasi perawatan yang lebih lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan pra-operasi dan karakteristik individu terhadap intensitas nyeri pasca-operasi. Penelitian ini merupakan studi analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 40 pasien bedah non emergensi dengan teknik anestesi spinal di Soerojo Hospital. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi ditentukan menggunakan metode total sampling periode September 2022 - Februari 2023. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner APAIS dan skala NRS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara  kecemasan pra-operasi dengan intensitas nyeri pasca-operasi (ρ=0,000), dengan arah hubungan positif. Usia (ρ=0,003) dan jenis kelamin  (ρ=0,017) juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap intensitas nyeri pasca operasi dengan arah hubungan negatif. Sedangkan, tingkat pendidikan (ρ=0,845) dan pengalaman operasi sebelumnya (ρ=0,069) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap intensitas nyeri pasca operasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecemasan sebelum operasi, semakin tinggi intensitas nyeri setelah operasi; perempuan dan usia muda cenderung mengalami respon nyeri yang berat setelah operasi dibandingkan laki-laki dan orang dewasa.  
    corecore