24 research outputs found
Siwa Tandawa di Padanglawas
AbstractBiaros in Padanglawas area have many sculpter related with Siwa God. It is shows much relief about some man or giant in different pose or in dancing poses, such as Biaro Bahal I, Biaro Tandihat I, and Biaro Pulo. A pose about traditional dance and related with Siwa as destructor, and in this present shows that dance related with some traditional dance from Papak tribe in North Sumatera. There also some evindence such as triśula, Siva Tandava pose, and story from Thilai Vanam, Nandi and Ganeśa relief showed that reliefs from some biaro are related with Siwa as Hinduism God. In order to understand Padanglawas Biaras religion background, the inductive-deductive analogy from various archaeological data might be used. The result that realize including to several dancing pose, and figuratives relief at Biara Tandihat 1 showed it is similarities to the stories about Lord Siva dance and it is cult at several place.AbstrakBiaro-Biaro di Padanglawas mempunyai banyak temuan kearcaan yang berhubungan Dewa Siwa. Itu semua memperlihatkan relief tentang orang atau raksasa dalam berbagai pose seperti di Biaro Bahal I, Biaro Tandihat I, dan Biaro Pulo. Pose yang berhubungan dengan tari tradisional dan sesuai dengan Siwa sebagai penghancur, pada saat ini ada persamaan dengan tari tradisional dari suku bangsa Pakpak di Sumatera Utara. Juga ditemukan beberapa bukti seperti triśula, beberapa pose dari Siwa Tandawa, cerita tentang Hutan Thilai, Nandi dan Ganesa, kesemuanya berhubungan dengan Dewa Siwa sebagai Dewa Agama Hindu. Untuk memahami latar belakang keagamaan di Biaro-Biaro Padanglawas, maka digunakan penalaran induktif-deduktif dari berbagai data arkeologis. Hasil yang dicapai meliputi beberapa pose tari dan relief tokoh yang ada di Biaro Tandihat I memperlihatkan kesamaan dengan cerita tarian Dewa Siwa di beberapa tempat dan adanya pengkultusan kepada Dewa Siwa
Dua Batu Berhias Dari Ruas Sungai Opak: Data Tambahan Pembangunan Percandian Prambanan
Dua batu berhias dari Sungai Opak menarik untuk dicermati. Hingga saat ini terlihat bahwa masing-masing mempunyai fungsi dan makna yang berbeda. Batu berhias BG. 748 yang memuat atribut-atribut dewa, yakni vajra, trisula dan padma yang kesemuanya dapat dihubungkan dengan Siwa. Demikian pula dengan aksara Jawa Kunanya yang menyebutkan na - ma - kha. Kata nama berhubungan dengan para yogi untuk mencapai tingkat kesucian batin dengan mclakukan perbuatan baik dan perenungan mengenai Tuhan. Para yogi melakukannya dengan menggunakan sarana yang disebut sebagai yantra. Demikian pula dcngan tulisan kha yang merupakan simbol dari sankhya yang berkenaan dengan kedudukan bulan dan bintang yang berjumlah 27 buah, sesuai pula dengan jumlah tembereng BG. 748. Lingkaran di bagian tengah dapat melambangkan candra, sehingga memungkinkan apabila BG. 748 merupakan candramandala yang merupakan salah satu yantra sekaligus gambaran sifat khas dewa Siwa.Two ornate stones from the Opak River are interesting to observe. Until now it is seen that each has a different function and meaning. BG. 748 decorated stone which contains the attributes of the deity, namely vajra, trident and padma which can all be associated with Shiva. Similarly with the ancient Javanese script which mentions na - ma - kha. The noun relates to yogis to attain a level of inner purity by doing good deeds and contemplation of God. The yogis do this by using a means called a yantra. Similarly, with the writing of kha is a symbol of the sankhya which is related to the position of the moon and stars which are 27 pieces, in accordance with the number of BG. 748. The circle in the middle may symbolize candra, making it possible if BG. 748 is a candramandala which is one of the yantra as well as a description of the typical nature of the god Shiva
Perahu Dalam Beberapa Prasasti Indonesia
Dalam tulisan singkat ini penulis mencoba untuk memanfaatkan prasasti sebagai salah satu sumber informasi tentang keberadaan perahu dl masa lampau. Kenyataannya, dari hasil pembacaan dan pembahasan oleh peneliti asing maupun bangsa sendlri terhadap beberapa prasastl yang dalam kesempatan ini digunakan sebagai bahan penulisan, dapat diketahui adanya beberapa jenis berikut fungsi perahu bahkan keberadaan petugas yang mengurusinya
Bencana Alam Dan Kerja Bakti Masa Jawa Kuna Serta Catatan Lain Tentang Prasasti Nganjatan
Kerja bakti adalah hal yang masih mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Di berbagai lingkungan, aktivitas itu dijalankan secara rutin, mengantisipasi peristiwa-peristiwa tertentu dan dalam beberapa kesempatan juga dilakukan untuk membantu merehabilitasi daerah yang terkena bencana alam. Hal tersebut sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Sejak lama aktivitas itu telah dilakukan. Data mengenainya banyak dijumpai dalam berbagai sumber sejarah. Sebuah data baru berupa prasasti yang baru ditemukan juga mempertegas informasi tentang hal itu.Community service is something that still colors our daily lives. In various environments, these activities are carried out regularly, anticipating certain events and on several occasions are also carried out to help rehabilitate areas affected by natural disasters. Actually, this is not something new. For a long time this activity has been carried out. Data about it can be found in various historical sources. A new data in the form of a newly discovered inscription also confirms the information about it
Arkeomusikologi
Disunting oleh seorang pakar di bidangnya, Ben M. Pasaribu, buku
Arkeomusikologi ini diramu menjadi sebuah potret fenomena aktivitas musik yang
terjadi pada masa lampau melalui serangkaian tulisan yang esensial. Namun potret
semacam ini tidak seharusnya hanya dijadikan romantisme pada realitas yang telah
berlalu saja, melainkan membuka berbagai kemungkinan pengungkapan dinamika yang
lebih kompleks baik yang terjadi pada masa lampau, sekarang, dan kelak di masa
depan
Berita penelitian arkeologi No. 26
Banyak tempat di Pulau Sumatera merupakan lokasi yang erat hubungannya dengan sejarah kedatangan bangsa-bangsa, termasuk bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, dan Inggeris. Itu adalah sebagian potensi arkeologis daerah tersebut yang belum banyak dijamah. Padahal diketahui bahwa potensi yang dimiliki sangat besar dan tidak terbatas pada suatu tingkat budaya melainkan dari berbagai tingkatan, dari yang awal hingga saat ini. Pada garis besarnya corak budaya yang ada di kawasan tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yakni budaya bercorak prasejarah, klasik, Islam, modern/barat, dan masa kini
Berita Penelitian Arkeologi No. 25 Tahun 2011
Salah satu bentuk perlindungan dimaksud juga dapat dikaitkan dengan keberadaan institusi
-
institusi
kenegaraan yang bergerak dalam bidang kebudayaan, termasuk yang menangani sisi penelitiannya.
Adapun u
paya yang
harus dilakukan
institusi atau
instansi dengan
tugas pokok dan fungsi (
tupoksi
)
penelitian
, di
antaranya mempersiapkan penyebarluasan
informasi hasil penelitian dengan
kualitas
yang baik. Hal tersebut akan dapat terpenuhi jika data yang dihasilkan dari
setiap
langkah penjaringan
data
dapat diketahui sebaran serta variasinya untuk kemudian dilakukan
kajian
yang lebih holistik serta
dapat dianalogikan dengan budaya di daerah lain pada baba
ka
n masa yang sama. Kegiatan awal yang
memungkinkan hal itu terpen
uhi
adalah
dengan melakukan eksplorasi
bagi
pencapaian tujuan penelitian
suatu
budaya atau pada proses budaya yang telah dilalui sebuah kawasan. Penelitian lanjutan
merupakan tindak lanjut
hasil penelitian awal tersebut
,
yang dipilih dalam kaitannya dengan
kajian
-
kajian yang lebih khusus sifatnya
