11 research outputs found
PERSEPSI WARGA MASYARAKAT DESA KETENGER TENTANG EKOTURISME YANG DIWUJUDKAN DALAM BENTUK RITUAL JAWA TRADISIONAL
Ekoturisme adalah pengembangan wisata di suatu wilayah yang berbasis kepada pelestarian lingkungan alam. Pengembangan ekoturisme bukan melulu urusan pengembangan dan pembangunan sarana maupun prasarana alamiah yang menunjang. Berkait dengan hal tersebut, sesungguhnya ekoturisme sangat dekat dengan kultur warga masyarakat. Oleh sebab kultur mengatur pikiran dan tindakan manusia maka studi tentang ekoturisme ini membidik warga masyarakat di Desa Ketenger yang saat ini telah menjadi salah satu tujuan wisata di Baturraden.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan jalan melakukan wawancara mendalam. Analisis atas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis interaktif/on-going. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik yang dilakukan oleh warga masyarakat tidak selamanya dimengerti sebagai upaya pengembangan wisata. Praktik keseharian warga masyarakat Ketenger lebih menunjukkan kedekatan interaksinya dengan kehidupan alam. Persepsinya terhadap alam cukup tegas, jika alam terpelihara maka warga juga akan merasa diasuh dengan baik oleh alam.
Kata kunci: Ekoturisme, Masyarakat, Ritual Ecotourism is the development of tourism in an area based on preserving the natural environment. The development of ecotourism is not just a matter of developing and constructing supporting natural facilities and infrastructure. In this regard, ecotourism is actually very close to the culture of the community. Because culture regulates human thoughts and actions, this study on ecotourism targets residents in Ketenger Village, which has now become one of the tourist destinations in Baturraden.
This research was carried out using qualitative methods. Data was collected by conducting in-depth interviews. Analysis of the data in this research was carried out using an interactive/on-going analysis model. The results of this research show that the practices carried out by community members are not always understood as tourism development efforts. The daily practices of Ketenger residents show their close interaction with natural life. His perception of nature is quite firm, if nature is maintained then residents will also feel well cared for by nature.
Keywords: Ecotourisme, Society, Ritua
Moving with the Soul: Cipari Peasant Movements for Land Rights in Indonesia
This research explains movements by peasants in Cipari, Cilacap, Central Java, Indonesia, in demanding their land rights. Compared with similar cases in Indonesia, efforts by Cipari peasants paid off in the end and presented a unique case of success. Cipari peasants obtained ownership rights to the land on their terms. Through an empirical case study approach, we found that the Cipari peasant movement to fight for land rights lasted for a long period of time, beginning in the post-independence era and extending through the post-collapse of Indonesia’s New Order regime. For Cipari peasants, land is not just a means of production or economic resource but also has socio-cultural value and, more importantly, embodies spiritual (religious) values. These social and cultural factors provided the main driver for Cipari peasants to persist in undertaking their resistance movement. Over a long process, Cipari peasants obtained legal title to land in the form of land certificates. We show that the Cipari peasant social and resistance movement emerged and continued to develop not solely because of political opportunities but especially due to its socio-cultural values about land
Pola Interaksi Orang Tua dengan Anak dalam Membentuk Pemahaman Seksualitas
Artikel ini menggambarkan pola interaksi orang tua dengan anak dalam membentuk pemahaman seksualitas pada anak. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui, mendeskripsikan, dan menjelaskan tentang pola interaksi antara orang tua dengan anak dalam membentuk pemahaman seksualitas pada anak di Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan sasaran penelitian yaitu orang tua siswa SDN Pasir Wetan. Teknik menentukan sasaran tersebut adalah purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, kata seksualitas dan seks dipahami sebagai sesuatu yang positif dan juga negatif. Hal ini kemudian berdampak pada upaya pemberian pendidikan seks pada anak. Muncul orang tua yang terbuka dan tertutup saat memberikan pendidikan seks. Kondisi tersebut juga akhirnya berdampak pada pola interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak terutama saat membicarakan masalah seksualitas. Pada orang tua yang terbuka mereka memunculkan pola kerja sama yang baik, namun tidak pada orang tua tertutup. Orang tua yang tertutup masih menganggap bahwa masalah yang berkaitan dengan istilah “seks” adalah hal yang tabu. Sehingga mereka enggan, menolak, malu, dan bingung ketika akan menjelaskan pada anak. Interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam keseharian juga menunjukan bahwa seksualitas seseorang telah dibentuk, ditata, dan ditanamkan sejak dini. Nilai dan norma terkait seksualitas terus dilanggengkan dalam masyarakat melalui institusi keluarga
Pola Interaksi Orang Tua dengan Anak dalam Membentuk Pemahaman Seksualitas
Artikel ini menggambarkan pola interaksi orang tua dengan anak dalam membentuk pemahaman seksualitas pada anak. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui, mendeskripsikan, dan menjelaskan tentang pola interaksi antara orang tua dengan anak dalam membentuk pemahaman seksualitas pada anak di Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan sasaran penelitian yaitu orang tua siswa SDN Pasir Wetan. Teknik menentukan sasaran tersebut adalah purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, kata seksualitas dan seks dipahami sebagai sesuatu yang positif dan juga negatif. Hal ini kemudian berdampak pada upaya pemberian pendidikan seks pada anak. Muncul orang tua yang terbuka dan tertutup saat memberikan pendidikan seks. Kondisi tersebut juga akhirnya berdampak pada pola interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak terutama saat membicarakan masalah seksualitas. Pada orang tua yang terbuka mereka memunculkan pola kerja sama yang baik, namun tidak pada orang tua tertutup. Orang tua yang tertutup masih menganggap bahwa masalah yang berkaitan dengan istilah “seks” adalah hal yang tabu. Sehingga mereka enggan, menolak, malu, dan bingung ketika akan menjelaskan pada anak. Interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam keseharian juga menunjukan bahwa seksualitas seseorang telah dibentuk, ditata, dan ditanamkan sejak dini. Nilai dan norma terkait seksualitas terus dilanggengkan dalam masyarakat melalui institusi keluarga
Yang Muda Yang Berkarya
Industri kreatif, lebih luasnya ekonomi kreatif, dinilai sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang bisa memperkuat ekonomi bangsa. Meskipun demikian, pengembangan ekonomi kreatif hanya terpusat di kota-kota besar seperti, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Denpasar. Pengembangan ekonomi kreatif di kota kecil seperti Purwokerto dan kota-kota di sekitarnya nyaris terabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap potensi ekonomi kreatif yang ada di Purwokerto dan sekitarnya serta mengidentifikasi berbagai hal yang bisa menjadi pendorong maupun penghalang bagi berkembangnya potensi tersebut.Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh tim peneliti, ditemukan bahwa potensi dalam sektor ekonomi kreatif yang paling menonjol di kota Purwokerto adalah subsektor desain fashion kaos. Tim peneliti menemukan banyaknya pelaku usaha desain fashion kaos yang berusaha mengangkat nilai-nilai budaya Banyumas dalam berbagai desain kaos yang mereka hasilkan. Kreativitas desain mereka sudah terlihat nyata meskipun masih memerlukan pengembangan. Bagi sebagian pelaku, kegiatan tersebut tidak sekedar dimaknai sebagai upaya mencari penghasilan, namun juga merupakan ekspresi dari identitas komunitas mereka. Selain itu juga ada yang menjadi desain kaos sebagai medium untuk melakukan kritik sosial. Peran pemerintah, terutama Pemkab Banyumas, masih dianggap minim oleh para pelaku. Padahal peran pemerintah sebagai fasilitator sangat penting mengingat besarnya potensi ekonomi kreatif.
 
SEKOLAH KOMUNITAS MTs PAKIS DI DESA GUNUNGLURAH, CILONGOK, BANYUMAS, JAWA TENGAH: UPAYA MANDIRI DALAM MENGATASI ISU PENDIDIKAN ANAK
Desa Gununglurah, di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merupakan wilayah yang hingga tahun 2011 masih sangat terkurung oleh lebatnya hutan dan lekuk-lekuk Gunung Slamet. Akses masyarakat setempat kepada pendidikan sangatlah rendah. Namun demikian, hingga kurun waktu setahun setelah itu, di tengah masih kuatnya kegagahan alam, MTs (Madrasah Tsanawiyah) PAKIS –Piety, Achievement, Knowledge, Integrity, Sincerity – dibangun dan dikembangkan oleh warga setempat untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji kiprah MTs PAKIS di desa Gununglurah selama ini serta mendeskripsikan dan menjelaskan upaya pengembangan sekolah komunitas itu sendiri. Penelitian yang mendasari tulisan ini dilaksanakan secara kualitatif dan data diperoleh melalui focused group discussion bersama murid dan para relawan MTs PAKIS serta orang tua murid MTs PAKIS. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, MTs PAKIS meberikan layanan pendidikan melalui pemberian pelajaran-pelajaran umum sebagaimana di sekolah-sekolah SMP. Namun demikian, metode pembelajarannya tidak murni instruksional layaknya pendidikan formal. Belajar mandiri, membaca, dan berdiskusi adalah model pembelajaran utamanya. Bersamaan dengan itu, MTs PAKIS juga mengajak murid-muridnya untuk bercocok tanam, beternak, dan memelihara ikan di kolam. Hal ini dilakukan agar para murid mengenal lingkungan geografis, sosial, dan kultural wilayahnya sendiri. MTs PAKIS tentulah sekolah non-formal namun ia bukanlah model pendidikan masyarakat atau pusat kegiatan belajar masyarakat namun gabungan secara eklektik keduanya dan merupakan sekolah yang dibangun oleh-untuk-bagi masyarakat: sebuah sekolah komunitas. Meskipun model pendidikan tersebut tidak dikenal di dunia pendidikan namun merupakan alternatif lain bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya sendiri di tengah keterbatasannya.
 Gununglurah village, in Cilongok district, Banyumas regency, Central Java, is an area which in 2011 still surrounded by thick forest and valley of Slamet volcano. Its community has low access on education. However, a year later, in the middle of mighty surroundings, they build MTs (Madrasah Tsanawiyah) PAKIS –Piety, Achievement, Knowledge, Integrity, Sincerity – to cope with their need of education. The purpose of this article is to describe and explain educational process in MTs PAKIS and its developing progress as community school. The research as the basis of this article accomplished through qualitatuve method and the data collected through focused group discussion with MTs PAKIS volunteers, its students and their parents. As an educational institution, MTs PAKIS delivers educational service through general courses as in formal junior high school (SMP). However, its method of delivering such courses is not instructional as in formal school of SMP. Self taught by reading, learning, and discussion is the main method of MTs PAKIS in delivering educational activities. MTs PAKIS also brought the students to learn and practice farming, raising livestock, and home-fishing activities. These activities carried out in order to familiarized students with their surroundings. MTs PAKIS is non-formal school. However, it is not community education services or center of community learning activity. MTs PAKIS is an eclectic mix of them and a school build by-to-for the community: a community school. It is hardly to find its recognizeable definitions in the realm of education. Nevertheless, it is an alternative or complementory way for community to increase their quality of life and well-being in their own inadequacy.Key words: education, MTs PAKIS, Community schoo
Pegiat Pekerja Migran Di Banyumas Dan Suami Buruh Migran
Salah satu syarat menjadi pekerja migran bagi perempuan adalah adanya ijin dari suaminya. Hal itu menunjukkan, jika suami memberi ijin, suami seharusnya sadar akan segala konsekuensinya yaitu kesejahteraan dan tumbuh kembang anak-anaknya yang harus berjauhan dengan ibunya. Ia harus mampu menjadi pengasuh bagi anak-anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pegiat dan organisasi pekerja migran dalam upayanya meningkatkan praktik parenting dan kesadaran suami pekerja migran tentang relasi gender dan seksualitas sehingga dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan peran domestik-publik sekaligus. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pegiat pekerja migran di Banyumas sebagai sasaran penelitian dan suami pekerja migran yang saat penelitian istrinya masih bekerja di luar negeri dan mantan pekerja migran sebagai sasaran validasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program, kegiatan, dan aktivitas yang dilaksanakan oleh para pegiat pekerja migran dan organisasinya di Banyumas belum banyak menyentuh praktek parenting dan kesadaran suami pekerja migran akan relasi gender dan seksualitasnya. Selama ini, secara deterministik, pemisahan antara tugas di ranah domestik-publik telah menciptakan jarak relasi gender antara perempuan dengan laki-laki. Tugas domestik telah diidentikkan menjadi tanggung jawab perempuan sedangkan tugas publik adalah tanggung jawab laki-laki. Relasi gender yang terpisah semacam itu telah pula berdampak kepada seksualitas perempuan dan laki-laki
Ayah Tangguh, Keluarga Utuh : Pola Asuh Ayah pada Keluarga Buruh Migran Perempuan di Kabupaten Banyumas
Banyumas as one of the bases of Indonesian Migrant Workers (BMI), annually dispatches about 2.000 Women Migrant Workers (BMP). Parenting is then replaced by the father's role. This study aimed to identify the role of father in child care. The study used a constructivist paradigm becaouse of the consideration that is the paradigm has the ability to reveal details of a particular community culture by understanding its natural cultural arrangement by research subject’s point of view. The method used is qualitative, requiring the skill of the researcher to reveal the thick description about the daily life of the child left behind in Banyumas Regency among 10 informants as participants of this research. The research result showed that when the mother left the children to go abroad as migrant worker, the father’s role to nurture the child became important. When the early childhood, fathers had significant roles for instrumental and expressive functions. Meanwhile, while the children were teenagers and had more complex problems, the father was needed to be more communicative, assertive, and able to reflective listen to the children’s problems and feeling. Therefore, for the women migrant’s family; the tougher the father, the stronger the family. It means that the father should have the strong will, willing to harder work, and also willing to more learn about how to practice authoritative parenting
INDUSTRI KREATIF FASHION
The article deals with the phenomenon of creative industries in Purwokerto, particularly fashion. It focuses on the survival strategy and idealism of Kidal Kolektif, one of fashion outlets in Purwokerto. This article selects to analyze Kidal Kolektif as the outlet has uniqueness incomparable to other fashion outlets in Purwokerto. Kidal Kolektif is a social economic movement attempting to create independence through fashion business. It also has a specific feature as they attempt to nurture idealism in their distinctive product designs. In their efforts to develop their business, a part of their survival is undertaking partnerships with other organizations in form of profit sharing. The other part is being persistent with their esteem that every human being would be able to fulfill their need by working with their own interest, talent, and need, and maintain their economic independence