7 research outputs found
HUBUNGAN HYGIENITAS VAGINA DENGAN KEJADIAN CANDIDIASIS VAGINALIS PADA REMAJA DI PUSKESMAS TANJUNG SENGKUANG KOTA BATAM TAHUN 2018
Candidiasis vaginalis is reproductive health’s problem that often occurs in adolescents, which is inflammation of the vagina due to excessive growth of the fungus Candida albicans which is the main cause of vaginal discharge. This study aims to determine the relationship of vaginal hygienity to the incidence of vaginal candidiasis at adolescents at Tanjung Sengkuang’s Public Health Center Batam City 2018. The used method in this study is Cross Sectional design, sample used all adolescents who came to Public health center complaints of Leucorrhoea, amounting to 42 respondents. Data collection in this study use form of a questionnaire. The analysis in this study is univariate and bivariate analysis. The results showed a relationship between vaginal hygienic variables (p value = 0.010) with the incidence of vaginal candidiasis. Women, especially adolescents, should keep and pay attention to vaginal hygienic behavior, this is intended to avoid the risk of pathological vaginal discharge resulting in various other complications related to the reproductive system
Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava ) Terhadap Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri
Anemia is related to reproductive health problems especially in women. Anemia is a deficiency of hemoglobin (Hb) levels in the blood i.e. hb levels <12 gr / dl . Adolescents who experience anemia will result in impaired growth and development, weak due to frequent infections, the purpose of this study to determine the effect of guava juice on hemoglobin levels in young women. This research uses Quasi Experimental design one group pretest postest design. The research design used is to divide the samples into two groups, namely the treatment group and the control group. The number of samples of 30 young women with Purposive Sampling techniques. Analyze univariate and bivariate data using computerized dependent t-tests, using SPSS. The results of the average hb research before administration of guava juice is 10.8 gr% Hb minimum before administration of guava juice is 10.6 gr% and the maximum Hb measurement result is 11.2 gr%, while the standard deviation of Hb before administration of guava juice is 0.13 and the average HB after administration of guava juice is 11.4 gr %, Minimum HB is 10.6 gr% and the maximum Hb measurement result is 12.5 gr%, while the hb deviation stadar after administration of guava juice is 0.13 After the test t paired sample obtained the average difference before and after treatment is 0.6. So p value = 0.001 < 0.05 then Ha received Ho rejected, meaning guava juice affects the increase in hemoglobin levels in young women.Anemia berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi terutama pada perempuan.Anemia yaitu kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yaitu kadar Hb <12 gr/dl .Remaja yang mengalami anemia akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, lemah karena sering terkena infeksi, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental desain one group pretest postest design. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok control. Jumlah sampel 30 orang remaja putri dengan tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling. Analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji t dependen secara komputerisasi, dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian rata-rata Hb sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji yaitu 10,8 gr% Hb minimum sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji adalah 10.6 gr% dan hasil pengukuran Hb maksimum adalah 11.2 gr%, sedangkan standar deviasi Hb sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji adalah 0,13 dan rata – rata HB setelah dilakukan pemberian jus jambu biji yaitu 11,4 gr %, HB minimum adalah 10.6 gr% dan hasil pengukuran Hb maksimum adalah 12.5 gr%, sedangkan stadar deviasi HB setelah di lakukan pemberian jus jambu biji adalah 0.13 Setelah dilakukan uji t paired sample didapatkan rata-rata selisih sebelum dan sesudah perlakuan adalah 0,6. Sehingga p value = 0,001 < 0,05 maka Ha diterima Ho ditolak, artinya jus jambu biji berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri
Pengaruh Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava ) Terhadap Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri
Anemia berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi terutama pada perempuan.Anemia yaitu kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yaitu kadar Hb <12 gr/dl .Remaja yang mengalami anemia akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, lemah karena sering terkena infeksi, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri.Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental desain one group pretest postest design.Rancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok control.Jumlah sampel 30 orang remaja putri dengan tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling.Analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji t dependen secara komputerisasi, dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian rata-rata Hb sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji yaitu 10,8 gr% Hb minimum sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji adalah 10.6 gr% dan hasil pengukuran Hb maksimum adalah 11.2 gr%, sedangkan standar deviasi Hb sebelum dilakukan pemberian jus jambu biji adalah 0,13 dan rata – rata HB setelah dilakukan pemberian jus jambu biji yaitu 11,4 gr %, HB minimum adalah 10.6 gr% dan hasil pengukuran Hb maksimum adalah 12.5 gr%, sedangkan stadar deviasi HB setelah di lakukan pemberian jus jambu biji adalah 0.13Setelah dilakukan uji t paired sample didapatkan rata-rata selisih sebelum dan sesudah perlakuan adalah 0,6. Sehingga p value = 0,001 < 0,05 maka Ha diterima Ho ditolak, artinya jus jambu biji berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri
Pengaruh pola makan terhadap kejadian stunting
Stunting is a condition of the baby that fails to grow due to a chronic lack of nutrition resulting in an inconsistency between body height and age. Nutritional problems in infants will affect their ability to develop physically and cognitively to the maximum in the future. There are several factors that contribute to the occurrence of stunting. One contributing factor is the inadequate intake of nutrients observed in babies, characterized by an imbalance between the amount of food consumed and the recommended dietary requirements. Baby’s dietary habits have a significant impact on the consumption of essential nutrients that facilitate optimal growth and development. The research design selected for this study is cross-sectional. The sample was comprised of 96 participants. Sampling refers to the deliberate and intentional selection process in research, in which individuals or elements are selected based on specific criteria and objectives. The Food Frequency Questionnaire (FFQ) is a method used for anthropometric assessment. The Chi-Square test is used for data analysis. The findings of the study revealed a statistically significant p-value of 0,000, which indicates an important relationship between diet and the occurrence of stunting in babies. Nutritional intake is very important, as it relates not only to the dietary choices made by the individual, but also to the nutritional practices applied by the mother. The latter, the application of a diet, has been identified as a factor contributing to the occurrence of stunting. Effective work should be done in health care to ensure the provision of health education to mothers about the importance of food delivery patterns, quality, and diversity. It is very important to meet the nutritional needs of the baby
Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur
Pemilihan Provinsi Jawa Timur sebagai objek peneliti-an ini karena provinsi ini merupakan salah satu dari lima pro-vinsi yang memiliki kontribusi terbesar untuk ketahanan pangan nasional. Selain itu provinsi Jawa Timur menjadi andalan Ke-mentrian Pertanian untuk produksi padi di tahun 2016. Apabila melihat kembali di tahun 2014, kontribusi provinsi Jawa Timur dari segi produksi padi sebesar 17,74% terhadap ketahanan pa-ngan nasional. Produksi padi di Jawa Timur dipengaruhi oleh faktor input untuk produksi padi. Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya faktor luas lahan, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pemberian bibit, dan tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Hal tersebut yang menjadi panduan da-lam pemilihan variabel di penelitian ini untuk mendapatkan mo-del dari setiap variabel yang signifikan di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Deskripsi data diketahui bahwa kabupaten Jem-ber memiliki tingkat produksi tertinggi di Jawa Timur pada ta-hun 2014. Jika digunakan taraf signifikansi 5 % pada regresi li-nier, luas panen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi. Pada analisis GWR (Geographically Weighted Re-gression) Â digunakan fungsi pembobot adaptif gausian dengan melihat nilai CV (Cross Validation) minimum. Penelitian ini me-nunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 25% terdapat perbe-daan yang signifikan antara regresi linier dan GWR. Terdapat 2 kelompok yang terbentuk berdasarkan variabel yang signifikan di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Pada penelitian ini mo-del GWR lebih baik digunakan karena memiliki AIC lebih kecil dari model global (linier) dan memiliki nilai R2 yang lebih besar dari model global
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN REMAJA DI KOTA BATAM TAHUN 2019
Masa remaja merupakan masa peralihan yang bias menyebabkan terjadi berbagai masalah kesehatan yaitu perkawinan dan kehamilan usia dini, IMS (Infeksi Menular Seksual), ISR (Infeksi Saluran Reproduksi), HIV/AIDS. Angka kejadian kehamilan remaja diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara pasti. Sekitar 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia yang mayoritas (95%) terjadi di negara sedang berkembang. Tujuan penelitian mengetahui dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kehamiln remaja di Kota Batam tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi pada remaja yang hamil. Hasil penelitian di olah dan dianalisis dengan melewati proses reduksi data dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua informan hamil yang pertama kali, sebagian besar informan sebagai Ibu Rumah Tangga, berpendidikan rendah dan status ekonomi juga rendah. Sebagian besar informan mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kehamilan remaja, faktor penyebab dan dampak kehamilan remaja. Diharapkan informan dapat meningkatkan pengetahuannya terkait kehamilan dan persalinan dan melakukan pemeriksaan kehamilan yang adekuat
Pengaruh Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita
Toddlers are a group of individuals who are vulnerable to nutrition. Nutritional problems can have a serious impact on the quality of human resources. Nutritional problems are growth failure in early life, one of which is stunting. The prevalence of stunting under five in Indonesia in 2005-2017 was 36.4%. Stunting toddlers in the future will have difficulty in achieving optimal physical and cognitive development. One of the factors that influence the incidence of stunting in baita is environmental sanitation. This study aims to determine the effect of environmental sanitation on the incidence of stunting. This research is a quantitative research, descriptive analytic research type with a cross sectional approach. The sampling technique is purposive sampling. The sample in this study were mothers who had toddlers in the hiterland area of ​​Batam City which had 96 toddlers who were adjusted to the inclusion criteria. Data analysis using chi square. The result of this research is that there is an effect of environmental sanitation on the incidence of stunting in children under five (P value 0.009). Conclusion unhealthy environmental sanitation can affect the incidence of stunting in toddlers. There needs to be cooperation with various related parties to provide health education and improve environmental sanitation, especially in remote area