13 research outputs found

    Gang sebagai Tempat Aktivitas di Permukiman Perkotaan Referensi Kampung di Kota Surabaya

    Get PDF
    Kampung merupakan permukiman perkotaan dengan keterbatasan tempat aktivitas bagi penghuni. Kampung memiliki keunikan yang khas dalam pembentukan tempat aktivitas.Hal ini karena penghuni tidak hanya beraktivitas di dalam rumah namun juga di luar rumah, khususnya di gang. Paper ini menerangkan secara naturalistik kualitatif tentang bagaimana penghuni kampung membentuk place di gang kampung untuk beragam aktivitas individu dan bersama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gang kampung berfungsi dengan baik sebagai link (jalur sirkulasi) dan tempat aktivitas yang adaptable, fleksibel, dan negotiable. Pembentukan tempat aktivitas di gang kampung dipengaruhi oleh karakteristik space kampung, aktivitas, aktor dan makna gang bagi penghuni kampung.Kampung is a spontaneous urban settlement that lack of an inhabitant’s place activity. Kampung has unique ways for forming an activity place due to where it placed. Kampung’s inhabitant not only do their daily activities inside their houses but also in the kampung’s alley. The objective of research is understand how the inhabitant of kampung are making a place activity at alley. The research method is qualitative approach with naturalistic paradigm. The result showed that the kampung alley are running well as a link (channel of movement) and an activity place that adaptable, flexible, and negotiable. The kampung alley as an activity place formed by space characteristic of kampung, inhabitant’s activities at alley, actor and the meaning of alley for inhabitant.

    PERANCANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL KOTA MALANG BERGAYA ART DECO

    Get PDF
    Kota malang merupakan salah satu kota terbesar di Jawa timur yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 844.933 orang dengan 330.000 mahasiswa aktif yang sedang menempuh pendidikannya di 86 universitas dikota ini. Dengan begitu banyaknya mahasiswa aktif di kota malang serta masyarakat umum, tidak menjadikan perpustakaan umum di kota Malang diminati masyarakat. dikarenakan banyak keluhan yang di keluhkan saat mengunjungi perpustakaan umum kota Malang ini. Pemerintah dalam hal ini juga sepakat dan memberikan solusi dengan cara membenahi serta meningkatkan taraf perpustakaannya lewat peraturan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2018-2023 kota Malang. Lokasi tapak bangunan memiliki karakteristik tersendiri yang telah terbangun sejak zaman kolonial, perkembangan arsitekturnya tidak terlepas dari pengaruh luas arsitektur kontemporer, yang pada saat itu di eropa berkembang dengan pesat, yaitu bangunan bergaya art deco. Nilai historis ini sepatutnya tidak di lupakan begitu saja. Perancangan perpustakaan umum kota Malang ini mengambil konsep romantis kolonialisme, Perpustakaan sebagai bangunan mesin waktu membawa kembali ke masa jaya kota Malang waktu itu atau sebagai jalan kembali. Ini juga selaras dengan penataan kawasan, pemakaian atribut ciri khas terhadap gaya bangunan yang telah menyatu dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya yang telah terpatri 1 abad lalu. Jurnal ini merupakan hasil perancangan gedung perpustakaan umum kota Malang dengan karakteristik gaya art deco

    POTENSI RUMAH JOGLO DESA MINGGIRSARI BLITAR SEBAGAI OBYEK PENDUKUNG DESA EKONOMI KREATIF

    Get PDF
    Rumah joglo merupakan arsitektur tradisional yang menggambarkan kekayaan budaya jawa, juga memiliki nilai filosofi yang begitu dalam. Makna filosofi yang begitu dalam terlihat dari elemen elemen pembentuk bagian bagian rumah joglo. Selain nilai sakral yang terkandung, Rumah joglo juga simbol dari keseimbangan lingkungan, hubungan dengan manusia, dan hubungan dengan tuhan. Karena keunikan yang dimiliki, rumah joglo banyak disukai dan dijadikan sebagai obyek yang tidak hanya digunakan sebagai hunian, melainkan sebagai obyek pendukung dengan ciri khas yang tertuang didalamnya. Demikian juga dengan Desa Minggirsari Blitar yang menjadikan rumah joglo sebagai obyek pendukung Desa Ekonomi Kreatif. Terdapat 10 joglo yang ada pada desa Minggirsari yang memiliki masing masing potensi. Dari eksplorasi potensi ini akan mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti lokasi, lingkungan sekitar, kondisi eksisting, pemilik, dll. Dari hasil penelitian ini akan didapat 3 joglo yang akan dilakukan pengembangan dan perencanaan dari potensi yang didapat tanpa merubah ciri khas joglo itu sendiri. Perencanaan dilakukan dengan tetap memberikan ruang kepada pemilik / ahli waris yang masih menempati rumah tersebut. Masing-masing Rumah Joglo akan difungsikan sebagai penginapan, rumah makan dan ruang baca untuk mendukung Desa Wisata Pendidikan di Desa Minggirsari.&nbsp

    Identifikasi Gaya Art Deco Dalam Arsitektur Kolonial Kota Malang Sebagai Dasar Perancangan Gedung Perpustakaan Digital

    Get PDF
    AbstrakKota Malang merupakan  kota terbesar kedua di jawa timur setelah kota Surabaya, hal ini tidak terlepas dari efek dibukanya jalur kereta api Surabaya – Malang pada tahun 1878. Lalu ditahun 1903, Belanda memberlakukan UU Desentralisasi yang membuat kota Malang resmi menjadi Kotamadya pada tanggal 1 April 1914. Dalam upaya mengembangkan kota, Pemerintah kotamadya Malang langsung menunjuk Thomas Karsten seorang arsitek dari Belanda untuk merancang tata kota Malang, Dari tahun 1917 sampai 1929, rencana ini dilaksanakan se (Mulyadi, Witjaksono, & Fathony, 2020)cara bertahap dari bouwplan I sampai bouwplan VIII. perkembangan arsitekturnya tidak terlepas dari pengaruh luas arsitektur kontemporer, yang pada saat itu di eropa berkembang dengan pesat bangunan bergaya Art Deco. Setelah sekian lama negara Indonesia merdeka, Ciri bangunan berkonsep Art Deco masih dapat dijumpai di sejumlah bangunan peninggalan kolonial, khususnya di kota Malang hingga saat ini. Kawasan heritage Kayutangan dijadikan oleh pemerintah kota sebagai kawasan wisata sejarah dengan berbagai bentuk bangunan yang dijadikan sajian utamanya.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari bangunan-bangunan peninggalan Belanda, khususnya dikota Malang, guna dijadikannya acuan penulis untuk menarik benang merah desain yang dapat diaplikasikan kedalam perancangan gedung perpustakaan digital kota Malang

    Assistance of Handicraft Small Business in Increasing Capacity

    Get PDF
    The micro, small and medium enterprises (MSMEs) is important in building the nation’s economy. Our SMEs partners are owned by Architecture Students of Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, they are Keranting and Beelovedthings. Keranting runs in Fashion products with the application of Ecoprint. Ecoprint itself is a process of transferring patterns or colors into fabric/leather/paper media using natural materials and dyes. Meanwhile, Beelovedthings is engaged in handicrafts which are used for souvenirs and merchandise. The partners problems are un-consistent stock of products and they have not reached the turnover target because they are still doing conventional marketing. To overcome these problems, we have to obtain consistent supply of raw materials, availability of adequate equipment that can support the production process, the consistent availability of various types of products, content creation and selection of digital marketing platforms, as well as increasing e-commerce and social media traction. The results of this program are not only in the form of stock fulfillment, but also more varied content creation which can attract more customers. The availability of various digital marketing platforms makes it easier for buyers to reach MSME products with paid promotions carried out on digital marketing platforms to increase eCommerce traction

    Strategi Rebrand Usaha Berbasis Rumah Tangga Melalui Desain Ulang Tempat Usaha di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan

    Get PDF
    This paper presents the community service (PKM) implementation for home based enterprises Pia “Mahen”. The purpose is re-design working place as a producing place and as a training center of Pia making through provided a layout design. These two functions took a same place currently. This condition interfere each functions. This PKM is involving students for apply their design knowledge. The implementation method is used technical assistance for re-design of the working place and the training center. Through the redesign of working place Pia “Mahen” is expected to be increasingly widely known as a producing place of Pia and a training center of Pia making

    RE-DESAIN KEMASAN SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN OMSET PADA UMKM PIA “MAHEN” DI KECAMATAN PANDAAN,KABUPATEN PASURUAN

    Get PDF
    Pengabdian pada masyarakat ini merupakan pelaksanaan tahun kedua setelah sebelumnya mengembangkan desain tempat usaha, pada tahun ini dilakukan upaya untuk meningkatkan kembali omset yang semakin menurun lagi akibat adanya pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu membuat desain ulang kemasan produk dengan tampilan yang lebih sederhana dan menarik. Selain itu juga mengembangkan desain logo yang sudah melekat pada pelanggan. Desain kemasan baru tidak serta merta menggantikan semua kemasan yang sudah ada, tetapi akan menjadi pendukung untuk lebih meningkatkan jumlah pelanggan. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini berupa metode perancangan dengan re-desain kemasan produk sehingga memiliki tampilan yang lebih menarik tanpa merubah identitas kemasan yang berwarna hijau dan memiliki logo bergambar koki berkumis. Luaran yang dihasilkan dari pengabdian pada masyarakat ini berupa karya desain baik dari desain kemasan maupun desain logo yang akan didaftarkan pada Hak Kekayaan Intelektual berupa hak cipta. Sebagai pelaku usaha kecil diperlukan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan penjualan, salah satunya melalui desain kemasan yang menjadi sarana promosi. Dengan desain kemasan baru yang lebih menarik diharapkan dapat meningkatkan kembali omset yang turun serta dapat lebih memperluas jangkauan pelanggan. Kata kunci: re-desain; promosi; usaha keci

    Tempat Aktivitas Di Gang Kampung Dan Modal Sosial Penghuninya (kasus : Kampung di kota Surabaya)

    No full text
    Penghuni kampung beraktivitas tidak hanya di dalam rumah namun juga di gang. Gang merupakan jalur sirkulasi dan bertambah fungsi sebagai tempat aktivitas penghuni kampung. Gang merupakan bagian penting bagi kehidupan sosial kampung sebagai tempat menjalin hubungan sosial antar penghuni. Kehidupan sosial dan hubungan sosial penghuni merupakan kearifan lokal bagi kampung. Kearifan lokal adalah salah satu wujud modal sosial di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menemukan mekanisme hubungan antara lingkungan binaan dan perilaku manusia dalam functional theory melalui gang kampung sebagai tempat aktivitas dan modal sosial penghuninya. Metoda penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma naturalistik yang bertumpu pada grounded theory. Penelitian dilakukan tanpa menetapkan gagasan awal agar fenomena obyek penelitian menentukan kategori data, serta teori dapat muncul dari pengolahan data tersebut. Kategori data disusun berdasarkan tujuan penelitian. Data diperoleh melalui mapping, fotografi, pengamatan perilaku, dan wawancara. Lokasi penelitian adalah tiga kampung di Kota Surabaya yaitu kampung aktif yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari melalui beragam aktivitas di gang. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terbentuknya tempat aktivitas yang terjadi di gang kampung dipengaruhi oleh modal sosial yaitu norma (disepakati dan ditaati) dan mutual understanding para penghuni pada penggunaan gang untuk menunjang kehidupan sosial di kampung. Hasil penelitian ini memperkaya functional theory tentang definisi tempat aktivitas dalam ilmu arsitektur menjadi social place yaitu suatu tempat beraktivitas di gang yang dipengaruhi oleh modal sosial penghuninya dalam menjaga kehidupan sosial di kampung menjadi lebih baik. ============================================================Kampung’s inhabitant not only do their daily activities inside their houses but also in the kampung’s alley. It means that the alley becomes both a cannel for movement as well as other function a place for activities by the it’s inhabitants. Initially, an alley is important part for the social life in the kampung because it strengthened the relationship among kampung’s inhabitants. Social life and inhabitant’s relation are the local wisdom of kampung that is one of the form of social capital in Indonesia. The research objective is to find the relationship mechanism between built environment and human behavior in functional theory through understanding and exploring kampung’s alley as place for activities and inhabitant’s social capital. The research uses a qualitative methods with naturalistic paradigm based on grounded theory. This study was conducted without specifying an initial idea so that the phenomenon of the research object will determines the categories of, as well as the theory of data processing could arise. Categories of data are compiled based on the research objectives. Data were collected through mapping, photograph, behavioral observations, and interviews. The research locations are in three inhabited kampungs in Surabaya that show daily social life through various activities in the alley. The research result shows that kampung as place for inhabitants’ activities are affected by the social capital, consist of norm (agreed upon and adhered) and mutual understanding between the inhabitants in order to support the social life in the kampung. The result enriches functional theory on the definition of activity place in architecture that became a social place. It is a place for inhabitant’s activities according to their social capital in maintaining their social live

    Tempat Aktivitas di Gang Kampung dan Modal Sosial Penghuninya Kasus: Kampung di Kota Surabaya

    No full text
    Penghuni kampung beraktivitas tidak hanya di dalam rumah namun juga di gang. Gang merupakan jalur sirkulasi dan bertambah fungsi sebagai tempat aktivitas penghuni kampung. Gang merupakan bagian penting bagi kehidupan sosial kampung sebagai tempat menjalin hubungan sosial antar penghuni. Kehidupan sosial dan hubungan sosial penghuni merupakan kearifan lokal bagi kampung. Kearifan lokal adalah salah satu wujud modal sosial di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menemukan mekanisme hubungan antara lingkungan binaan dan perilaku manusia dalam functional theory melalui gang kampung sebagai tempat aktivitas dan modal sosial penghuninya. Metoda penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma naturalistik yang bertumpu pada grounded theory. Penelitian dilakukan tanpa menetapkan gagasan awal agar fenomena obyek penelitian menentukan kategori data, serta teori dapat muncul dari pengolahan data tersebut. Kategori data disusun berdasarkan tujuan penelitian. Data diperoleh melalui mapping, fotografi, pengamatan perilaku, dan wawancara. Lokasi penelitian adalah tiga kampung di Kota Surabaya yaitu kampung aktif yang memperlihatkan kehidupan sehari-hari melalui beragam aktivitas di gang. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa terbentuknya tempat aktivitas yang terjadi di gang kampung dipengaruhi oleh modal sosial yaitu norma (disepakati dan ditaati) dan mutual understanding para penghuni pada penggunaan gang untuk menunjang kehidupan sosial di kampung. Hasil penelitian ini memperkaya functional theory tentang definisi tempat aktivitas dalam ilmu arsitektur menjadi social place yaitu suatu tempat beraktivitas di gang yang dipengaruhi oleh modal sosial penghuninya dalam menjaga kehidupan sosial di kampung menjadi lebih baik. Kata kunci: gang, kampung, tempat aktivitas, modal sosial, Kota Surabaya ======================================================================================================================== Kampung’s inhabitant not only do their daily activities inside their houses but also in the kampung’s alley. It means that the alley becomes both a cannel for movement as well as other function a place for activities by the it’s inhabitants. Initially, an alley is important part for the social life in the kampung because it strengthened the relationship among kampung’s inhabitants. Social life and inhabitant’s relation are the local wisdom of kampung that is one of the form of social capital in Indonesia. The research objective is to find the relationship mechanism between built environment and human behavior in functional theory through understanding and exploring kampung’s alley as place for activities and inhabitant’s social capital. The research uses a qualitative methods with naturalistic paradigm based on grounded theory. This study was conducted without specifying an initial idea so that the phenomenon of the research object will determines the categories of, as well as the theory of data processing could arise. Categories of data are compiled based on the research objectives. Data were collected through mapping, photograph, behavioral observations, and interviews. The research locations are in three inhabited kampungs in Surabaya that show daily social life through various activities in the alley. The research result shows that kampung as place for inhabitants’ activities are affected by the social capital, consist of norm (agreed upon and adhered) and mutual understanding between the inhabitants in order to support the social life in the kampung. The result enriches functional theory on the definition of activity place in architecture that became a social place. It is a place for inhabitant’s activities according to their social capital in maintaining their social live. Kata kunci: alley, kampung, activities, place, social capital, Surabay

    Pendekatan Arsitektur Modern Kontemporer pada Pengembangan Bandar Udara Dewadaru Karimunjawa di Kabupaten Jepara

    No full text
    The development of Dewadaru Karimunjawa airport in Jepara Regency is carried out to accommodate all movements of air transportation modes in the next 20 years. This is in response to the increasing  number  of  tourists  heading  to  Karimunjawa  Island,  where  Karimunjawa  Island  is  an archipelago tourist attraction that is included in the Karimunjawa National Park area. The development in question is to respond to the condition of Dewadaru Airport based on spatial capacity and tamping capacity, which is still far from the feasibility of the role, function of use, hierarchy and classification of the airport nor does it display regional characteristics / identity as well as green airport
    corecore