35 research outputs found
Arkeologi Pulau Kobror Kepulauan Aru
The Aru islands is one of the key regions in the cultural historical study of Southeast Asia and Australia. This major role is represented at least by two aspects: firstly, the paleogeographical character of the Aru Islands as an extension of Sahul land that included New Guinea and Australia and secondly the role as a resource regio for exotic commodities such as pearl and bird of paradise. With this specific profile, Aru islands is potential to be studied archaeologically. Few archaeological studies had been initiated over last decade but still not balance with the colossal profile of regoin’s cultural history. This study tries to contribute in improving such condition by focusing on the archeological potential in the kobror island. As an initial study, this research has adopted the reconnaissance survey as a key method to collect data. Referential study also has been adapted to reconigze the historical background of the region. This study found that two major aspects : firstly, the prehistotic character of the archaeological profile of the region as represented by the presence of a rock art sites and secondly, living tradition as reflected by the representation of cave burial that associated with the application of boat as a symbol and traditional religion.Kepulauan Aru adalah salah satu kawasan terpenting dalam studi sejarah budaya di Asia Tenggara dan Australia. Peran penting ini setidaknya diwakili oleh dua aspek: pertama, karakter paleogeografi Kepulauan Aru yang merupakan bagian dari perluasan daratan besar Sahul yang mencakup juga Papua dan Australia serta kedua, peran khas wilayah ini sebagai salah satu kawasan sumber komoditi eksotik seperti mutiara dan bulu burung cendrawasih. Dengan profil yang sedemikian kepulauan ini sejatinya memiliki potensi arkeologis yang cukup raya untuk dikaji. Beberapa penelitian arkeologis pada tahap mula memang telah dilaksanakan. Namun dirasa belum berbanding lurus dengan luasnya cakupan sejarah budaya wilayah ini. Tulisan ini mencoba untuk mengisi ruang dimaksud dengan memberi perhatian pada tinjauan atas potensi arkeologis yang ada di Pulau Kobror Kepulauan Aru. Sebagai sebuah kajian yang bersifat inisiasi, pendekatan yang digunakan adalah survei penjajakan guna merekam segenap data arkeologis yang ada di wilayah Kobror. Kajian pustaka juga dilakukan untuk menemukan kerangka historis wilayah kajian. Hasil penelitian menemukan aspek penting dalam tinjauan sejarah budaya di Kepulauan Aru: pertama adalah jejak budaya prasejarah yang teramati lewat situs lukisan cadas dan kedua, ragam tradisi berlanjut sebagaimana terekam dalam situs penguburan kuno yang tekait dengan aplikasi perahu sebagai simbol dan religi tradisional
Arkeologi Kawasan Hatusua di Seram Bagian Barat Maluku: Hasil Penelitian Terkini dan Arah Pengembangannya
Hatusua in West Seram is one of the well known site in the archaeological study of Maluku. The first academic record of this site has been existed since the late 1980s. Archaeological studies with sufficient depth has been conducted since the first half of 1990s by the collaboration team of Indonesia and United States. In 2006 and 2009 Balai Arkeologi Ambon conducted research in this area. Despite the high records of archaeological studies, in reality a relatively complete picture and a comprehensive understanding of the site apparently cannot be obtained yet. Since 2012-2015 Balai Arkeologi Ambon started a more structured research which included the mapping of potenial and excavation to identify the character of Hatusua Site. Which is included the chronological test that dated on ± 1,100 BP. This article is the review of the research result in Hatusua Complex in the last three years. Reconissance survey and excavation were adopted as the approach in this research. The study found that Hatusua is a complex of sites with the coastal-inland landscape, open site and cave habitation site, with notes on continuing tradition until recently. Hatusua di Seram Bagian Barat merupakan salah satu situs yang sudah cukup dikenal dalam rekam studi arkeologi di Maluku. Catatan akademis pertama mengenai situs ini muncul di penghujung era 1980-an. Studi arkeologi dengan cukup mendalam mulai dilakukan pada paruh pertama tahun 1990-an oleh kolaborasi tim penelitian Indonesia-Amerika Serikat. Tahun 2006 dan 2009 Balai Arkeologi Ambon kembali melakukan beberapa kajian di situs ini. Meski rekam studi arkeologi yang telah dilakukan cukup tinggi, dalam kenyataannya gambar yang relatif utuh dan pemahaman yang komprehensif atas situs ini agaknya belum bisa diperoleh. Sejak tahun 2012 hingga 2015 Balai Arkeologi Ambon mulai melakukan studi yang lebih terarah meliputi pemetaan potensi secara lengkap serta rangkaian ekskavasi untuk menemukenali karakter kepurbakalaan yang lebih utuh dari Situs Hatusua.Termasuk uji konologi yang memberikan usia peradaban hingga ± 1,100 TYL. Artikel ini merupakan ulasan atas hasil studi yang dilakukan di Situs Hatusua selama tiga tahun terakhir. Sebagai upaya untuk merekam profil situs secara utuh maka pendekatan yang digunakan dalam rangkaian penelitian meliputi survei permukaan, ekskavasi arkeologi, studi geologi, dan kajian etnografi. Hasil penelitian menemukan bahwa Hatusua merupakan kompleks situs dalam karakter bentang alam pesisir-pedalaman; situs hunian gua-situs terbuka, dengan ciri tradisi yang berlanjut hingga saat ini
Prangko di Indonesia: Kronologi dalam Tinjauan Sejarah Pos Kolonial
Rentang panjang kekuasaan kolonial di Indonesia antara lain direfleksikan lewat berbagai hasil budaya materi dengan ciri kolonial. Arkeologi sebagai studi yang mengkaji aspekaspek masa lalu melalui hasil budaya materi sudah melakukan berbagai kajian untuk merekonstruksi ragam aspek kehidupan masa kolonial di Indonesia. Kajian bangunan monumental seperti benteng maupun kajian keruangan seperti pola tata kota adalah aspek-aspek yang cukup medapat perhatian selama ini. Tulisan ini mencoba untuk melihat konstruksi budaya kolonial dengan sudut pandang berbeda melalui prangko sebagai artefak dalam konstruksi sejarah pos di Indonesia
Manajemen Sumber Daya Budaya sebagai Dasar Pengembangan Pariwisata di Maluku
Bulan Agustus 2007 Balai Arkeologi Ambon kembali mengadakan Pameran dan Diskusi Arkeologi Tahunan. Sebagaimana tahun sebelumnya, kegiatan ini dipusatkan di Kota Ambon, dan mengambil tema Pengelolaan Sumber Daya Budaya untuk Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal. Makalah ini ditulis sebagai bagian kegiatan diskusi, yang bertujuan menciptakan ruang untuk menampung pemikiran lintas instansi di Maluku, yang diharapkan dapat didayagunakan untuk menciptakan suatu iklim pengelolaan sumber daya budaya, yang mampu memberi kontribusi signifikan bagi pengembangan pariwisata di Maluku
Peneliti Arkeologi di Indonesia: Antara Idealisme dan Kenyataan
The archaeological research in Indonesia is in positive progress in the last years. This situation is reflected by the increasing of public and media interest in the archaeological and cultural historical research activity. A main factor which is determine the quality of research result and the performance of the archaeological institution is the human capital. The quality and competence of researcher serve as the main factors in developing archaeological research institution in Indonesia. This paper will discuss the performance of archaeology researchers in Indonesia with the main focus on the researcher in Balai Arkeologi Ambon. Analysis on the perfomance was conducted based on the synopsis of National Research Result Evaluation 2013. We hope that this paper might serves as the discussion medium to evaluate the performance of archaeological research and develop solution for the better perfomance in the future.Penelitian arkeologi di Indonesia semakin berkembang selama tahun-tahun belakangan. Hal mana tercermin dari meluasnya perhatian masyarakat dan media atas aktifitas riset arkeologi dan sejarah budaya. Hal mana juga berimplikasi pada meningkatnya ekspektasi publik atas hasil penelitian. Salah satu faktor kunci yang menentukan kualitas hasil penelitian dan kinerja lembaga riset termasuk bidang arkeologi adalah sumber daya manusia. Kualitas kemampuan dan kompetensi peneliti merupakan penentu kinerja dan capaian institusi penelitian arkeologi di Indonesia. Makalah ini membahas mengenai tinjauan atas kinerja peneliti arkeologi di Indonesia dengan fokus pada kinerja peneliti di Balai Arkeologi Ambon. Telaah atas kinerja dilakukan dengan mengacu pada tujuh parameter kinerja yang disampaikan dalam sinopsis kegiatan Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi Nasional 2013. Diharapkan makalah sederhana ini bisa menjadi ruang diskusi untuk melakukan evaluasi kinerja peneliti arkeologi dan membangun solusi bagi kinerja yang lebih baik ke depan
Tayangan Arkeologi di Televisi: Catatan Ringan tentang Sebuah Peluang
Fenomena selama dekade terakhir menunjukan kecenderungan meningkatnya tayangan bertema arkeologi pada televisi nasional dan lokal di Indonesia. Meskipun kuantitas dan kualitasnya masih jauh dibanding tayangan sejenis di kanal-kanal internasional, kemajuan ini perlu direspon secara positif. Tulisan ini mencoba mengulas fenomena ini sebagai sebuah peluang bagi pengembangan studi arkeologi di Indonesia
Materialisasi Identitas: Monumen-Monumen Perahu Batu di Kepulauan Tanimbar.
Abstract. Materialization of Identity: Stone Boat Monuments in The Tanimbar Islands. Boat theme is one of main symbolic elements in islands between Timor and New Guinea. Community in this region has attached the philosophical value of boat in various cultural products that ranged from architechture to statues. The stone boat monument of Sangliat Dol in Tanimbar is one of the most popular representation of such Phenomenom. Recent archaeological studies in the Tanimbar Islands found that this model of stone boat monument is surprisingly widely adopted in this region. The eksistence of sites with these specific monuments refelected this condition. This paper tries to discuss the recent pictures of stone boat monuments in the Tanimbar Islands and aspects behind thedevelopment of this particular cultural products in the region. The theory of materialization ideology by DeMarrais has been adopted to explain the phenomenom. This research found that the essence behind the construction of these stone boat monuments is serve as the identity materialization of traditional groups in Tanimbar Islands. Abstrak: Tema perahu merupakan salah satu elemen simbolik yang digunakan secara luas di pulau-pulau yang membentang antara Timor dan Papua. Masyarakat di kawasan ini memang menyematkan segenap nilai filosofis perahu pada berbagai produk budaya mereka mulai dari aristektur hingga patung dan objek pemujaan leluhur. Salah satu representasi yang paling terkenal adalah keberadaan monumen perahu batu di Sangliat Dol, Tanimbar. Studi arkeologis terkini di Kepulauan Tanimbarmenemukan bahwa model monumen untuk tema perahu sebagai simbol ini juga ternyata digunakan pada cakupan yang lebih luas di wilayah ini. Eksistensi situs-situs serupa di beberapa bagian lain kepulauan ini merupakan cermin atas kondisi tersebut. Tulisan ini mencoba mendiskusikan gambaranterkini sebaran representasi monumen perahu batu di wilayah Kepulauan Tanimbar serta aspek-aspek yang melatarbelakangi berkembangnya model budaya khas dimaksud di kawasan ini. Hasil penelitian menemukan bahwa hakekat monumen perahu batu ini merupakan wujud materialisasi identitas kelompok-kelompok masyarakat tradisional di Kepulauan Tanimbar
Survei Arkeologis di Kawasan Halmahera Bagian Tengah
Halmahera is one main island in the northeast region of Wallacea. Having a uniquely environmental profile, Halmahera also serves as a home for a long cultural historical process of this region. Including for archaeological studies. Numbers of preliminary studies have been conducted to understand the dynamic of region’s culture in the past. Unfortunately, the quantity and the depth of these studies have not equivalent to the colossal potential of Halmahera’s culture history. This research is a part of the efforts to contribute in completing our knowledge on the dynamics of culture history in Halmahera. Focus of this research is to identify the archaeological potential in the geographic area of Central Halmahera. The opening of the large scale nickel mines in this region which is potentially threaten the preservation of the cultural heritage is the main consideration in chosing the research locus. Prelimenary survey has been adopted as an approach in this research. This study found that the region of Central Halmahera is a high potentially area for archaeological research according to the large coverage of the karst area in this region. Rescue and preservation action of sites in the mining area is absolutely necessary in order to maintaining the existence of all cultural heritage in the region.Halmahera merupakan salah satu daratan utama di timur laut kawasan Wallasea. Tidak hanya memiliki profil lingkungan yang khas, Halmahera juga merupakan rumah bagi proses panjang sejarah budaya kawasan. Termasuk bagi studi arkeologis. Berbagai kajian awal telah dilakukan untuk memahami dinamika budaya masa lalu di wilayah ini. Meski demikian kuantitas dan kedalamannya kiranya belum berbanding lurus dengan potensi raya sejarah budaya Halmahera sebagai sebuah kawasan. Kajian ini merupakan bagian dari upaya dalam berkontribusi melengkapi pengetahuan terkait dinamika sejarah budaya di wilayah Halmahera. Fokus penelitian diarahkan untuk menemukan segenap potensi arkeologis dalam lingkup geografis Halmahera Bagian Tengah. Pembukaan tambang nikel berskala besar di wilayah ini yang mengancam kelestarian warisan budaya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penentuan lokus. Survei penjajakan diadopsi sebagai metode dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Halmahera Tengah memiliki potensi tinggi secara arkeologis mengacu pada bentang luas kawasan karst yang potensial sebagai hunian masa lalu dan segenap jejak tradisi yang masih melekat dalam keseharian masyarakat. Tindakan penyelamatan dan pelestarian atas situs-situs dalam pertambangan nikel mutlak diperlukan untuk menjaga eksistensi segenap warisan budaya dalam kawasan