3 research outputs found

    Hubungan antara kepercayaan diri dengan kemandirian belajar siswa akselerasi MAN I Model Bojonegoro

    Get PDF
    INDONESIA: Saat ini beberapa sekolah menyelenggarakan dua program belajar yaitu program regular dan akselerasi. Program akselerasi dikhususkan bagi siswa yang berbakat akademik. Dalam hal belajar, siswa akselerasi dituntut untuk mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, kepercayaan diri yang baik pada siswa akan memudahkan mereka untuk melakukan proses penyesuaian social khususnya di lingkungan sekolah, dan siswa akan mudah untuk mengeksplor kemampuan yang ada pada diri mereka. Kepercayaan diri merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Dengan memiliki kepercayaan diri yang baik siswa dapat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siswa memerluka kepercayaan diri lebih dalam hal belajar, dengan kepercayaan diri yang mereka miliki mereka pasti juga akan mandiri dalam hal belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri pada siswa akselerasi, mengetahui kemandirian belajar siswa akselerasi, dan mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variable, adapun dua variable tersebut adalah, variable bebas : Kepercayaan diri dan variable terikatnya : kemandirian belajar. Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di MAN I Model Bojonegoro. Dengan jumlah populasi keseluruhan siswa akselerasi yang berjumlah 29 siswa (16 untuk siswa kelas X dan 13 siswa kelas XII). Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metoe angket berupa skala likert untuk kepercayaan diri dan kemandirian belajar yang dilengkapi dengan hasil wawancara dan dokumentasi. Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product moment Karl Pearson dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Berdasarkan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut : (1) hasil analisa kepercayaan diri berada dalam kategori tinggi dengan jumlah prosentase 100% sebanyak 29 siswa, (2) hasil analisa kemandirian belajar berada dikategori tinggi dengan jumlah prosentase 100% sebanyak 29 siswa (3) hasil korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kemandirian belajar dengan nilai koefisien korelasi rxy = 0.837 dan p = 0.000 < 0.05. artinya semakin tinggi tingkat kepercayaan diri maka semakin tinggi pula kemandirian belajar. ENGLISH: currently some schools create two study programs, namely regular program of acceleration. Accelerated program reserved for students who are gifted academically. In terms of learning, accelerating students are required to have a high confidence, a good self-confidence in students will make them easier to carry out the process of social adjustment especially in the school environment, and students will be easy to explore the capabilities that exist in them. confidence is the belief in yourself to achieve success in our lifes. With have good confidence the students to behave as expected. Students need more confidence in terms of learning, with the confidence that they have they must also be self-sufficient in terms of learning. This study aims to determine the level of confidence in the students 'acceleration, determine students' independent learning acceleration, and determine whether there is a relationship between two variables, while the two variables is, independent variables: Self-confidence and the dependent variable: learning independence. This type of research is the using quantitative research methods. This research conducted at MAN I Model Bojonegoro. With the number of overall student population acceleration amounting to 29 students (16 for class X and 13 for class XII). Within a data collection, the researcher used a Likert scale questionnaire method for learning self-confidence and independence that comes with the interviews and documentation. This study uses data analysis techniques Karl Pearson product moment correlation using SPSS 16.0 for Windows. Based on the analysis of the data obtained the following results: (1) the analysis of self-confidence is in the high category by the number of 100% as much as 29 percent of students, (2) the analysis of higher learning independence is categorized by the percentage amount of 100% by 29 students (3) results correlation showed a significant relationship between self-confidence by learning independence with correlation coefficient r xy = 0837 and p = 0.000>0,05. It means that the higher the confidence level, the higher the learning independence

    Pengembangan EMPING (E-Modul Berbasis Mind Mapping) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VI Sekolah Dasar

    No full text
    Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis desain media EMPING (E-Modul berbasis Mind Mapping) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VI sekolah dasar dan menguji validitas media EMPING (E-Modul berbasis Mind Mapping) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VI sekolah dasar. EMPING merupakan e-modul berbasis mind mapping dengan isi materi mengenai perkembangbiakan hewan dan ide pokok pada teks laporan. E-modul merupakan bahan atau alat ajar berupa modul yang dirancang menggunakan software berisi materi ajar serta dapat dibaca pada komputer atau alat pembaca buku elektronik. Pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping dimaksudkan agar siswa mudah dalam penguasaan materi, dengan menyusun sendiri peta pikiran, siswa akan lebih memahami keterkaitan antar konsep. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam menerima materi yang diberikan dan dapat mengungkapkan kembali dalam bentuk yang mudah dipahami. Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R&D) menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang terdiri dari tahapan potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, perbaikan desain, uji pemakaian (skala terbatas), dan revisi produk. Penelitian dilaksanakan untuk siswa kelas VI SDN 01 Dorang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah EMPING, sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep siswa. Adapun uji coba dilakukan hingga uji pemakaian (skala terbatas). Teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif (One Sample T-Test). Hasil penelitian dan pengembangan desain EMPING adalah aplikasi android dalam bentuk apk. Hasil validitas menunjukkan bahwa persentase yang didapat dari ahli materi sebesar 80,54% dengan kategori baik. Persentase yang dicapai oleh ahli media diperoleh rata-rata persentase sebesar 83,09% dengan kategori sangat baik. Angket respon siswa terhadap media EMPING diperoleh hasil secara keseluruhan dengan nilai rata-rata sebesar 96,18% yang menunjukkan bahwa media EMPING sangat baik digunakan. Hasil uji t diperoleh nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,041<0,05 dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, dapat diartikan bahwa rata-rata nilai hasil tes pemahaman konsep siswa kelas VI SDN 01 Dorang adalah ≥ 75. Simpulan dari penelitian ini adalah media EMPING (e-modul berbasis mind mapping) baik atau layak digunakan untuk pembelajaran. Saran dalam penelitian adalah media EMPING dapat dijadikan sebagai sumber belajar secara mandiri di rumah

    EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI PENJUMLAHAN SDN GAJAHMUNGKUR 04

    No full text
    Mastery of mathematics including problem solving at SDN Gajahmungkur 04 is low, this is achieved by obtaining low test scores on problems, the scores obtained are far below 70 or below the KKM determined by the school. This research aims to determine the effectiveness of the Problem Based Learning (PBL) model on the ability to solve addition problems in class I mathematics material at SDN Gajahmungkur 04. This type of research uses a quantitative research approach with an experimental method with a Pre-Experimental Design in the form of One Group Pretest Posttest. The sample of this research was 27 students. The results of this research are proven by the n-gain score of 0.4047 in the medium category. Then test normality with the Shapiro Wilk test on the pretest and posttest data. It can be seen from the normality test obtained, namely if the significance value is 0.074 &gt; 0.05 then the data on the pretest is normal. Meanwhile, the posttest results were significant 0.106 &gt; 0.05, including normal. The effectiveness test using the paired sample t-test showed that the significance value (sig.) was 0.000 or it could be said that the sig. &lt; 0.05 (Ha accepted) which means there is a significant difference between the pretest and posttest scores. This shows the effectiveness of the problem based learning model on students' problem solving abilities. Based on the research results, it can be concluded that the problem based learning model is effective for problem solving abilities.P Penguasaan matematika termasuk pemecahan masalah di SDN Gajahmungkur 04 termasuk rendah, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan yang masih rendah, nilai yang diperoleh jauh di bawah 70 atau di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui efektivitas model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika materi penjumlahan kelas I di SDN Gajahmungkur 04. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen dengan desain Pre-Experimental Design dengan bentuk One Group Pretest Posttest. Sampel penelitian ini adalah 27 siswa. Hasil penelitian ini dibuktikan dari hasil n-gain score sebesar 0,4047 dengan kategori sedang. Kemudian uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk terhadap data Pretest dan Posttest dilihat dari uji normalitas yang diperoleh yaitu jika nilai signifikasi 0,074 &gt; 0,05 maka data pada pretest termasuk normal. Sedangkan hasil posttest adalah signifikasi 0,106 &gt; 0,05 termasuk normal. Uji efektivitas menggunakan uji paired sample t-test didapatkan bahwa nilai signifikansi (sig.) 0,000 atau dapat dikatakan bahwa nilai sig. &lt; 0,05 (Ha diterima) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest. Hal ini menunjukkan efektivitas model pembelajaran problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah
    corecore