19 research outputs found
Pengaruh Subtitusi Minyak Sawit oleh Minyak Ikan Lemuru dan Suplementasi Vitamin E dalam Ransum Ayam Broiler terhadap Performans
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh subtitusi minyak sawit oleh minyak ikan lemuru dan suplementasi vitamin E dalam ransum ayam broiler terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum , dan konversi ransum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama adalah tingkat subtitusi minyak sawit oleh minyak ikan lemuru (0, 50, dan 100%),dengan tingkat penggunaan minyak dalam ransum sebesar 6%. faktor kedua adalah tingkat suplementasi vitamin E (0, 100, dan 200 ppm). Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Tingkat subtitusi minyak sawit oleh minyak ikan lemuru yang dikombinasikan dengan suplementasi vitamin E (0, 100 dan 200 ppm), memberikan interaksi terhadap konsumsi ransum, namun tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan. Pada tingkat penggunaan minyak 6 %, subtitusi 100% minyak sawit oleh minyak ikan lemuru yang disuplementasi vitamin E 200 ppm menyebabkan penurunan konsumsi ransum, sehingga konversi ransum menjadi rendah. Kata Kunci : Minyak Sawit, Minyak Ikan Lemuru, Vitamin E, Performan
Effect of Restricted Feeding on Sexual Maturity and Productivity of Padjadjaran Quail
This study was to determine the effect of restricted feeding on the age of sexual maturity and the productivity of Padjadjaran quail. Experimental research using a completely randomized design (CRD), has 4 treatments and each is repeated 5 times. The research object used was Padjadjaran quail aged 7-9 weeks and used commercial feed SP-22 which contained 3998 kcal/kg metabolic energy and 18,28% protein. The treatments used were P0 = Provision of rations ad libitum, P1 = Provision of rations 90% of ad libitum, P2 = Provision of rations 80% of ad libitum, P3: Provision of rations 70% of ad libitum. The parameters used were age of sexual maturity, egg production (% Quail-Day), egg weight, body weight at sexual maturity. The results of the study concluded that ad libitum rations had a significant effect on sexual maturity and Quail Day Production, but rations of more than 90% ad libitum could reduce the productivity of Padjajdjaran quai
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT DAN BETAIN PADA RANSUM TERHADAP BERAT KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN LOIN EYE AREA BABI FINISHER (Effect of Dietary Turmeric Flour and Betain Addition on Carcass Weight, Backfat Thickness and Loin Eye Area of Finisher Pig)
Antibiotic Growth Promoter (AGP) synthetic as a feed additive can stimulate growth, prevent some health problems, and improve feed efficiency. However, its journey has raised concerns due to adverse effects such as residues and microbial resistance. The use of turmeric flour and betaine as feed additives is expected to substitute the use of AGP Synthetic in improving the performance of pig carcasses and the safety of consumption. This study was aimed to examine the effect of the addition of turmeric flour and different doses of betaine in the ration on the performance of finisher period pigs. The study was conducted experimentally using a completely randomized design with four treatments and five replications. The objects of the study were 20 male and female finisher Landrace pigs with a finisher period with initial body weights of 55-66 kg/head. The study rations used were R0: basal ration, R1: R0 + 0.4% turmeric flour + 0.1% betaine, R2: R0 + 0.4% turmeric flour + 0.15% betaine and R3: R0 + 0.4% turmeric flour + 0.2% betaine. The parameters measured were carcass weight, backfat thickness, and loin eye area. The addition of turmeric flour treatment did not have any significant effects on carcass weight and thickness of the back fat of the pig. The addition of 0.4% turmeric flour and 0.15% betaine in the ration was the best treatment and resulted in a different effect on the loin eye area compared to that of R0, while treatment R1 and R3 had a similar effect on it. The result of the addition of 0.4% turmeric flour and 0.15% betaine resulted in the loin eye area of the finisher pig of 53.4 cm
Utilization of Kepel (Stelechocarpus burahol) Leaf Extract as a Feed Additive in Broiler Chicken Feed
This study aims to determine the best level of Kepel leaf extract (Stelechocarpus burahol) used in feeds based on the amount of Escherichia coli in excreta, ileal villi, protein digestibility, ration consumption, and body weight gain (BWG) of broiler chickens. The research was conducted experimentally using a completely randomized design (CRD), four levels of Kepel leaf extract in rations repeated five times. The Kepel leaf extract (EDK) levels used consisted of P 0 = basal ration, P 1 = P 0 + 0.15% EDK, P 2 = P 0 + 0.30% EDK and P 3 = P 0 + 0.45% EDK. Parameters observed were the amount of E. coli in the excreta, ileal villi, protein digestibility, ration consumption, and PBB of broiler chickens. Data were processed using analysis of variance, and if the results were significantly different, then Duncan's test was carried out. The results showed that adding a 0.30% Kepel leaf extract to the feed significantly affects (p0.05) on the number of E. coli on broiler chickens' excreta, villi height, ration consumption, and BWG
Efek Penambahan Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dalam Ransum terhadap Performan, Karkas dan Income Over Feed Cost Ayam Kampung
Starfruit (Averrhoa bilimbi L.) can serve as an acidifier which can improve digestive enzymes work, suppress the growth of pathogenic microbes, protecting feed from microbial and fungal attack and to improve the palatability of feed. The main objective of this study was to determine the effect of starfruit in the ration on the performance (feed intake, body weight gain, feed conversion), the weight of carcass parts, fatty meats, and income over feed cost. The study used 80 chicks two weeks old village with a complete randomized block design experiment method. The treatment consisted of control diet (P0), and three levels of addition of starfruit (P1 = 0.5%; P2 = 1%; and P3 = 1.5%). Each treatment was repeated 5 times. Rations and water were given adlibitum. The trial period lasts for 30 days. Test performed to determine differences in Duncan.The results showed the addition of up to 5% starfruit into the ration does not affect the performance of chicken and chicken carcass weight parts. The highest value of income over feed cost was achieved by treatment with the addition of 0.5% ration starfruit juice
PENGARUH PERBEDAAN SIFAT SPESIES KAPANG DAN TINGKAT PERBANDINGAN BUNGKIL KELAPA DAN ONGGOK TERHADAP PERUBAHAN NILAI GIZI DAN KECERNAAN RANSUM AYAM PEDAGING
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan gizi hasil fermentasi darikombinasi bungkil kelapa dan onggok dengan dua spesies kapang yang berbeda,serta mengetahui nilai kecernaan bahan kering hasil fermentasi terbaik dari duaspesies kapang Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae pada ayam pedaging.Penelitian dilaksanakan secara eksperimen dalam dua tahap, yaitu: (1)Fermentasi, menggunakan rancangan Acak Lengkap pola faktorial (2x5) yangdiulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama adalah dua macam spesies kapang,yaitu: Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Faktor kedua adalah limamacam kombinasi jenis substrat, yaitu bungkil kelapa dan onggok denganperbandingan: 100:0; 50:50; 25:75; dan 0%:100%; (2) Pengujian kecernaanbahan kering hasil fermentasi terbaik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap,tiga perlakuan ransum yang diulang lima kali; dan perlakuannya adalah: 10%ransum yang mengandung kombinasi substrat tanpa difermentasi; 10% produkRhizopus oligosporus; dan 10% produk Rhizopus oryzae. Ternak percobaan yangdigunakan adalah ayam pedaging final stock “Arbor Acres” sebanyak 30 ekor.Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil fermentasi terbaikadalah kombinasi bungkil kelapa dan onggok dengan perbandingan 50%:50%,baik dengan Rhizopus oligosporus maupun Rhizopus oryzae, dan kedua jeniskapang tersebut tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kenaikankandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar; (2) Kecernaan bahankering ransum yang mengandung hasil fermentasi terpilih, nyata lebih baik dibanding dengan ransum basal. Nilai kecernaan bahan kering hasil fermentasi olehRhizopus oligosporus adalah 71,95% dan Rhizopus oryzae adalah 72,75%, dankeduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.Kata Kunci : bugkil kelapa, onggok, Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Ransum pakan
Efek Pengolahan Limbah Sayuran Secara Mekanis Terhadap Nilai Kecernaan pada Ayam Kampung Super JJ-101
Limbah sayuran berpotensi sebagai bahan pakan ternak unggas, khususnya ayam kampung super, namun limbah tersebut mudah rusak dan busuk sehingga perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan yang dimaksud yaitu dilakukan secara mekanis melalui pengukusan, perebusan, dan penjemuran. Guna menguji kualitas produk pengolahan, dilakukan percobaan pada ayam kampung super JJ-101 melalui pengukuran terhadap nilai kecernaan bahan kering dan protein. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan ransum, yaitu 100 persen ransum kontrol (RB), 85 persen ransum kontrol + 15 persen limbah sayuran hasil pengukusan (RK), 85 persen ransum kontrol + 15 persen limbah sayuran hasil perebusan (RR), dan 85 persen ransum kontrol + 15 persen limbah sayur hasil penjemuran (RJ), setiap perlakuan diulang 5 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap nilai kecernaan bahan kering dan protein. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ransum mengandung limbah sayuran hasil pengukusan (RK) memiliki nilai kecernaan bahan kering dan protein yang lebih tinggi dibandingkan ransum RR dan RJ, namun setara dengan ransum kontrol (RB). Nilai kecernaan bahan kering dan protein ransum mengandung limbah sayuran hasil pengukusan (RK) yaitu sebesar 74,91 persen dan 70,22 persen.Kata kunci: Limbah sayuran, pengolahan mekanis, kecernaan, ayam kampung super
Penentuan Kecernaan Ransum Mengandung Ampas Umbi Garut (Maranta Arundinacea Linn.) pada Ayam Broiler dengan Metode Pemotongan
Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan ransum(bahan kering, protein kasar dan bahan organik) yang mengandung ampas umbiGarut telah dilakukan selama dua minggu, mulai tanggal 15 sampai dengan 29Juli 2002. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan RancanganAcak Lengkap dengan empat perlakuan ransum (R0 = ransum basal = ransumtanpa tepung ampas umbi Garut; R1 = 95% ransum basal + 5% tepung ampasumbi Garut; R2 = 92,5% ransum basal + 7,5% tepung ampas umbi Garut dan R3= 90% ransum basal + 10% tepung ampas umbi Garut). Setiap perlakuandiulang lima kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung ampasumbi Garut.. pada tingkat 10% dalam ransum (R3) nyata (P<0,05) menurunkannilai kecernaan ransum (bahan kering, protein kasar dan bahan organik)dibandingkan dengan perlakuan R0 (ransum basal). Rataan perlakuan R0, R1 danR2 tidak menujukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah yangdiamati. Kesimpulan yang diperoleh bahwa tepung ampas umbi Garut.. dapatdiberikan sampai 7,5% dalam ransum ayam broiler, yang ditunjang oleh datasebagai berikut: (1) Nilai kecernaan bahan kering ransum = 81,52%, tepungampas umbi Garut = 74,80%; (2) Nilai kecernaan protein kasar ransum =74,78%, tepung ampas umbi Garut = 66,35% dan (3) Nilai kecernaan bahanorganik ransum = 84,64%, tepung ampas umbi Garut = 74,99%
Pengaruh Pemberian Ransum Mengandung Minyak Ikan Lemuru dan Vitamin E terhadap Kadar Lemak dan Kolesterol Daging Ayam Broiler
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar lemak dan kolesterol daging ayam broiler yang diberi ransum yang mengandung minyak ikan lemuru dan vitamin E serta kombinasinya. Penelitian menggunakan 216 ekor ayam broiler strain CP 707. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancagan Acak Lengkap dengan pola Faktorial 3x3 yang diulang empat kali dan setiap ulangan terdiri atas 6 ekor ayam. Faktor pertama adalah pemberian Minyak Ikan Lemuru pada tingkat 0%, 3% dan 6%. Faktor yang kedua adalah penambahan suplemen vitamin E pada tingkat 0 ppm, 100 ppm dan 200 ppm. Setiap ransum mempunyai kandungan protein dan energi metabolis yang sama. Untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan, data yang diperoleh dianalisis dengan metoda Sidik Ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian minyak ikan lemuru pada tingkat 3% dan 6% dengan suplementasi vitamin E pada tingkat 100 ppm dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar lemak daging ayam broiler. Pada pemberian minyak ikan lemuru pada tingkat 3% dengan suplemntasi vitamin E sebanyak 100 ppm dan pemberian minyak ikan lemuru pada tingkat 6% dengan suplementasi vitamin E 200 ppm dapat mencegah terjadinya peningkatan persentase kadar kolesterol daging ayam broiler.Kata kunci : Minyak Ikan Lemuru, Vitamin E, Lemak, Kolesterol, Broiler