71 research outputs found
Respons Tanaman Karet Belum Menghasilkan terhadap Pemupukan Organik dan Anorganik di Tanah Latosol Sukabumi
Kebutuhan pupuk tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah jenis tanah, jenis klon, umur tanaman, dan teknis budi daya. Informasi kebutuhan pupuk tanaman karet TBM pada berbagai jenis tanah masih terbatas. Tujuan penelitian adalah mengetahui respons tanaman karet TBM terhadap pemupukan organik dan anorganik di tanah latosol Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pakuwon, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, mulai bulan Juni 2014 sampai Juni 2016. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah takaran pupuk organik (0, 2, dan 4 kg/pohon), sedangkan anak petak adalah takaran pupuk anorganik (50%, 75%, 100%, dan 125% dari takaran rekomendasi umum). Pengamatan dilakukan terhadap lilit batang, panjang cabang ujung, jumlah dan kerapatan daun pada cabang ujung, panjang tangkai daun, panjang dan lebar anak daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan takaran pupuk organik dengan pupuk anorganik terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman karet TBM pada tanah latosol Sukabumi. Pemupukan organik berpengaruh nyata terhadap karakter lilit batang, serta panjang dan lebar anak daun. Semakin banyak pupuk organik diberikan maka lilit batang semakin meningkat, tetapi ukuran panjang dan lebar anak daun semakin menurun
Kajian Parasitisme Tumbuhan Cendana (Santalum Album L.) Sebagai Dasar Dalam Pembudidayaannya
Cendana {Santalum album L.)merupakan tumbuhan yang termasuk dalam kelompok suku Santalaceae. Sebagai anggota kelompok tumbuhan parasit, pada fase pertumbuhannya cendana memerlukan interaksi dengan tumbuhan lain yang berfungsi sebagai inang, melalui alat-alat kontak yang disebut haustorium. Sistem perakaran cendana, di mana padanya haustoria berkembang, lebih didominasi oleh pertumbuhan horizontal. Jenis tanaman inangnya tidak spesifik, sehingga pemilihan jenis tanaman inang untuk cendana dapat disesuaikan dengan model-model yang akan dikembangkan yaitu model agroforestri atau konservasi
Effect of Storing and Packaging of Scion Sticks on the Success of Rubber Green Budding
The long distance between scion and production garden requires storage and transport processes for the scion that are needed in rubber green budding. Therefore, information about the rubber scion storage and packaging technology need to be known. This study was aimed to determine the effect of storage period and packaging types of scion on the success and growth of rubber green budding. The study was conducted at Pakuwon Experimental Station of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi, from February until May 2015. The split plot design with three replications was used in this study. The main plot factor was three levels of scion storage periods, i.e. 3, 4, and 5 days after harvesting the scion. The subplot factor was the 4 techniques of scion packaging: (1) the wood box with five layers of moistened newsprint paper, (2) the wood box with moistened sawdust, (3) the wood box with five layers of moistened newsprint paper and scion wrapped in plastic bags, and (4) the wood box with moistened sawdust and scion wrapped in plastic bags. The variables measured were the success level and bud growth of rubber green budding. The results showed that the success level and growth of rubber green budding from scion stored for 4 days are not significantly different compared to those that stored for 3 days. Meanwhile, the best technique of scion packaging is the woodbox with five layers of moistened newsprint or moistened sawdust medium and the scion wrapped in plastic bags
Pengaruh Pemberian Pupuk Pada Posisi Vertikal Batang Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Bambu Petung (Dendrocalamus Asper (Schult. F.) Backer Ex Heyne)
Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh pemberian pupuk kompos plus mikoriza dan posisi vertikal batang terhadap sifat fisik dan mekanik bambu petung (Dendrocalamus asper (Schult. F.) Backer ex Heyne). Respon yang diamati adalah kerapatan, kadar air, modulus elastisitas (MOE) dan modulus patah (MOR). Pemupukan dilakukan pada awal penanaman dengan pupuk kompos plus mikoriza sebanyak 5 kg/lubang tanam dengan ukuran setiap rumpun 5 x 5 m2. Bambu percobaan diambil 20 batang dari 3 rumpun untuk penelitian sifat fisik dan mekanik. Contoh uji diambil pada ruas ke-3 (40-50 cm) dari Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 4, Desember 2009: 323-336 bagian pangkal batang sepanjang lebih kurang 7 m. Kemudian dibagi 3 menurut ketinggian batang (pangkal, tengah dan ujung). Hasil penelitian menunjukkan, diameter dan tebal bambu yang diberi perlakuan jauh lebih besar dibandingkan dengan bambu petung yang tidak diberi perlakuan. Nilai rata-rata kerapatan dan kadar air tidak menunjukkan konsistensi antara perlakuan dengan kontrol pada posisi vertikal batang. Nilai rata- rata MOE hasil pemupukan pada bagian pangkal menurun 46% dan bagian tengah 44%, namun pada bagian ujung meningkat sebesar 10%. Demikian pula MOR, pada bagian pangkal menurun 44%, bagian tengah 44% dan bagian ujung meningkat sebesar 2%
Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Fosfor Dan Kalium Pada Pertumbuhan Tunas Kangkung (Ipomoea Aquatica Forst.)
SAEFUDIN & R. SANTOSA.1986.The effect of nitrogen, phosphorous and potassium fertilizers on the growth of Ipomoea aquatica Forst. Berita Biologi 3 (5): 214-218.Experiments to study the effect of nitrogen, phosphorous and potassium fertilizers on the growth of Ipomoea aquatica, a leafy vegetable, were carried out on four sites, i.e. in the villages of Teluk, Karangklesem, Purwokerto Kulon and Sumampir of the district of Banyumas respectively. The rates of application used were 0, 125, 250 and 375 kg of urea, triple superphosphate or potassium chloride per ha. The nitrogen fertilizer increased significantly the growth of Ipomoea aquatica with optimum rate 250 kg of urea per ha. Potassium chloride increased slightly the stem elongation, but not the vegetable yield, while the phosphorous fertilizer did not show any significant effect.Among sites, the highest yield was obtained from the plot in the village of Teluk, followed by Karangklesem, Purwokerto Kulon and Sumampir in decreasing order
- …