15 research outputs found
Kajian pemanfaatan pakan maggot (Hermetia illucens) sebagai pakan alternatif terhadap pertumbuhan benih ikan gabus (Channa striata)
Research on the utilization of maggot feed (Hermetia illucens) as an alternative feed for the growth of snakehead fish (Channa striata) fry is rarely conducted until now. Therefore, observation of using maggot feed in this research is necessary to obtain the appropriate usage techniques. This study aims to determine the effect of adding maggot feed (H. illucens) on the growth of snakehead fish fry (C. striata). The research follows a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 1 replication. The treatments in this study consist of Treatment 1 as the control with 100% commercial feed, Treatment 2 with 25% maggot meal and 75% commercial feed, Treatment 3 with 50% maggot meal and 50% commercial feed, and Treatment 4 with 75% maggot meal and 25% commercial feed. The size of the snakehead fish fry is 5-7 cm, and they are placed in Container Boxes with a stocking density of 10 fish per treatment. Test feeds for Treatments B, C, and D are prepared by mixing commercial feed and 1% egg white as a binder, while the control feed is prepared using 100% maggot feed with egg white. The test fish are reared for 28 days and fed the test feed three times a day. The research parameters consist of specific growth rate (SGR), absolute weight growth, absolute length growth, and fish feed conversion ratio (FCR). The provision of maggot feed with good content results in optimum growth of snakehead fish fry. The optimum results are obtained in Treatment C
KARAKTERISASI TINTA CUMI-CUMI (Sepiotheuthis lessoniana) DAN TOKSISITASNYA ( CHARACTERIZATION OF SQUID INK (Sepiotheuthis lessoniana) AND TOXICITY)
Bioprospek dari tints cumi-cumi belum banyak dikenal, namun tinta cumi memiliki aktifitas farmakologis, yakni metabolit sekunder dengan kinerja sistemnya melalui enzim yang berpotensi sebagai anti kanker_ Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan tinta cumi dengan meiotic fitokimia dan toksisitas tinta cumi-cumi jenis Sepotheuthis lessoniana dengan metode LC50 terhadap Nauplius Artemia salina_ Penelitian dengan menggunakan 6 perlakuan masing-masing konsentrasi tints cumi 0,047; 0,212; 0,977; 4,502; 20,745 dan 95,591 ppm. Kemudian nilai LC50 dihitung dengan menggunakan metode probit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tinta cumi-cumi mengandtmg senyawa triterpenoid, selanjutnya bahwa tita cumi mampu membunuh A. Salina pada uji toksisitas utama yakni konsentrasi 95,591 ppm dengan persentase kematiannya 100%. Pada kematian 50% ditemukan 0,558, nilai tersebut kemudian di antilogkan dan diperoleh nilai 3,614. Artinya bahwa kematian hewan uji mencapai 50% saatkonsentrasi tinta cumi cumi mencapai 3,614 ppm atau berada pada konsentrasi diantara 0,977 — 4,052
ANALISIS KANDUNGAN NITRAT, NITRIT, DAN ORTOFOSFAT DI PERAIRAN PULAU MERAK KECIL
The city of Cilegon has a variety of marine tourism destinations, one of which is Merak Kecil Island. The waters around Merak Kecil Island are known for offering a beach and sea atmosphere. In addition, visitors can enjoy a number of facilities such as boat tours, fishing, snorkeling, and enjoying the sights of ships passing by. Related to this, it will have the potential to affect the environmental conditions of Merak Kecil Island, especially the fertility of the waters. The fertility of a waters is influenced by nutrients (nitrate, nitrite, phosphate). Nitrate, nitrite and phosphate act as limiting factors for the growth of organisms and water fertility. This study aims to determine the differences in content and the relationship between nitrate, nitrite and phosphate content and compared with Government Regulation no. 22 of 2021 and ANZECC & ARMCANZ (2000). The research method uses a descriptive method with a quantitative approach while the selection of sampling locations uses a purposive sampling method. Required environmental parameters were taken in situ and air samples were analyzed at the Fish and Environmental Health Testing Center (BPKIL) Serang, Banten. The results showed that there were less significant differences in the content of nitrate, nitrite, and phosphate. The nitrate content exceeded the quality standard, but nitrite and phosphate were not detected
EVALUASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI SELAT SUNDA
Eastern little tuna is the dominant species caught in Sunda Strait and is favored by the local community. Fishing grounds characteristics are strongly influenced by oceanographic conditions such as temperature and chlorophyll-a. Chlorophyll-a is an indicator of a water column fertility. The length aspect of the fish becomes the main focus in determining the fishing grounds. This study aimed to analyze the catch based on chlorophyll-a, and the fish length that resulted in mapping the fishing grounds of ​​eastern little tuna in Sunda Strait. This research was conducted with the case method from June to July 2021. The analysis used in this study was the scoring associated with chlorophyll-a, fish length, and Catch Per Unit Effort (CPUE). The length fish was the aspect that had the greatest weight. The category of fishing grounds consisted of category potential fishing grounds, medium potential and not potential. Based on the results of the study, the total number of eastern little tuna catches in Sunda Strait waters during the study was 2134 kg. The category of fish size suitable for catching was found in the fishing grounds of Peucang Island, Sumur, Mangir Island, and Paraja Bay. The content of chlorophyll-a in Sunda Strait waters as a whole was in the high category. The fishing ground included in the potential category were Peucang Island, Sumur, Mangir Island, and Paraja Bay, while the non-potential fishing grounds were Tanjung Lesung, Sebesi, Ujung Kulon, Panaitan Island, and Tj Alang-Alang.Ikan tongkol merupakan spesies yang dominan tertangkap di Perairan Selat Sunda dan digemari oleh masyarakat. Daerah penangkapan ikan memiliki karakteristik yang sangat dipengaruhi kondisi oseanografi seperti suhu dan klorofil-a. Klorofil-a merupakan indikator kesuburan suatu perairan. Aspek ukuran panjang ikan menjadi fokus utama dalam menentukan daerah penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan berdasarkan klorofil-a, dan ukuran panjang ikan yang menghasilkan pemetaan daerah penangkapan ikan tongkol di Perairan Selat Sunda. Penelitian ini dilakukan dengan metode kasus. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli tahun 2021. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skoring terkait dengan klorofil-a, ukuran panjang ikan, dan Catch Per Unit Effort (CPUE). Ukuran panjang ikan merupakan aspek yang memiliki bobot terbesar. Kategori daerah penangkapan ikan terdiri dari kategori daerah penangkapan ikan potensial, potensial sedang, dan tidak potensial. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah total hasil tangkapan ikan tongkol di Perairan Selat Sunda selama penelitian sebesar 2.134 kg. Kategori ukuran ikan layak tangkap terdapat di daerah penangkapan Pulau Peucang, Sumur, Pulau Mangir, dan Teluk Paraja. Kandungan klorofil-a di Perairan Selat Sunda secara keseluruhan termasuk kategori tinggi. Daerah penangkapan yang termasuk kategori potensial yaitu Pulau Peucang, Sumur, Pulau Mangir, dan Teluk Paraja sedangkan daerah penangkapan yang tidak potensial yaitu Tanjung Lesung, Sebesi, Ujung kulon, Pulau Panaitan, dan Tj Alang-Alang
Kandungan Logam Berat di Perairan Pulau Merak Kecil
ABSTRAKKota Cilegon memiliki berbagai potensi wisata alam khususnya wisata bahari. Salah satu wisata alam bahari yang sangat berpotensi adalah Pulau Merak Kecil. Pulau Merak Kecil merupakan salah satu destinasi wisata bahari di Kota Cilegon yang memiliki banyak potensi. Ketertarikan masyarakat akan wisata alam berkembang pesat khususnya wisata alam terbuka salah satunya adalah wisata bahari. Wisata bahari Pulau Merak Kecil ini belakangan ramai dikunjungi oleh wisatawan dalam kota maupun wisatawan luar kota. Kejadian Covid-19 yang terjadi dua tahun belakang ini membuat masyarakat lebih memilih wisata alam khususnya wisata bahari. Perairan sekitar Pulau Merak Kecil rentan terhadap pencemaran logam berat yang timbul oleh aktivitas manusia maupun aktivitas ekonomi melalui kapal-kapal yang berlayar di sekitar perairan Pulau Merak Kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat timbal (Pb), tembaga (Cu), dan Kadmium (Cd) dan dibandingkan dengan Lampiran VIII PP No. 22 Tahun 2021. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengecekan logam berat dilakukan di di Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Banten. Hasil penelitian menunjukan perairan Pulau Merak Kecil mengkhawatirkan karena dari tiga logam berat, dua diantaranya di atas baku mutu.Kata Kunci : Cilegon, logam berat, Pulau Merak Kecil, Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021ABSTRACTCilegon has various natural tourism potentials, especially marine tourism. One of the potential marine natural attractions is Pulau Merak Kecil. Pulau Merak Kecil is one of the marine tourism destinations which has a lot of potential. Public interest in natural tourism is growing rapidly, especially outdoor tourism, one of which is marine tourism. Marine tourism on Merak Kecil Island has recently been visited by tourists in the city and tourists outside the city. The Covid-19 incident that occurred in the past two years has made people prefer natural tourism, especially marine tourism. The waters around Pulau Merak Kecil are vulnerable to heavy metal pollution arising from human activities and economic activities through ships sailing around the waters of Pulau Merak Kecil. This study aims to determine the content of heavy metals lead (Pb), copper (Cu), and Cadmium (Cd) and compared with Appendix VIII of Government Regulation No. 22 of 2021. The research method used quantitative descriptive method. Heavy metal checks were carried out at the Environmental and Forestry Service Laboratory in the Banten Provincial. The results showed that the waters of Merak Kecil Island are worrying because of the three heavy metals, two of which are above the quality standard.Keywords: Cilegon, heavy metals, Pulau Merak Kecil, Government Regulation No. 22 Year 202
DAERAH PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG (Rastrelligger sp) DI SELAT SUNDA PADA MUSIM PERALIHAN
Ikan kembung merupakan spesies yang dominan tertangkap di Perairan Selat Sunda. Daerah penangkapan ikan memiliki karakteristik yang sangat dipengaruhi kondisi oseanografi seperti suhu dan klorofil-a. Suhu permukaan laut merupakan indikator untuk mengukur fenomena-fenomena yang terjadi di lautan seperti fenomena arus, upwelling, front sedangkan klorofil-a yang merupakan indikator kesuburan suatu perairan. Aspek ukuran panjang ikan menjadi fokus utama dalam menentukan daerah penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan berdasarkan klorofil-a, suhu permukaan laut, dan ukuran panjang ikan yang menghasilkan pemetaan daerah penangkapan ikan kembung di Perairan Selat Sunda. Penelitian ini dilakukan dengan metode kasus. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skoring terkait dengan klorofil-a, suhu permukaan laut, ukuran panjang ikan, dan CPUE. Ukuran panjang ikan merupakan aspek yang memiliki bobot terbesar. Kategori daerah penangkapan ikan terdiri dari kategori daerah penangkapan ikan potensial, potensial sedang, dan tidak potensial. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah hasil tangkapan ikan kembung di Perairan Selat Sunda selama penelitian yaitu 741 kg. Kategori ukuran ikan layak tangkap terdapat di daerah penangkapan Pulau Peucang, Pulau Panaitan, Teluk Paraja, dan Tanjung Alang-Alang. Kandungan klorofil-a secara keseluruhan termasuk kategori tinggi. Daerah penangkapan yang termasuk kategori potensial yaitu Pulau Peucang, Pulau Panaitan, Tanjung Alang-Alang, dan Teluk Paraja sedangkan daerah penangkapan yang tidak potensial yaitu Tanjung Lesung, Sumur, Sebesi, Tanjung Ketapang, dan Rakata.Mackerel is the dominant species caught in the waters of the Sunda Strait. The fishing grounds has a very strong influence on oceanographic conditions such as temperature and chlorophyll-a. Sea surface temperature is an indicator for measuring phenomena that occur in the oceans such as currents, upwelling, fronts, while chlorophyll-a is an indicator of the fertility of a waters. The aspect of fish length is the main focus in determining fishing grounds. This study aims to analyze the catch based on chlorophyll-a, sea surface temperature, and fish length which results in mapping the fishing grounds for mackerel in the Sunda Strait waters. This research was conducted by using the case method. The analysis used in this study is the scoring associated with chlorophyll-a, sea surface temperature, fish length, and CPUE. The length of the fish is the aspect that has the greatest weight. The fishing grounds category consists of potential, medium potential and non-potential fishing categories. Based on the research results, the total catch of mackerel in the waters of the Sunda Strait during the study was 741 kg. The catch size category of fish is in the fishing grounds of Peucang Island, Panaitan Island, Paraja Bay, and Tanjung Alang-Alang. The overall chlorophyll-a content is in the high category. The fishing grounds that are included in the potential category are Peucang Island, Panaitan Island, Tanjung Alang-Alang, and Paraja Bay, while the fishing grounds that do not have the potential are Tanjung Lesung, Sumur, Sebesi, Tanjung Ketapang, dan Rakata
JENIS-JENIS BINTANG LAUT, BULU BABI, DAN TERIPANG (ECHINODERMATA) DI PERAIRAN PULAU TUNDA KABUPATEN SERANG
Echinoderms are fundamentally good indicators of health and status of coralline communities in marine waters. Substrat of sandy, rububle, and coral reefs are good habitat for Asteroidea, Echinoidea, and Holothuroidea. This study aims to identify sea star (Asteroidea), sea urchin (Echinoidea), and sea cucumber (Holothuroidea) species from Tunda Island waters of Serang. Asteroidea and Echinoidea observed using the line transect method used, through subjects observation within the same distance between the transect and the transect square with observations of 2.5 m on the right and left of line transect. Observations of the habitat covered substrate and depth, while the total number of sea stars, sea urchins, and sea cucumbers at each station were recorded, which were then documented and identified based on their morphological characteristics. The waters on Tunda Island found 2 species of the Asteroidea class, namely Linckia laevigata and Culcita novaeguneae, 3 species of Echinoidea Diadema antilarum, Diadema setosum, Echinomerta mathaei, and 3 species of Holothuroidea Holothuria atra, Holothuria leucospilota, Bohadschia graeffei.Echinodermata pada dasarnya merupakan indikator kesehatan dan status dari terumbu karang di laut. Dasar perairan yang landai dengan substrat pasir, terumbu karang, dan pecahan karang merupakan habitat bagi hewan jenis Asteroidea, Echinoidea, dan Teripang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bintang laut (Asteroidea), bulu babi (Echinoidea), dan teripang (Holothuroidea) dari perairan Pulau Tunda, Kabupaten Serang. Pengamatan Asteroidea, Echinoidea, dan Holothuroidea menggunakan metode line transek yang dimodifikasi, yaitu mengamati subjek dalam jarak yang sama sepanjang garis transek dan kuadrat transek dengan pengamatan 2,5 m di sebelah kanan dan kiri garis line transek. Observasi habitat yang meliputi substrat dan kedalaman, sedangkan jumlah total bintang laut, bulu babi, dan teripang di setiap stasiun dicatat yang selanjutnya sampel didokumentasikan dan diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya. Di perairan Pulau Tunda ditemukan 2 spesies dari kelas Asteroidea yaitu Linckia laevigata dan Culcita novaeguneae, 3 spesies dari Echinoidea yaitu Diadema antilarum, Diadema setosum, Echinomerta mathaei, dan 3 spesies dari Holothuroidea yaitu Holothuria atra, Holothuria leucospilota, Bohadschia graeffei
Recommended from our members
Agung Setyo Sasongko's Quick Files
The Quick Files feature was discontinued and it’s files were migrated into this Project on March 11, 2022. The file URL’s will still resolve properly, and the Quick Files logs are available in the Project’s Recent Activity
Recommended from our members
KAJIAN BIOEKOLOGI IKAN KERAPU LUMPUR (Epinephelus coioides) DI AREA KARANG KRETEK PERAIRAN UJUNG NEGORO KABUPATEN BATANG
Ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) termasuk kedalam ikan migratory. Ikan tersebut merupakan ikan karang
yang sering ditemukan di kawasan terumbu karang di daerah intertidal. Ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides)
menggunakan terumbu karang didaerah intertidal karena faktor kondisisi biofisiknya cocok sebagai tempat memijah dan
asuhan bagi perkembangan larvanya .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioekologi Ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) di Karang Kretek
Ujung Negoro Batang melalui analisis faktor kondisi, hubungan panjang berat, Tingkat Kematangan Gonad serta
identifikasi jenis makanan Ikan kerapu lumpur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif exploratif. Penentuan lokasi pengamatan menggunakan purposive
sampling method. Penelitian dilaksanakan bulan Juni-Juli 2013 yang dilakukan di area Karang Kretek didapatkan 47 sampel
ikan kerapu lumpur. Ikan tersebut dikumpulkan dengan menggunakan Bubu kerapu dan pancing. Sampling ikan kerapu
lumpur (Epinephelus coioides) dilakukan selama 3 minggu dengan 3 kali penangkapan dari pagi sampai petang. Hasil
analisis data biologis reproduksi dengan analisis regresi dan uji-t (t-tabel>t-hit).
Pertumbuhan ikan kerapu di Karang Kretek Perairan Ujung Negoro, kabupaten Batang Pertumbuhan ikan kerapu
jantan bersifat allometrik negatif yang memiliki nilai slope (b) sebesar 0,852 dan pertumbuhan ikan kerapu betina bersifat
allometrik negatif yang memiliki nilai slope (b) sebesar 0,572, selain dikarenakan bentuk morfologi yang terkait dengan
lingkungannya, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa makanan yang diperoleh lebih diutamakan untuk menunjang proses
metabolisme tubuhnya. Dengan demikian apabila energi yang diperoleh dari makanan akan diutamakan untuk mendukung
pertumbuhan dalam bentuk panjang dibandingkan dengan berat. Nilai K ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) jantan
dan betina rata-rata berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) adalah 1.305 dan 0.724 sedangkan untuk ikan jantan
antara lain TKG I 25%, TKG II 15%, TKG III 60%, TKG IV 0,00%, dan TKG V 0,00%. Pada ikan betina TKG I 14,81%,
TKG II 0,00%, TKG III 81,48%, TKG IV 0,00%, dan TKG V3,70 %
Recommended from our members
PEMANFAATAN LIMBAH BANDENG CABUT DURI (TANDU) KHAS KENDAL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN MAKANAN
Bandeng merupakan salah satu sumber pangan yang sangat bergizi. Akan tetapi, konsumsi
masyarakat terhadap Bandeng kurang karena mempunyai tulang dan duri yang cukup banyak
sehingga berisiko tinggi bila dikonsumsi oleh manusia terutama anak-anak. Diversifikasi olahan
produk Bandeng merupakan salah satu upaya untuk memenuhi selera masyarakat dalam
mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein, yang juga merangsang berkembangnya budidaya
Bandeng. Salah satu upaya diversifikasi Bandeng yaitu dengan cara mencabut durinya. Kabupaten
Kendal adalah salah satu kabupaten yang mempunyai banyak pengolah cabut duri Bandeng.
Limbah kegiatan cabut duri di Kabupaten Kendal yang selama ini hanya dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan pakan ikan atau ternak dirasakan kurang bermanfaat. Dengan kandungan
protein sebesar (20.38%), Bandeng merupakan salah satu sumber pangan yang sangat bergizi. Oleh
karena itu, masyarakat terutama pengolah Bandeng Cabut Duri memanfaatkan limbah hasil cabut
duri menjadi berbagai macam olahan makanan.
Makalah ini mengangkat tentang pamanfaatan limbah duri yang dihasilkan dari proses cabut
duri Bandeng.Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui upaya masyarakat khususnya
pengolah Bandeng Cabut Duri dalam memanfaatkan limbah durinya