23 research outputs found

    Efikasi Herbisida Glifosat Terhadap Gulma Umum Pada Perkebunan Karet (Hevea Brasiliensis [Muell.] Arg) Yang Sudah Menghasilkan

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas herbisida Isoprofil Amina (IPA) Glifosat, untuk mempelajari Perubahan komposisi jenis gulma setelah aplikasi IPA glifosat, dan untuk mengetahui pengaruh keracunan herbisida IPA glifosat pada tanaman karet menghasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih dan Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini disusun dengan 6 perlakuan dengan 4 ulangan. Susunan perlakuan sebagai berikut yaitu isopropil amina glifosat 720 g ha -1, isopropil amina glifosat 960 g/ha, isopropil amina glifosat 1200 g ha -1 , isopropil amina glifosat 1440 g ha -1 , pengendalian mekanis dan kontrol. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa herbisida glifosat pada dosis 720 g ha -1 - 1440 g ha -1 mampu menekan pertumbuhan gulma total, gulma golongan rumput dan gulma dominan (Centocheca lappacea, Cyrtococcum acrescens,Ottochloa nodosa) pada tanaman karet dari 4 MSA sampai dengan 12 MSA, sedangkan gulma golongan daun lebar dan gulma dominan Sellaginella willdenowii hanya pada 4 MSA pada perkebunan karet menghasilkan, dan terdapat Perubahan komposisi gulma yang tumbuh setelah aplikasi herbisida glifosat, gulma golongan daun lebar menjadi dominan

    Efikasi Herbisida Glifosat Untuk Persiapan Lahan Budidaya Jagung (Zea Mays L.) Tanpa Olah Tanah

    Full text link
    Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada persiapan tanam budidaya tanaman jagung dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) adalah dengan menggunakan herbisida, contohnya glifosat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida glifosat terhadap gulma total, gulma golongan daun lebar dan rumput; mengetahui pengaruh penggunaan persiapan lahan dengan sistem TOT terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kebun Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Desember 2012-April 2013. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Susunan perlakuan sebagai berikut: sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) + 4 taraf dosis glifosat (1,08; 1,44; 1,80; dan 2,16 kg ha-1), sistem TOT + penyiangan manual 2x, dan sistem Olah Tanah Sempurna (OTS)+ penyiangan manual 2x, dan kontrol (TOT + tanpa penyiangan). Hasil penelitian adalah sistem TOT+ glifosat 1,08-2,16 kg ha-1 dapat digunakan dalam persiapan lahan jagung dengan sistem TOT karena dapat menekan pertumbuhan gulma total, daun lebar, dan rumput hingga 5 MSA atau tanaman berumur 3 minggu, bahkan gulma total dapat dikendalikan hingga tanaman berumur 6 minggu (8 MSA). Pertumbuhan dan produksi tanaman jagung pada sistem TOT + glifosat 1,44 - 2,16 kg ha-1 sama dengan sistem OTS + penyiangan manual

    Respons Pertumbuhan Gulma terhadap Kepekatan Cairan Fermentasi Pulp Kakao sebagai Bioherbisida Pascatumbuh

    Full text link
    Cairan fermentasi pulp kakao mengandung asam organik dan polifenol yang mungkin dapat digunakan sebagai bioherbisida untuk mengendalikan gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons empat jenis gulma terhadap aplikasi kepekatan cairan fermentasi pulp kakao sebagai bioherbisida pascatumbuh. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2012 di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design), ulangan 3 kali, dan perlakuan disusun secara faktorial (11 x 4) dengan ukuran petak 1 m x 2 m. Faktor pertama adalah kepekatan cairan fermentasi pulp kakao (K) yaitu 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100% dan faktor kedua adalah jenis gulma (G) yaitu (a) Richardia brasilliensis, (b) Axonopus compressus, (c) Setaria plicata, dan (d) Cyperus kyllingia. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cairan fermentasi pulp kakao kepekatan 10-20% tidak meracuni semua jenis gulma, tetapi pada kepekatan 30% meracuni tiga jenis gulma dan tidak terhadap C. kyllingia. A. compressus menunjukkan respon keracunan tertinggi dibandingkan dengan gulma lain. Cairan fermentasi pulp kakao dengan kepekatan 100% mampu menekan bobot kering gulma total. Bobot kering jenis gulma berbeda, C. kyllingia menujukkan bobot kering terendah dibandingkan dengan R. brasilliensis, A. compressus, dan S. plicata

    Respons Gulma terhadap Lama Fermentasi Cairan Pulp Kakao sebagai Bioherbisida

    Full text link
    Cairan fermentasi pulp kakao merupakan limbah yang belum banyak dimanfaatkan. Kandungan asam organik yang terdapat pada cairan fermentasi membuat limbah tersebut berpotensi sebagai bioherbisida pascatumbuh. Berdasarkan hasil uji awal limbah ini dapat meracuni dengan munculnya klorosis pada gulma. Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh lama fermentasi cairan buah kakao terhadap tingkat keracunan pada gulma; (2) pengaruh beberapa jenis gulma terhadap tingkat keracunan; dan (3) pengaruh interaksi antara lama fermentasi dan jenis gulma terhadap tingkat keracunan gulma. Aplikasi pulp kakao dilakukan secara pascatumbuh, perlakuan disusun secara faktorial (10 x 7). Faktor pertama adalah lama fermentasi pulp kakao (F) yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 minggu dan kontrol (tanpa diaplikasi)) sebagai pembanding. Faktor kedua adalah 7 jenis gulma (G) yaitu Mimosa invisa; Borreria latifolia; Richardia brasiliensis; Asystasia gangetica; Setaria plicata; Axonopus compressus; Cyperus kyllingia. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Carian pulp kakao yang difermentasi selama 4 sampai 5 minggu dapat meracuni gulma paling tinggi. (2) Cairan fermentasi pulp kakao yang diaplikasikan secara langsung ke gulma sangat efektif dalam meracuni gulma M. pudica, B. latifolia, R. brasiliencis, A. gangetica, dan A. compressus, sedangkan Setaria plicata dan Cyperus kyllingia tahan terhadap aplikasi cairan pulp kakao yang di fermentasi; (3) Ada pengaruh interaksi antara lama fermentasi dan jenis gulma dalam mempengaruhi persentase keracunan

    Kompetisi Jenis Dan Kerapatan Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) Varietas Hypoma 2

    Full text link
    Kacang tanah merupakan tanaman kacang-kacangan yang permintaannya menduduki urutan kedua setelah kedelai. Namun, produktivitas kacang tanah yang dihasilkan Indonesia masih rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi tanaman kacang tanah yaitu keberadaan gulma. Gulma dalam budidaya tanaman kacang tanah memiliki daya saing yang bersifat merugikan bagi pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Tingginya penurunan hasil terhadap produksi kacang tanah dapat dipengaruhi oleh jenis dan kerapatan gulma. Penelitian ini disusun untuk mengetahui pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2, pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah varietas Hypoma 2, dan ada atau tidak adanya interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kacang tanah varietas Hypoma 2. Penelitian dilaksanakan di Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Universitas Lampung dari bulan Januari–Mei 2015. Perlakuan ini disusun secara faktorial dalam Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design) dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah tiga jenis gulma yaitu Asystasia gangetica, Cyperus rotundus, dan Rottboellia exaltata dan faktor kedua adalah kerapatan gulma yaitu 0, 10, 20, 40, dan 80 gulma/m 2 . Data dianalisis dengan analisis ragam, bila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan kerapatan gulma tidak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kacang tanah dan terdapat interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi tinggi tanaman kacang tanah, bobot 100 butir kacang tanah, dan bobot polong kering per petak

    Efikasi Herbisida Penoksulam Terhadap Pertumbuhan Gulma Umum Pada Budidaya Tanaman Padi Sawah

    Full text link
    Padi merupakan tanaman pangan utama yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Rendahnya produktivitas hasil padi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang keberaadaannya tidak diinginkan karena dapat mengurangi hasil panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida penoksulam terhadap gulma pada lahan tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinar Harapan, Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 6 perlakuan yaitu herbisida penoksulam dengan dosis 18, 24, 30, dan 36 g/ha, penyiangan mekanis, dan kontrol, dengan 4 ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa herbisida penoksulam dengan dosis 18-36 g/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total, gulma daun lebar, gulma teki, gulma dominan Sphenoclea zeylanica, Fimbristylis miliacea, dan Ludwigia octovalvis sampai dengan 6 minggu setelah aplikasi. Herbisida penoksulam dosis 18"36 g/ha tidak meracuni tanaman padi sawah. Herbisida penoksulam dosis 18"36 g/ha tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman padi dan hasil gabah kering giling padi. Namun mempengaruhi jumlah tanaman per rumpun padi pada herbisida 18 dan 30 g/ha yang hasilnya lebih baik dari penyiangan manual

    Efikasi Herbisida Ametrin Untuk Mengendalikan Gulma Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinaruml.) Lahan Kering

    Full text link
    Dalam budidaya tebu salah satu masalah utama yang dihadapi adalah pengendalian gulma.Pengendalian gulma sejak awal pertanaman tebu merupakan upaya untuk menunjang pertumbuhan tanaman tebu.Fase kritis tanaman tebu terhadap gulma berlangsung selama tiga bulan awal pertumbuhan tebu.Pengaplikasian herbisida pratumbuh merupakan salah satu cara pengendalian guna menekan tingkat kompetisi tersebut.Tujuan penelitian (1) untuk mengetahui daya kendali herbisida ametrin terhadap pertumbuhan gulma golongan daun lebar dan rumput serta gulma dominan pada budidaya tebu lahan kering (2) pengaruh herbisida ametrin terhadap pertumbuhan tanaman tebu, dan (3) tingkat toksisitas herbisida ametrin terhadap tanaman tebu.Percobaan dilakukan di Desa Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Perlakuan terdiri dari ametrin 1,5 kg ha- 1; ametrin 2,0 kg ha-1; ametrin 2,5 kg ha-1; ametrin 3,0 kg ha-1; penyiangan mekanis; dan kontrol. Perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam rancangan acak kelompok (RAK).Setiap perlakuan diulang empat kali.Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas diuji dengan uji Tukey, selanjutnya data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) herbisida ametrin dosis 2,5 k kg ha-1 mampu menekan pertumbuhan gulma total dan daun lebar pada pertanaman tebu hingga 12 minggu setelah aplikasi (MSA), (2) pada 12 MSA perlakuan dosis 3,0 kg ha-1 menghasilkan pertumbuhan tebu yang lebih baik dalam populasi dibandingkan penyiangan mekanis, dan (3) herbisida ametrin dengan dosis 1,5 kg ha-1 hingga 3,0 kg ha-1 tidak meracuni tanaman tebu

    Efikasi Herbisida Atrazin Terhadap Gulma Umum Pada Lahan Budidaya Tanaman Jagung (Zea Mays L.)

    Full text link
    The objective of this research was to know the efficacy of atrazine herbicide to control the common weed in maize (Zea mays L.) field and how was the phytotoxicity to maize (Zea mays L.) plant. The research was conducted in the Institute for Agricultural Technology assessment (BPTP), Natar Experimental Field, South Lampung regency with ultisol soil type and Weeds Laboratory Faculty of Agriculture, University of Lampung, from June to September 2013. The experiment was arranged in Completely Randomized Block Design (CRBD) with six treatments and four replications. The treatments are atrazine herbicide at 1.2, 1.6, 2.0, and 2.4 kg ha-1, mechanic weeding, and control. Homogeneity of variance was tested by Bartlett test and additivitty tested by Tukey\u27s test, the comparison of mean were tested by Least Significant Difference (LSD) test at 5% level. The result showed that (1). Atrazine herbicide at 1.2 – 2.4 kg ha-1 could suppress total weed until 6 Week After Treatment (WAT). (2) Atrazine herbicide at 1.2–2.4 kg ha-1 could suppress broadleaves and grasses weed until 6 WAT. (3) Atrazine herbicide did not cause phytotoxicity symptoms to the maize (Zea mays L.).plant

    Efikasi Herbisida Campuran Atrazin Dan Mesotrion Untuk Mengendalikan Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ( Zea Mays L.)

    Full text link
    Maize (Zea mays L ) is the most important food crops in the world beside rice and wheat. Weeds are one factor cause decrease productivity of maize. The objectives of this research were to know of dose combination atrazine and mesotrione herbicide to control the weed in maize field and how was the atrazine and mesotrione effect to maize. The research was conducted in Natar, South Lampung and Weeds Laboratory Faculty of Agriculture, University of Lampung, from December 2014 to April 2015. The experiment was arranged in Completely Randomized Block Design (CRBD) with six treatments and four replications. The treatments are combination atrazine and mesotrion herbicide rates at 500+50; 750+75; 1000+100; 1250+125; and 1500+150 g ha-1, mechanical weeding, and control. Homogenity of variance was tested by Bartlett test and additivitty tested by Tukey's test, the comparison of mean were tested by Least Significant Difference (LSD) test at 5% level. The result showed that (1) Atrazine and mesotrione herbicide at 500+50 until 1500+150 g ha-could suppress total, sedges, Cyperus rotundus and Celosia argenthea weed at 3 Weeks After Treatment (WAT), whereas at 6 WAT couldn't suppress weeds. (2) Atrazine and mesotrione herbicide at 500+50 until 1500+150 g ha-could suppress broadleaves, Richardia Brasiliensis and Commelina benghalensis weeds until 6 WAT. (3) Atrazine and mesotrione herbicide at 500+50 until 1500+150 g ha-couldn't suppress grasses and Rottboellia exaltata weed until 6 WAT (4) Atrazine and mesotrione herbicide does not affect the growth and production of maize
    corecore