5 research outputs found

    PENGARUH KONSENTRASI NaCl TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK PROTEASE EKSTRASELULER DARI BAKTERI HALOFILIK HASIL ISOLASI BITTERN TAMBAK GARAM MADURA

    Get PDF
    Protease halofil dapat dimanfaatkan pada proses fermentasi makanan seperti pada pembuatan kecap ikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bakteri halofilik dari isolat bittern tambak garam Madura dan mengisolasi protease halofil ekstraseluler serta menentukan pengaruh konsentrasi NaCl terhadap aktivitas spesifik protease halofil. Bakteri halofilik ditumbuhkan pada media HSB (Halophlie Synthetic Broth). Penentuan aktivitas protease dilakukan dengan menggunakan substrat azokasein dan kadar protein diukur dengan menggunakan metode Lowry. Berdasarkan penelitian diperoleh bakteri halofilik isolat bittern tambak garam Madura yang tumbuh optimal pada konsentrasi NaCl 4 %(b/v), dengan aktivitas spesifik protease halofil ekstraseluler tertinggi pada fraksi 4 (60-80 %) sebesar 58,537 Unit/mg protein. Adanya penambahan garam NaCl akan meningkatkan aktivitas protease halofil. Pada penelitian ini, aktivitas spesifik protease halofil meningkat menjadi 113,78 Unit/mg protein dengan konsentrasi optimal NaCl 0,750 M

    ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ALKALOID TOTAL DARI DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia Linn)

    No full text
    Daun sidaguri (Sida rhombifolia Linn), merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Penelitan yang sudah dilakukan di dalam ekstrak etanol daun sidaguri mengandung alkaloid yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi, mengidentifikasi ekstrak metanol dan alkaloid total daun sidaguri serta menguji aktivitas antibakteri alkaloid total, kemudian membandingkannya dengan ekstrak metanol melalui pengukuran luas zona hambat dan menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM). Isolasi dilakukan dengan maserasi, dan ekstraksi asam basa. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode cakram kertas terhadap bakteri gram positif S. aureus dan B. subtilis serta bakteri gram negatif P. aeruginosa dan E. coli melalui pengukuran luas zona hambat dan menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Kandungan ekstrak metanol antara lain alkaloid, flavanoid, saponin dan tannin, dan pada alkaloid total hanya positif mengandung alkaloid. Nilai KHM dan luas zona hambat ekstrak metanol pada S. aureus dan B. subtilis masing-masing 1% (0,07 mm2) dan 4% (11,10 mm2), serta E. coli dan P. aeruginosa masing-masing 1% (0,2 mm2) dan 2% (19,64 mm2), kemudian nilai KHM dan luas zona hambat alkaloid total pada S. aureus dan B. subtilis masing-masing 0,1% (0,2 mm2)dan 0,2% (9,63 mm2), serta E. coli dan P. aeruginosa 0,1% (1,77 mm2 dan 9,63 mm2)

    ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM XILANASE DARI Bacillus subtilis PADA MEDIA Nutrien Broth DENGAN PENAMBAHAN XILAN HASIL ISOLASI JERAMI PADI

    No full text
    Jerami padi merupakan limbah lignoselulosa yang mengandung xilan. Xilan pada jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon, substrat dan inducer pada media pertumbuhan Bacillus subtilis untuk menghasilkan xilanase yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan menjadi xilosa atau xilooligosakarida. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap, yaitu isolasi xilan dari jerami padi. Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus subtilis. Produksi xilanase. Pemurnian xilanase dengan fraksinasi bertingkat amonium sulfat dan dialisis. Pengujian aktivitas xilanase dilakukan dengan menggunakan metode DNS, sedangkan kadar protein diuji dengan menggunakan metode Lowry. Aktivitas spesifik xilanase dihitung berdasarkan unit aktivitas xilanase per mg protein. Selanjutnya dilakukan karakterisasi pada fraksi dengan aktivitas spesifik tertinggi meliputi suhu, pH, dan waktu inkubasi. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa aktivitas spesifik tertinggi terdapat pada fraksi F2 sebesar 5,178 Unit/mg protein. Kondisi optimum xilanase yang diperoleh dari hasil karakterisasi yaitu pada suhu 40°C, pH 8, waktu inkubasi 30 menit dan aktivitas spesifik fraksi F2 pada kondisi optimum sebesar 6,088 Unit/mg protein

    ISOLASI DAN KARAKTERISASI L-ASPARAGINASE DARI BAWANG BOMBAY (Allium cepa L)

    No full text
    L-asparaginase merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi penguraian asparagin menjadi asam aspartat dan amonia. Enzim ini berperan dalam terapi antikanker dengan menghidrolisis asparagin, suatu asam amino yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sel. Asparaginase dapat diperoleh dari berbagai sumber alam. Sumber yang telah banyak diteliti adalah sumber nabati. Diantaranya adalah bawang merah (Allium cepa). Berdasarkan kesamaan genus antara bawang merah (Allium cepa) dan bawang bombay (Allium cepa L), maka diduga bawang bombay juga memiliki L-asparaginase. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi L-asparaginase dari bawang bombay (Allium cepa L). Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap pertama adalah ekstraksi sel untuk memisahkan komponen protein dan non protein dari bawang bombay (Allium cepa L). Tahap kedua adalah pemurnian enzim dengan melakukan fraksinasi menggunakan garam amonium sulfat dan kemudian mendialisisnya. Tahap ketiga adalah penentuan aktivitas enzim dengan metode Nessler dan penentuan kadar protein dengan metode Lowry, sehingga aktivitas spesifik enzim dapat ditentukan. Tahap keempat adalah karakterisasi enzim yang meliputi suhu, pH, dan waktu inkubasi untuk mengetahui kondisi optimum enzim. Dan tahap kelima adalah menentukan aktivitas spesifik fraksi ke 5 pada kondisi optimum. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa L-asparaginase dapat diisolasi dari bawang bombay (Allium cepa L). L-asparaginase hasil isolasi dari bawang bombay (Allium cepa L) memiliki aktivitas spesifik terbesar pada fraksi ke 5 (fraksi dengan tingkat kejenuhan 80-100%). Dari karakterisasi diperoleh kondisi optimum L-asparaginase dari bawang bombay (Allium cepa L), yaitu pada suhu 390C, pH 8,9 dan waktu inkubasi 27 menit. Nilai aktivitas spesifik pada kondisi sebelum optimumnya adalah 1846,493 unit/mg protein, sedangkan nilai aktivitas spesifik maksimal pada kondisi optimumnya adalah 2529,879 unit/mg protein

    PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK XILANASE HASIL ISOLASI DARI Aspergillus niger PADA MEDIA PERTUMBUHAN CDB (Czapekâs Dox Broth)HASIL MODIFIKASI DENGAN SEKAM PADI

    No full text
    Tahap-tahap isolasi xilanase dari Aspergillus niger adalah fraksinasi bertingkat menggunakan ammonium sulfat , dialisis, penentuan aktivitas spesifik dan mengamati pengaruh variasi temperatur pada aktivitasnya. Jamur Aspergillus niger terlebih dahulu diremajakan dalam media CDB modifikasi dengan sekam padi sebagai sumber karbon. Kurva pertumbuhan Aspergillus niger dibuat dalam media Czapekâs cair modifikasi dengan sekam padi untuk menentukan wa ktu yang tepat menginokulasikan kultur ke dalam media fermentasi. Fermentasi dilakukan dalam orbital shaker, pada kondisi ruang dan agitasi konstan 250 rpm selama 10 hari. Satu unit aktivitas xilanase dapat didefinisikan sebagai aktivitas enzim yang dapat membentuk 1 μmol xilosa pada kondisi optimum. Pengujian aktivitas xilanase dilakukan dengan menggunakan metode gula pereduksi dengan menggunakan DNS, sedangkan kadar protein diuji menggunakan metode Lowry. Aktivitas spesifik xilanase dihitung berdasarkan u nit aktivitas per mg protein. Berdasarkan penelitian, dari fraksinasi bertingka t amonium sulfat diperoleh hasil bahwa aktivitas spesifik tertinggi terdapat pada fraksi ke-3 dengan tingkat kejenuhan 40-60%, sebesar 34,40 Unit/mg protein, dan pada tahap pengaruh variasi temperatur terhadap aktivitas spesifik xilanase diperoleh hasil bahwa aktivitas spesifik tertinggi pada temperatur 39 0C dan dengan meningkatnya temperatur maka aktivitas spesifik enzim semakin besar, dan setelah melewati temperatur optimum kenaikan temperatur menyebabkan aktivitas spesifik xilanase menurun
    corecore